Bab 26: Hari Pertama di Musim Gugur.

Mataku berkedip beberapa kali. Hah? Apa aku baru saja salah dengar disini? Ayah memilihku sebagai pewaris? Wow, sungguh tidak terduga.

"Mengapa aku?" tanyaku spontan.

"Karena kamu putri, Ayah." Ya, benar juga sih.

"Bukan itu maksudku," balasku datar.

Ayah mengalihkan pandangannya kearah jendela lalu berdehem. "Ayah tidak mungkin memberikan gelar ini kepada Earl Lean."

"Mengapa?" Aku mencoba memancingnya berbicara.

Ayah terlihat tertekan, "Kamu tahu jawabannya, Snow."

Aku menganggukkan kepala beberapa kali. Aku mengerti mengapa Ayah tidak ingin gelar ini jatuh kepada Paman Lean. Lean adalah sepupu dekat Ayah, dia mendapatkan gelar Earl karena hasil menjilat Grand Duke terdahulu, tetapi itu hanya sekedar gelar yang tidak bisa diwarisi kepada anak-anaknya. Paman Lean adalah orang haus harta dan gelar. Dia akan melakukan apapun untuk mencapai ambisinya. Karena itulah Ayah enggan memberikan gelar itu kepada Paman.

Aku mengerti, Ayah memilih yang terbaik untuk daerah ini. Tetapi mengapa aku? "Aku tahu, Ayah, tetapi kau bisa memberikannya kepada Sophie. Walaupun menjadi Saintess dia tetap bisa menerima gelar Grand Duchess."

Ayah tersenyum lembut lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Benar, tetapi kamu pantas mendapatkan gelar ini Snow. Dari umur yang sangat belia, kamu telah menunjukkan bakat yang sangat hebat. Kamu cerdas, kuat, dan terampil. Ayah yakin, dibawah kepemimpinanmu McDeux akan semakin dihormati."

Wow ... Selama ini aku selalu melihat sifat kekanakkan Ayah, dan tiba-tiba dia menjadi bijak begini. Agak mengejutkan sebenarnya.

"Bagaimana jika aku menolak?" Aku kembali memberikan pertanyaan. Aku berhak menolak bukan?

Raut Ayah berubah sendu. Ia mendudukkan diatas sofa tepat disampingnya. Pria yang berstatus Ayahku itu meraih kedua tanganku, lalu menyatukannya. Rautku berubah bingung, mengapa suasananya berubah mellow begini?

"Ayah sadar, dosa Ayah padamu sangatlah banyak ..." Aku diam masih mendengarkannya. "Karena itu Ayah ingin meminta maaf atas segala perbuatan buruk, Ayah. Ayah sangat tahu, kami tidak bisa langsung memaafkan Ayah. Ayah tidak masalah atas hal itu, karena Ayah pantas mendapatkannya. Tetapi ..."

Aku menelan ludah karena atmosfer ruangan yang mulai menekan. Wajah Ayah terdistorsi, tetap melanjutkan kalimatnya. "Jika kamu menolak, Ayah yakin kekaisaran ini berada diambang kehancuran."

*****

Tiga bulan terlewati, menandakan telah terjadi pergantian musim. Musim panas telah usai berganti dengan musim gugur yang mulai mendinginkan udara. Daun-daun pada pohon mapel mulai berubah kecokelatan, oranye, serta merah. Ada juga pohon yang menggugurkan daunnya, agar bisa kembali tumbuh dimusim semi. Bunga krisan berwarna kuning dan putih bermekaran disepanjang jalan utama, berperan mewarnai jalanan yang lenggang.

Kereta kuda yang membawa keluarga McDeux membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Suara tapakan kaki kuda bersahutan, membawa keluarga kecil itu ke Hutan Kieum yang ada di Dukedom Havenford, tempat dimana acara perburuan diselenggarakan.

Setiap hari pertama memasuki musim gugur, diselenggarakan acara perburuan selama tiga hari. Selain menjadi acara tahunan turun-temurun, perburuan ini dilaksanakan untuk menentukan pemburu terhebat kekaisaran setiap tahunnya. Selama dua tahun berturut-turut, Duke muda Exford-lah yang memegang gelar pemburu terhebat kekaisaran. Seseorang yang akan memegang jabatan jenderal militer dimasa depan memang tidak diragukan.

Ini adalah kali pertama Snow mengikuti acara perburuan. Setiap tahunnya, Alex hanya mengajak Lily dan Sophie saja, tetapi kali ini ia juga mengajak Snow. Mereka hanya bertiga karena Sophie masih berada di kuil untuk pendidikannya.

Snow memandangi semak bunga krisan kuning yang memandu perjalanannya menuju tempat perburuan, dari balik jendela kereta. Sekalipun matanya menatap pemandangan luar, pikirannya melayang pada hidupnya dikehidupan kali ini.

Dia tidak lagi membuat kekacauan atau lebih tepatnya menahan untuk tidak membuat kekacauan. Dan semuanya telah berubah, sang ayah tidak lagi kasar padanya dan keluarga tirinya semakin dekat kepadanya. Yang membuat perbedaan hanyalah Cerry yang semakin membuat batasan pada hubungan mereka. Selama ini dia menyadari keberadaan Cerry yang begitu jauh darinya, tidak seperti kehidupan dulu yang selalu mengekorinya kemana-mana.

Cerry cenderung suka keluar dari kediaman tanpa meminta ijin padanya. Walaupun tidak melihat, Snow tahu karena dapat merasakan energi sihir unik milik Cerry, yang terkadang antara ada dan tiada. Cerry itu aneh, pikir Snow.

Diumur sembilan tahun, gadis bersurai cokelat susu itu berakting seperti anak-anak, seolah-olah dirinya orang dewasa yang bertingkah seperti anak kecil. Latar belakang Cerry pun tidak terlalu Snow ketahui, hanya sekedar tahu status gadis itu yang berasal dari rakyat jelata. Sisanya zonk, tidak ada apa-apa.

Suara riuh orang berbicara mulai terdengar ketika kereta itu melewati gerbang perkemahan untuk acara perburuan. Tepat setelah kereta itu berhenti, lamunan Snow tentang Cerry langsung buyar begitu saja.

Snow menghela nafas panjang, "Baiklah, mari kita cari tahu tempat ini."

*****

Tepat setelah Snow turun dengan dibantu oleh seorang ksatria, semua orang langsung melihat kearahnya. Beberapa orang mulai berbisik-bisik ketika melihat penampilan Snow yang terlihat modern. Gaun a-line sebetis berwarna oranye membalut tubuh mungil Snow dengan apik. Rambutnya digelung kebelakang dengan kedua sisi dikepang, tak lupa topi bonet berpita merah yang dianyam menghiasi kepalanya. Penampilan Snow terlihat segar.

"Apa itu putri sulung Grand Duke?"

"Bukankah Grand Duke mengabaikannya? Lalu, bagaimana bisa ia mengenakan gaun mahal buatan Madam Beatrice?!"

"Kurasa itu hanya kanar burung, lihatlah tatapan Grand Duke McDeux terlihat begitu mengasihinya."

"Tetapi mata merah itu tetaplah mengerikan."

"Benar, dia tidak akan bertahan dipergaulan kelas atas dan pasti menjadi bulan-bulanan Nona Rubyanne."

Snow memutar bola mata malas mendengar bisikan para lady itu atau bisakah itu disebut bisikan? Suara mereka begitu besar dan cempreng itu benar-benar memuakkan. Snow hanya melewati mereka, seolah-olah keberadaan para lady itu hanyalah angan-angan.

"Siapa juga yang ingin bergabung dengan pergaulan yang dipenuhi gadis-gadis manja itu?" gerutu Snow kesal.

Hingga tangan seseorang menepuk pundaknya yang segera ditangkap oleh Snow. "Apa, Bridget?" Snow bertanya dengan nada kesal.

Sebelah alis Bridget terangkat. "Ada apa denganmu?"

Nona Muda Havellort itu juga datang, dia datang hanya untuk menemani Snow. Sebelumnya dia juga selalu datang tetapi untuk melihat perkelahian antar nona bangsawan saat pesta teh nanti. Dengan adanya Snow, gadis bersurai putih itu pasti enggan mengikuti acara para nona itu dan dia ada untuk menemaninya. Jika disuruh memilih antara berburu atau minum teh, Snow pasti memilih berburu.

Snow berdecak sembari melepaskan tangan Bridget dari genggamannya. "Aku tidak tahu di perkemahan banyak anjing betina."

Dahi Bridget mengerut dalam, menatap temannya tajam lalu beralih melihat sekitar mereka. Matanya memincing pada sekumpul lady dan nona muda yang tengah berbincang-bincang. Mulutnya membentuk huruf "O" setelah menyadari apa yang dialami oleh Snow.

"Apa yang mereka katakan tentangmu?"

"Mereka bilang aku akan menjadi bulan-bulanan seorang nona bernama Rubyanne jika mengikuti pergaulan kelas atas," Snow berucap sembari memperhatikan tenda keluarganya yang masih dibuat. "Astaga mengapa lama sekali, aku ingin tidur!"

"Pfft!" Snow segera melihat kearah Bridget yang tengah mendekap mulutnya dengan sebelah alis terangkat. "Ada apa denganmu?"

"Mereka bilang kau akan jadi bulan-bulanan Rubyanne?" Snow mengangguk membuat Bridget kembali menahan tawanya dan berakhir tertawa lepas. "Hahaha, yang ada Rubyanne yang akan menjadi bulan-bulananmu."

"Oh, benarkah?" tanya Snow tertarik.

Bridget mengangguk pelan. "Benar, dia cengeng Snow. Tipikal perempuan yang bersembunyi diketiak ayahnya. Dia bahkan gemetar hanya karena dipelototi oleh Kiana."

Snow mengangguk-anggukan kepala mengerti. Ia teringat, nama Rubyanne dikehidupannya dulu adalah putri Marquess Fillton, penguasa March Fotherfox. Nama Rubyanne dulu dipermalukan karena Kiehl yang merupakan tunangannya, membatalkan pertunangan mereka. Bahkan mereka telah bertunangan sejak masih di akademi, namun setelah Kiehl mendapatkan gelar Grand Duke, pria itu langsung membatalkan pertunangan mereka. Entah karena alasan apa.

"Tunangan Kiehl, ya?" gumam Snow pelan.

"Kau mengatakan sesuatu?"

Snow menggeleng. "Tidak, bukan apa-apa. Hei, bisa kau tunjukkan nama gadis bernama Rubyanne ini? Dari namanya sepertinya dia memiliki rambut berwarna merah."

Bridget kembali menahan tawa sambil merangkul Snow. Ia menunjuk kearah jam sembilan, tepat kearah sekumpulan lady yang mengenakan gaun berenda yang tebal. Perkumpulan itu tengah berbincang-bincang, entah membicarakan apa, yang pasti tidak jauh-jauh dari gaun dan perhiasan.

"Kau lihat perkumpulan itu?" tanya Bridget yang dibalas anggukan oleh Snow. "Yang rambutnya seperti rumput itu adalah Rubyanne."

Snow memicingkan matanya tepat kearah gadis yang ditunjuk oleh Bridget. Gadis itu memiliki rambut hijau tua seperti rumput dan mata berwarna kuning, serta memakai riasan yang cukup tebal untuk gadis seusianya. Rambutnya diikat dua dan mengenakan gaun berwarna merah muda pekat yang mengembang seperti kue. Snow bergeliat kecil saat melihat penampilan gadis itu.

"Jadi ... Dimana letak nama "Ruby"-nya itu?" tanya Snow dengan polosnya.

Bridget kembali menahan tawa yang berubah menjadi tawa keras hingga memancing atensi bangsawan yang lain. Dan akhirnya, Bridget mendapat julukan baru, yaitu "Nona Muda yang Tidak Tahu Tata Krama".

*****

Aku sedang enak-enak tidur, tiba-tiba Ibunda Lily membangunkanku dan menyuruhku untuk bersiap. Saat ditanya ada apa, dia berkata aku harus menghadiri jamuan teh bersamanya. Sial.

Ini hari dimana persiapan bangsawan baru dimulai, jadi acara perburuannya baru dilakukan besok. Hari pertama adalah persiapan. Hari kedua adalah pembukaan perburuan dimana perburuan dimulai. Hari ketiga merupakan puncak dari acara perburuan. Dan hari keempat, hari terakhir adalah penobatan raja perburuan yang akan diberikan oleh Kaisar, sekaligus penutupannya.

Dan selama empat hari itu, para wanita hanya boleh menonton para pria berburu. Jika bosan para wanita diperbolehkan mengadakan jamuan minum teh untuk menghabiskan waktu. Bayangkan saja harus melaksanakan jamuan minum teh selama empat hari berturut-turut bersama para lady tukang gosip itu. Rasanya aku akan terkena darah tinggi jika melakukannya.

Aku memiliki pengalaman yang cukup buruk dengan yang namanya jamuan minum teh. Dikehidupan dulu, aku pernah menghadiri sebuah jamuan di kediaman Earl of Celeste yang diselenggarakan oleh putri bungsunya. Dan itu adalah jamuan teh pertama dan terakhirku.

Reputasiku dimasa lalu sangatlah buruk dan memiliki rumor-rumor yang tidak menyedapkan. Dan para lady dijamuan itu terus menyindirku bahkan menghinaku hingga aku muak, padahal aku tidak mengatakan satu katapun. Pada akhirnya hanya satu kalimat yang terucap dari bibirku sebelum aku meninggalkan jamuan itu, "Kupastikan akhir hidup kalian ada digenggamanku."

Keesokan harinya rumor tentangku yang sudah jelek, malah semakin jelek. Surat kabar menuliskan namaku bahwa aku adalah lady tukang tindas dan keji. Hei! Padahal mereka yang menindasku duluan! Sial.

Aku berjalan bersisian bersama Ibunda Lily yang membawa sebuah kipas lipat digenggamannya. Masih ada tiga menit sebelum sampai dimeja yang dipenuhi lady bergaun sesak itu. Aku menarik gaun Ibunda Lily, membuat wanita berambut merah itu menghentikan langkahnya lalu memandangku.

"Ada apa, sayang?" tanyanya lembut.

"Tidak bisakah aku menunggu didalam tenda saja? Aku malas jika harus mengikuti perjamuan ini, Bu," ujarku sedikit merengek.

Ibunda Lily menghela nafas panjang. Ia kemudian meraih sesuatu dari balik rok gaunnya yang berlapis-lapis itu. Sebuah belati dengan sabuk berwarna putih dari perak ada didalam genggamannya. Ia kemudian menaruh belati itu kedalam genggaman tanganku.

"Jika ada yang menganggumu, tikam saja menggunakan ini. Mengerti?"

Aku menganggukkan kepala membuat Ibunda Lily tersenyum senang. Ia kembali melanjutkan langkahnya begitupula denganku. Well, jangan salahkan aku jika ada pertumpahan darah nanti, karena Ibunda Lily telah mengijinkanku memulai perperangan, hehe.

*****

I just wanna say, thanks for the 100k+ views😭

Asli nangis banget sih, karena ini cerita pertama Orca yang nyampe angka ratusan ribu view. Dan bisa sampe sejauh ini. Orca seneng banget!!!

Terima kasih atas dukungan dan semangat dari kalian. Tanpa kalian cerita ini gak bakal sampai sejauh ini dan mungkin akan bernasib sama seperti Teresa dkk (Descendants of The 4 Key Element) dan Arsya dkk (Light for The Throne).

Sekali lagi terima kasih buat segalanya. And, by the way, sebagai bentuk perayaan dari Orca, I'm gonna double update (or crazy update, kalo emang lagi mood banget)!

Just stay, okay?

Minggu, 27 Februari 2022.

Orca_Cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top