Bab 15: Kerajaan Pixie Musim Semi.

Absen dulu dong, asal mana aja yang baca?

Selamat membaca! Jangan lupa vote-nya ya!

*****

Mulut Snorett ternganga lebar hingga lalat pun muat jika memasuki mulutnya. Manik merah darahnya bergetar kagum akan pemandangan yang tersaji didepan wajah. Ditambah udara segar khas musim semi bercampur dengan wangi bunga ceri menyerebak memenuhi goa tersebut.

Snorett menoleh kearah Kiehl dengan gerakan leher yang patah-patah. Sementara Kiehl tertawa ngakak karena melihat ekspresi terkejut milik Snorett yang begitu lucu dimatanya.

"Ki-Kiehl ... A-apa ini?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Snorett, Kiehl malah tersenyum senang. Ia langsung menarik tangan Snorett untuk masuk kedalam goa tersebut. Snorett sendiri hanya bisa pasrah dan mengekori Kiehl dari belakang. Mulutnya masih menganga sambil memandangi sekitar goa tersebut.

Goa itu bukanlah goa biasa. Terdapat pohon wisteria raksasa dengan bunga berwarna ungu menjuntai dari setiap cabang pohon. Ditengah-tengah pohon tersebut terdapat kristal berwarna ungu yang besar. Berpendar terang seolah-olah memberikan kehidupan pada tanaman yang ada didalam goa. Tak lupa tanaman dan bunga yang indah bertumbuhan disegala sisi goa. Mulai dari misotis dan periwinkle yang berukuran kecil hingga bunga terompet dan lonceng yang sebesar tubuh Snorett.

Tak lupa dibawah pohon itu terdapat sebuah kolam dengan air yang amat jernih. Ikan-ikan kecil berwarna-warni berenang kesana kemari didalam kolam tersebut. Kira-kira kedalaman kolam itu sekitar tiga meteran.

Pada bagian atas goa juga ditumbuhi ribuan bunga-bunga lonceng kecil berwarna putih yang mengeluarkan cahaya berwarna kuning. Bunga-bunga lonceng itu terlihat seperti lampu yang menerangi sebuah ruangan.

Snow menyadari sesuatu yang aneh pada bunga-bunga lonceng tersebut. Bunga-bunga itu diisi dengan sihir cahaya yang cukup langka, walau tak selangka sihir hitam dan suci. Karena pada umumnya hanya anggota keluarga kekaisaran terpilih yang memiliki sihir cahaya, seperti Adrien, Kaisar Lucas atau Pangeran Calsen, Grand Duke of Calleum.

Namun terkadang, orang diluar darah keluarga kekaisaran juga dapat memiliki sihir cahaya. Karena pada dasarnya, sihir ini tidak beda jauh dengan sihir unsur yang lain, hanya saja lebih langka. Contohnya Alfred, dia memiliki sihir cahaya, namun ia jarang menunjukkan sihir itu.

Snow berpikir, apa Kiehl yang mengisi semua bunga itu dengan sihir cahaya? Mengingat Kiehl memiliki darah Calsen —salah satu anggota kekaisaran terpilih— pasti ada sedikit esensi cahaya mengalir dalam nadinya.

"Siapa yang mengisi bunga-bunga itu dengan sihir cahaya?" tanya Snow spontan.

Kiehl langsung menunjuk kearah sesuatu yang berterbangan diudara dengan sayap seperti kupu-kupu. Snow langsung memicingkan mata untuk melihat arah yang ditunjuk Kiehl.

"Serangga—..." Snow langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan lalu memandang Kiehl yang berada disampingnya dengan tatapan tak percaya. Sementara Kiehl sendiri menganggukkan kepala semangat, mengiyakan pemikiran Snow.

"Pixie?!"

"Benar!" Kiehl menepuk tangannya senang saat Snorett berhasil menebak makhluk yang ditunjuknya.

Pixie, makhluk magis yang hidup bersembunyi dari para manusia sebagai pengikut para Peri pengendali musim. Bertugas menyebarkan pengaruh dan hawa musim ke seluruh dunia. Para pixie memiliki wujud seperti manusia, namun berukuran amat kecil dan memiliki sayap seperti kupu-kupu atau capung dan serangga lainnya.

Berbeda dengan Pixie, para Peri bertujuan sebagai pemimpin atau seraphine* bagi para pixie, dan pusat pengendalian musim. Dibenua ini terdapat empat peri pengendali musim: Cerelia, peri pengendali musim semi. Brooke, peri pengendali musim panas. Aether, peri pengendali musim gugur. Dan yang terakhir, Snowlet, peri pengendali musim dingin.

Note: Seraphine julukan untuk pemimpin didunia peri atau pixie. Kedudukannya sama seperti Raja dan Ratu. Untuk Seraphine laki-laki disebut dengan Seraph.

Para pixie disini rata-rata memiliki warna sayap berwarna merah, merah muda, dan hijau, serta rambut berwarna magenta. Dan bentuk sayap mereka seperti sayap kupu-kupu. Menandakan kalau mereka ada pixie yang bertugas menyebarkan pengaruh musim semi.

Dengan semangat Snow langsung berlari mendekati pohon wisteria raksasa itu. Terlihat beberapa pixie mendekat kearahnya karena tertarik melihat rambut putih milik Snow yang amat langka. Pixie-pixie itu bersiul sembari terbang mengitari tubuh Snow. Snow sendiri hanya memutar tubuhnya mengikuti pergerakan para pixie tersebut, seolah-olah tengah memindainya.

Akhirnya para pixie langsung hinggap ditubuh Snow. Pixie perempuan dengan sayap berwarna merah muda hinggap diatas kepala Snow, membuat kepangan kecil pada poni gadis itu. Sementara pixie dengan sayap berwarna merah duduk didalam tangkupan tangan Snow. Dan beberapa pixie lain mengitari tubuh Snow, ada juga yang menghampiri Kiehl.

Snow menatap takjub para pixie yang berterbangan disekitarnya. Tatapan mata delimanya terlihat amat polos, dipenuhi dengan binar putih. Membuatnya terlihat amat menggemaskan. Kiehl hanya bisa memperhatikan perilaku Snow dalam diam. Ia enggan berbicara karena takut merusak kebahagiaan yang Snow rasakan. Dia bisa melihat dimata gadis itu menunjukkan perasaan kagum yang amat besar. Sesaat mereka saling bertatapan.

Denting waktu seolah-olah melambat, Snow mengalihkan pandangannya kearah Kiehl. Disaat manik kecubung dan delima saling bersitatap, Snow langsung mengukirkan senyum semanis madu murni. Matanya ikut menyipit, membentuk corak bulan sabit. Ekspresi yang menunjukkan kegembiraan dan ketulusan yang membuat relung hati Kiehl bergetar.

Ditambah dengan kelopak wisteria yang berterbangan disekitar mereka membuat Snow semakin menawan. Apalagi rambut putih yang dikepang miliki gadis ikut tertiup angin. Membuat helaian rambutnya terlihat seperti untaian benang yang terbuat dari perak.

Kiehl tertegun saat melihat Snow. Baru kali ini, dirinya melihat gadis secantik Snow. "Lady," panggil Kiehl spontan.

"Hm?"

Deheman yang berhasil membuat jantung Kiehl berdebar-debar. "Aku rasa ... Aku tidak ingin menjadi temanmu."

Tubuh Snow seketika membeku, ia melihat kearah Kiehl dengan gerakan patah-patah. Manik matanya membulat, menatap tak percaya padanya. Apa dirinya baru saja membuat kesalahan? Apa salah satu kartu as-nya akan hilang? Pikir Snow.

Kiehl seketika panik saat melihat cairan bening yang menggenang dari pelupuk mata gadis itu. Dengan cepat ia langsung membawa Snow dalam pelukannya, menenangkan gadis itu.

"Ma-maksudku, aku tidak ingin menjadi temanmu. Bagaimana jika aku jadi sahabatmu saja?"

Snow yang berada didalam pelukan Kiehl langsung tertegun. Ia mendongakkan kepalanya sedikit, mengintip ekspresi pria kecil itu. Kiehl memandanginya dengan wajah teduh. Tangan bocah itu juga mengelus kepalanya penuh kasih sayang.

"Kau pantas bahagia, Lady," ujarnya tulus.

Snow terlihat tercekat didalam pelukan Kiehl. Baru kali ini dirinya mendapat perlakuan yang amat manis dari seorang lelaki. Bahkan ayahnya dan Adrien yang merupakan tunangannya dimasa lalu setitik pun enggan mendukung seorang Snorett Serena McDeux. Yang mereka lakukan hanya menambahkan luka didalam hati Snow.

Tetapi Kiehl? Sepupu Adrien sekaligus pewaris tunggal Grand Duke of Calleum itu memperlakukannya dengan amat lembut dan tulus. Padahal mereka baru bersama kurang dari sehari, tetapi Kiehl memperlakukan Snow layaknya sebuah boneka porselen yang mudah pecah. Menjaganya penuh kehati-hatian.

Reflek, Snow langsung meraih wajah pemuda kecil itu. "Kiehl ...—"

DUARR!!!

Suara ledakan terdengar keras, memekakan telinga. Snow spontan langsung melompat hingga membuat Kiehl limbung sembari menggendongnya. Keduanya berbaring ditanah dengan wajah syok yang kentara.

Angin bertiup kencang, kelopak-kelopak bunga wisteria berterbangan diudara, dan berkas cahaya menyilaukan berpendar dimana-mana. Berasal dari sebuah bola cahaya raksasa yang muncul tepat diatas kolam yang ada dibawah pohon wisteria. Kristal kehidupan yang tertanam dipohon terlihat mengeluarkan seberkas cahaya lurus berwarna ungu kemerah mudaan, tepat kearah bola cahaya tersebut.

Bola cahaya itu semakin membesar membuat angin disekitarnya semakin kuat. Bahkan rambut Snow dan Kiehl telah melayang kemana-mana. Setelah berhasil membesar hingga hampir menutupi pohon, bola cahaya itu kembali menyusut. Perlahan-lahan membentuk tubuh seorang wanita dengan rambut sepanjang betis. Cahaya perlahan luruh menampakkan rambut berwarna magenta yang pekat dihiasi bunga-bunga kecil berwarna merah muda, mata sewarna daun muda. Dan tubuh seorang gadis remaja yang mengenakan gaun yang membentuk corak mawar damaskus berwarna merah muda yang pekat.

Cahaya yang luruh tadi, tertarik kebelakang tubuh gadis yang tak dikenal itu. Membentuk kerangka sepasang sayap yang hampir sebesar tubuh si gadis. Perlahan menyempurnakan diri, hingga akhirnya membentuk sepasang sayap kupu-kupu berwarna merah muda dengan gradasi ungu. Berkibar kokoh dibalik punggung gadis itu. Tak lupa bertebaran serbuk-serbuk berwarna kuning keemasan disekitar gadis itu dan juga kupu-kupu kecil berwarna-warni yang berterbangan disekitar sayapnya.

Para pixie yang tadinya terbang kesana kemari dengan santai langsung menghampiri gadis tersebut. Pixie-pixie itu bersiul secara serempak, menciptakan lantunan nada indah seolah-olah menyambut kedatangan sosok misterius itu. Diikuti dengan para pixie membungkukkan tubuh mereka hormat pada si gadis bersayap.

"Astaga, aku tak menyangka akan ada sepasang kekasih didalam goaku." Nada gadis itu terdengar sarkas. "Dan parahnya masih dibawah umur," lanjutnya.

Sementara kedua bocah yang terduduk diatas tanah itu terlihat terperangah. Namun, Kiehl langsung merubah ekspresinya menjadi cemberut, berbeda dengan Snow yang masih memperlihatkan wajah syok. Manik darahnya bergetar saat melihat sayap berwarna merah muda bergradasi ungu milik gadis yang tak dikenal itu.

Kiehl berdecih, "berisik sekali sih kau! Iri bilang!"

Ia kemudian bangkit dari duduknya, tak lupa membantu Snow untuk berdiri. Snow sendiri masih terpaku dengan gadis ajaib itu. Pikirannya berkecamuk saat melihat gadis itu. Efek selama ini dirinya hanya melihat kesuraman dunia, jadi saat melihat hal-hal indah dan ajaib seperti ini ia langsung syok. Biasa men, kena mental~~

Gadis bersayap itu langsung mendelik kearah Kiehl. Sayapnya mengepak, membuat tubuhnya melayang diudara beberapa senti. Para pixie langsung membuka jalan dikala si gadis bersayap terbang melewati mereka. Ia terbang lalu berhenti tepat dihadapan Kiehl dan Snow. Manik sewarna daun muda itu langsung menatap Kiehl nyalang.

"Kau bocah tak sopan! Apa kau tidak sadar yang ada dihadapanmu ini Cerelia sang Seraphine para Pixie Musim Semi?!!"

Senyum remeh terpahat diwajah manis Kiehl. Ia berkacak pinggang sambil menatap Cerelia tak kalah tajam. "Tentu saja aku tahu kau."

"KAU ADALAH NENEK-NENEK BERSAYAP YANG BERUMUR RIBUAN TAHUN. HAHAHAHAHA, HALO, NENEK!!!" teriak Kiehl sambil menunjuk-nunjuk wajah Cerelia.

Wajah Cerelia terlihat memerah akan amarah yang meletup-letup. "KAU!!!"

Ia merentangkan sebelah tangannya, hendak menyerang Kiehl dengan sihirnya. Namun terhenti, saat mendengar suara pekikan dari gadis berambut putih yang ia kira saudarinya.

"Ce-CERELIA??!!!"

*****

Snow duduk diatas sebuah bunga azalea raksasa berwarna merah bergradasi putih. Sesekali ia mengajak main para pixie yang berterbangan disekitarnya. Dihadapannya ada Cerelia yang duduk diatas sebuah singgasana yang terbuat dari akar pohon, tanaman, serta bunga-bunga yang menghiasi singgasana tersebut. Disekitarnya terdapat pixie-pixie yang duduk dipangkuannya atau bunga-bunga penghias singgasana. Suasana tenang dan santai melingkupi seisi goa itu.

"LEPASKAN AKU!!!! BERANI-BERANINYA KALIAN MEMPERLAKUKAN GRAND DUKE MUDA SEPERTI INI!!!"

Yahh, mungkin tidak setenang itu.

Suara teriakan Kiehl yang menggelegar membuat Snow dan Cerelia menutup telinga mereka. Kedua gadis berbeda ras itu saling bertatapan sesaat, seolah-olah menanyakan pendapat satu sama lain. Tak lama kemudian mereka langsung menggedikkan bahu dan kembali melakukan aktifitas seperti sebelumnya.

Kiehl tengah tergantung dengan tubuh terbalik diatas pohon. Sulur-sulur tanaman merambat melingkari tubuh bocah tersebut dengan erat. Kiehl menggeliat liar seperti cacing yang kepanasan karena terkena garam. Mencoba melepaskan lilitan sulur-sulur tanaman yang melingkupi tubuhnya layaknya ular sanca kembang.

"KALIAN!!! JANGAN ABAIKAN AKU!!! TURUNKAN AKU SEKARANG!!!" teriak Kiehl hingga tenggorokannya seret.

"Astaga, Kiehl. Kau habis menelan terompet atau apa?" protes Snow.

"Biarkan saja, Lady. Dia selalu seperti itu," ujar Cerelia dengan atensi yang masih setia pada pixie yang ada dipangkuannya.

Snow hanya termangut-mangut dengan tangan mengelus tiga pixie yang berada dalam genggamannya. Sesuai dengan perkataan Cerelia sebelumnya, Kiehl cukup sering datang kemari. Dan sering bertemu dengan Cerelia, Sang Peri Musim Semi. Serta cukup sering membuat masalah ditempat ini hingga membuat Cerelia pusing akan sifat bocah itu.

Snow hanya bisa tertawa ketika Cerelia menceritakan ke-apes-an yang dialaminya karena Kiehl. Dari penglihatannya, Kiehl ini bocah yang hiperaktif dan barbar. Tipikal saudara yang menyebalkan, ia jadi kasihan dengan calon adik perempuan Kiehl. Pasti calon adik Kiehl itu akan sangat tertekan akan sifat kakaknya yang terlalu hiper.

Siapa ya nama adiknya? Kalau tidak salah Young Lady of Calleum itu bernama Gisella. Usianya dengan Kiehl terpaut cukup jauh, sekitar 12 tahunan. Berarti saat ini Grand Duchess tengah hamil dan tahun depan Young Lady of Calleum itu akan lahir, batin Snow.

"LEPASKAN AKU!!!!!!!" kali ini Kiehl berteriak lebih keras dari sebelumnya.

Snow dan Cerelia langsung menutup telinga mereka. Rasanya seperti ada yang menghantam gendang telinga mereka menggunakan palu godam. Suara Kiehl benar-benar berbahaya. Bahkan para pixie mulai menangis karena tak kuat mendengar teriakan bocah itu.

Karena suasana mulai tak kondusif, Cerelia langsung menurunkan Kiehl menggunakan sihirnya. Perlahan sulur-sulur yang melingkupi tubuh Kiehl langsung terlepas, membuat sang grand duke muda terjatuh dari ketinggian. Suara teriakan Kiehl yang melengking kembali berkumandang dengan syahdu.

Mata bocah itu terpejam dengan mulut menganga, mengeluarkan suaranya yang tajam bagaikan silet. Namun saat hampir beberapa senti akan menghantam tanah, tubuh Kiehl langsung melayang diudara. Membuat wajah bocah itu berhadapan dengan tanah. Mulutnya masih setia terbuka dan mengeluarkan suara melengking yang keras. Padahal dirinya tidak akan membentur tanah.

"AAAAAAAAAAAAAAAA— .." Kiehl membuka matanya. Pemandangan tanah yang menyapa sepasang netra kecubung itu benar-benar mengejutkan. "Eh??"

Aliran sihir Cerelia bergerak layaknya air, membawa tubuh Kiehl tepat kesamping Snow. Sebelum mendudukkannya, Peri tersebut menumbuhkan bunga matahari raksasa lalu meletakkan Kiehl diatasnya. Kiehl sendiri tengah mengelus-elus dadanya, dilanjutkan dengan merebahkan diri diatas bunga tersebut.

"Astaga, kalian jahat sekali!" rengeknya.

Snow terkikik kecil saat melihat sifat Kiehl yang kekanak-kanakkan. Dia masih 11 tahun, jadi tentu saja kekanak-kanakkan, bukan?

"Siapa suruh Kiehl nakal," ujar Snow sembari tergelak.

Kiehl mencebikkan bibirnya dengan dahi yang mengerut. Snow kembali tergelak melihat ekspresi si bocah bermata kecubung. Cerelia hanya memandangi keduanya dengan tatapan tak minat, namun seolah-olah tersadar. Ia langsung melihat kearah Snow sembari memperhatikan gadis berumur 10 tahun itu dari atas ke bawah.

"Ada apa?" tanya si gadis bermata merah.

Snow tidak lagi tertawa. Gadis kecil itu menatap lurus pada Cerelia yang terus memperhatikannya. Dirinya dimasa lalu sangat waspada dengan keadaan sekitarnya. Sangat mudah menyadari ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya. Apalagi Cerelia memperhatikannya secara terang-terangan seperti itu, sangat mudah tertebak.

"Apa ada yang salah?" Snow kembali berucap.

"Kau ..." Cerelia menggantungkan kata-katanya sesaat, membuat Snow menelengkan kepalanya, "... mirip saudariku."

Sepasang alis sewarna salju itu saling bertaut. "Sauda—"

"BENARKAN DIA MIRIP SNOWLET?!!!"

Snow menutup kedua telinganya yang terasa seperti dipukul dengan palu godam, begitupula dengan Cerelia. Kedua gadis berbeda ras itu melihat kearah Kiehl dengan tatapan tajam.

Kiehl dengan tatapan tak berdosa, kembali berkata menggebu-gebu. "Saat pertama kali bertemu dengannya, aku juga mengira dia adalah Snowlet! Mereka sangat mirip!!!!"

Snow dan Cerelia hanya menatap Kiehl dengan wajah lempeng. Sekali lagi bocah berumur 11 tahun itu hampir memecahkan gendang telinga mereka. Keduanya saling bertatapan lalu berakhir menghela nafas lelah.

Kenapa bocah ini ada disini?

Kenapa aku bisa bersamanya?

Batin keduanya bersamaan.

*****

Seraphine of Spring Pixie's/Fairy of Spring
Cerelia
(Umur: Immortal)
(-/-)

Ping!

You've got message from Orca'Mail!

Orca'Mail:

HalOrca semuanya! Gimana kabar kalian? Baik? Harus baik dong.

Jadi Orca udah selesai hiatus nih. Ekhem ... ada yang kangen gak? Harus kangen dong, nanti Orca ngambek sama kalian. Hehe, canda😚

Btw, Orca juga mau kenalin kalian ke teman baru nih. Ayo kenalan dulu sama Beatrice, si Grand Duchess multitalenta!

Sinopsis:

Tris hanyalah seorang OG disebuah perusahaan startup. Hidup seorang diri sejak kecil membuatnya paham akan kerasnya kehidupan. Namun untuk sesaat, dia masih menggelungi dunia mimpi.

Memimpikan kehidupan sesuai yang ia impikan. Menjadi seorang desainer papan atas dan mendirikan sebuah butik terkenal, dengan baju-baju buatannya terpajang disetiap etalase toko. Dunia yang takkan pernah dirinya raih.

Hingga suatu malam, Tris pulang bekerja dengan perasaan gontai. Lantaran habis dipecat karena melakukan sebuah kesalahan kecil dikantornya. Menghabiskan malam dengan menangis hingga tertidur karena kelelahan.

Namun siapa sangka, dirinya terbangun disebuah kamar mewah dan berada ditubuh yang amat berbeda. Dirinya terbangun didalam tubuh seorang Grand Duchess of Stockholm yang terasingkan oleh penghuni kediamannya, Beatrice Rosella Olivier.

Lantas apa yang harus dirinya lakukan?

"Yang Mulia, saya ingin meminta sesuatu"

"Katakan apa yang kamu inginkan, Istriku?"

"Ijinkan saya membuka butik"

*****

Nah, gimana?

Ayo di check up semuanya! Besok perdana chapter 1-nya loh! Beatrice agak galak tapi dia baik kok, baik banget malah. Cuman ya gitu judes, hehe.

Ya, sekian dari Orca. So, OrcaBye!

Ditulis pada tanggal,
Selasa, 21 Desember 2021.
Dipublikasikan pada tanggal,
Kamis, 23 Desember 2021.

Orca_Cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top