Bab 13: Bertemu dengan Pewaris Grand Duke of Calleum.

Absen dulu dong, asal mana aja yang baca?

Selamat membaca! Jangan lupa vote-nya ya!

*****

Perlahan dari langkah kakiku yang hanya berjalan serampangan berubah menjadi berlari. Aku terus berlari tak tentu arah sembari mengelap kasar kedua sudut mataku yang terus menumpahkan airmata. Dadaku terasa sesak, amat sesak. Dari kehidupanku yang dulu hingga sekarang, pak tua itu tak pernah berubah.

Apa salahku padanya? Bukan keinginanku terlahir dengan darah iblis. Bukan juga keinginanku untuk dilahirkan kedunia. Kalau bisa, aku lebih ingin dilahirkan sebagai anak seorang petani yang hidup bahagia disebuah desa dipinggir gunung yang sangat asri.

Kuabaikan suara para pelayan pribadiku yang mencoba memanggil namaku. Dapatku dengar suara jejak sepatu yang berlari mengejarku, yang kuduga itu adalah Cerry. Aku semakin mempercepat lajuku hingga suara jejak kaki Cerry tak terdengar lagi.

Tanpa sadar pijakan yang kupijaki sekarang bukanlah lantai pualam ataupun jalan setapak yang terbuat dari batu bata, melainkan rumput ilalang. Perlahan kuhentikan langkah kakiku. Melihat keadaan sekitarku dan mengidentifikasi aku sedang berada dimana.

Yang kulihat saat ini hanyalah padang ilalang yang berterbangan diterpa angin, sebuah danau besar yang ditepinya terdapat sebuah pohon beringin, dan barisan bunga-bunga liar ditepi pohon tersebut. Ditambah beberapa alap-alap dan sepasang kupu-kupu kuning bertebrangan tepat diatas permukaan danau. Dibelakang danau tersebut terdapat siluet pegunungan Creoline yang terletak diperbatasan antara Grand Dukedom Dexter dengan Kerajaan Nevoir. Siluet pegunungan itu terlihat berwarna putih karena terkenal dengan julukan gunung es abadi.

Satu kata yang mendeskripsikan tempat ini.

Indah.

Keindahan tempat ini semakin jadi, dikala sinar matahari menyoroti air yang ada didanau. Memantulkan berkas-berkas cahaya hingga membuat cincin pelangi tepat diatas permukaan danau. Cantik sekali.

Spontan, aku berjalan kearah pohon beringin tersebut. Setelah berdiri dibawah pohon, aku mendongakan kepala mendapati pohon itu ditumbuhi oleh anggrek liar berwarna putih kekuningan, dan tanaman lain yang seharusnya menempel pada pohon. Aku langsung mengambil tempat duduk diantara akar pohon yang membentuk cabang "V", yang disamping kanan kirinya ditumbuhi semak-semak bunga liar. Seolah-olah tempat itu memang untuk diduduki seseorang.

Aku langsung memandang kedepan, tepat kearah danau tersebut. Air danau itu berwarna biru kehijauan dan jernih. Sangking jernihnya, aku dapat melihat ikan-ikan kecil beraneka warna berenang kesana-kemari, mengitari danau tersebut. Bunga teratai berwarna merah muda juga bertebaran disekitar air danau, membuat udara disekitar danau menjadi segar dan bersih.

Mulut terbuka membentuk huruf "o" kecil, mengagumi keindahan karya Tuhan yang tersaji dihadapanku. Jujur, aku tak pernah tahu ada tempat seperti ini sebelumnya. Padahal aku tadi hanya berlari secara acak melalui jalan yang ada dibelakang Grand Duchy.

Siapa sangka yang kulakukan tadi membawaku ke sebuah tempat yang indah dan tak terbayang oleh logika. Setidaknya tempat ini berhasil menghilang rasa sesak didadaku. Mari kita lupakan Ayah bajinganku itu dan nikmati tempat ini!

Aku sedikit mengangkat daguku keatas kemudian memejamkan mata. Perlahan merasakan terpaan angin segar yang menerpa wajahku dan membelai tiap ujung rambutku yang dikepang kasar. Menerbangkan helaian-helaian rambut putihku.

Setelah beberapa lama memejamkan mata, aku tidak lagi merasakan terpaan angin diwajahku. Tetapi aku masih bisa merasakan angin menerpa sisi tubuhku. Apa ada yang menghalangi angin itu?

Perlahan aku membuka mata dan mendapati siluet seorang pria kecil berdiri dihadapanku. Awalnya figur itu buram hingga lama kelamaan berubah jelas. Hingga akhirnya manik darahku bertubrukan dengan manik ametis persis milik Adrien namun lebih atraktif dan berkilau.

"Halo."

*****

Sebuah kereta kuda berlambang pedang yang terlilit akar berduri berhenti didepan kediaman Earl of Stewards. Seorang bocah laki-laki bersurai hitam lompat dari kereta kuda tersebut. Mengakibatkan suara pekikan  yang berujung omelan bersumber dari seorang wanita berambut pirang.

(Note: Mulai dari sini gelar Count Orca ubah jadi Earl. Jadi keluarga ibunya Snorett bukan Count of Grey lagi, tapi Earl of Grey.)

"Kiehl! Jangan lompat-lompat seperti itu! Kau bisa terluka nanti, dasar anak nakal!" omel wanita itu sembari turun dari kereta. Ia berpegangan dengan seorang pria jangkung yang memiliki rambut berwarna hitam khas anggota keluarga kekaisaran.

Bocah yang dipanggil Kiehl tadi hanya mengalihkan pandangan sambil mendengus kasar. Ia merasa kesal pada sang Ibunda yang terus mengomelinya perihal masalah sepele. Wanita pirang yang merupakan ibu bocah itu, langsung menjitak kepalanya hingga menimbulkan suara 'pletak' yang cukup keras. Kiehl langsung mengelus-elus bagian kepalanya yang dijitak tadi.

"Ibu apa-apaan sih?! Aku laporkan pada Badan Perlindungan Anak Kekaisaran ya!" serunya ketus.

Netra hijau wanita pirang tadi langsung menatap putranya dengan tatapan nyalang. Ia berkacak pinggang tepat didepan putranya.

"Apa yang kau katakan tadi?!" ucap wanita itu penuh penekanan.

Pria kecil itu berbalik menatap ibunya tajam dengan mata besarnya. Bukan terlihat menyeramkan hal itu malah membuatnya terlihat amat manis. Hampir saja sang ibu tertawa dibuatnya, namun ia tahan agar dapat mengintimidasi sang anak.

"Aku akan melaporkan Ibu!!!" ucapnya tak kalah sengit dan lebih keras dari sebelumnya.

Muncul segitiga imajiner berwarna merah didahi sang Ibunda. Wanita itu langsung mengarahkan tangannya ketelinga si bocah dengan cepat hingga bocah itu tak dapat mengelak. Suara rintihan kesakitan mulai keluar dari bibir mungil bocah bermata ametis tersebut.

"Bocah tak sopan!" seloroh sang Ibu.

Kiehl memukul udara hendak memberontak dari cengkraman ibundanya. Pria jangkung yang berdiri disamping wanita itu hanya bisa menggelengkan kepala sembari menghela nafas lelah, melihat tingkah laku istri dan anaknya. Dalam hati ia mempertanyakan kepada Tuhan kenapa satu keluarganya tidak ada yang benar tabiatnya.

"Wah, wah, seperti biasa. Keluarga Grand Duke of Calleum terlihat sangat akur," suara berat menginterupsi keluarga kecil tersebut.

Pasangan ibu-anak itu langsung melihat ke sumber suara. Mendapati seorang pria berumur dengan rambut hijau klimis, tengah memandangi mereka dengan senyuman maklum. Disamping kanan pria itu, terdapat seorang wanita dengan rambut berwarna ungu yang disanggul dan menggunakan topi kecil dengan bulu dikepalanya. Sementara disebelah kirinya, berdiri seorang pria berambut hijau yang terlihat baru memasuki usia dewasa. Keluarga Earl of Stewards.

Grand Duke Calsen tersenyum miris mendengar ungkapan sang Earl. Sementara Grand Duchess Iridessa terlihat terkejut. Ia segera mengubah gerakan tangannya yang tadi menjewer telinga Kiehl, menjadi sedang mengelus-elus rambut Kiehl. Kiehl sendiri langsung mengelus-elus telinganya dengan wajah cemberut. Grand Duchess Iridessa langsung menarik Kiehl untuk berada ditengah-tengah mereka lalu merangkul lengan sang suami. Menunjukkan bahwa mereka adalah keluarga bahagia yang akur. Kiehl kembali mencebikkan bibir atas tingkah laku sang ibunda, sementara Grand Duke Calsen mengelus dadanya.

"Salam untuk keluarga Grand Duke of Calleum, semoga Tuhan selalu memberkati kalian. Sudah lama tak berjumpa, Yang Mulia," ucap Earl Travis sembari mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan.

"Perasaan terakhir kali kita bertemu tiga hari yang lalu," celetuk Kedrey yang berdiri disamping Earl.

Earl Travis dan Countess Aleena langsung melirik putranya itu sinis. Kedrey yang baru tersadar akan celetukannya, langsung menutup mulut lalu mengalihkan tatapannya kearah lain sembari bersiul.

Grand Duke Calsen hanya mengukirkan senyum tipis namun terkesan kecut. Ia tak menyangka ternyata keluarga temannya itu juga sama gilanya dengan keluarganya. Grand Duke langsung membalas jabatan tangan Earl. Sementara para istri saling cipika-cipiki sambil berbasa-basi riang.

Tak lama Earl Travis langsung mempersilahkan mereka untuk masuk kedalam county. Grand Duchess Iridessa dan Countess Aleena terlihat berbincang tentang seorang Viscountess yang ketahuan selingkuh oleh suaminya, sesekali tertawa kecil dari balik kipas mereka. Sementara Grand Duke Calsen dan Earl Travis membicarakan proyek pembangunan jembatan yang akan mereka garap.

Dan yang terakhir pada dua tuan muda dari kedua kediaman yang memiliki jarak umur yang amat jauh. Kiehl terus menunjukkan ekspresi merengut diwajahnya, membuat Kedrey terheran-heran. Refleks, ia menyentil telinga Kiehl, membuat bocah bermata kecubung itu menatapnya tajam.

"Apa?!" tanya Kiehl ketus.

Dahi Lordship of Stewards itu langsung mengernyit saat melihat tingkah bocah itu. Tingkah Kiehl saat ini menurutnya, tidak beda jauh dengan sifat adik perempuannya saat mendapatkan hari bulanan. Sama-sama ganas.

"Kau kenapa sih?"

"Bukan urusanmu, Kepala Rumput!" seru Kiehl ketus kemudian berlalu mengikuti arah pergi sang Ayah.

Sementara Kedrey sendiri masih terpaku ditengah-tengah koridor. Ia langsung menggaruk tengkuknya dengan tangan kanan dan tangan kirinya terpatri dipinggang. Tak lama lewat seorang gadis berambut ungu berumur 15 tahun melengos begitu saja dihadapannya, diikuti dengan dua orang pelayan mengekorinya.

Gadis yang lewat itu diketahui sebagai adik dari Kedrey, Lady Cecil. Dahi Kedrey kembali mengernyit saat melihat sang adik yang tidak menyapanya sama sekali.

"Hei, Cecil!" panggil Kedrey pada adiknya itu.

Cecil langsung membalikkan badan. Menatap sang kakak dengan alis terangkat.

"Kau tidak menyapaku?"

Wajah Cecil langsung berubah datar. Ia mendengus sesaat kemudian melanjutkan perjalanannya tanpa sedikitpun memedulikan Kedrey. Seketika Kedrey menjadi pening sendiri, perasaannya atau memang anak-anak jaman sekarang mulai kekurangan yang namanya akhlak?

Kiehl duduk diatas sofa ruang kerja Earl sembari berpangku dagu. Kegiatannya hanya memperhatikan sang ayah, Earl Travis dan Kedrey yang tengah membahas perihal jembatan, sesekali ia menguap karena rasa suntuk yang melanda. Kakinya yang menggantung, ia ayunkan keatas dan kebawah.

Ia bahkan hampir tertidur sangking bosannya. Kiehl berpikir apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan rasa suntuk dan bosannya ini. Wajahnya tadi yang menampakkan raut datar berubah menjadi senyum terang seolah-olah ada bohlam terang diatas kepalanya. Ia teringat dengan danau tersembunyi didekat grand duchy Calleum.

Kiehl turun dari sofanya dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun. Setelahnya ia berjalan mengendap-endap keluar ruang kerja Earl, kemudian berlari luntang-lantung kemana-mana sambil tertawa kegirangan. Kedua tangannya terangkat keatas merayakan keberhasilannya keluar dari ruang kerja Earl.

Sementara ketiga pria yang ada diruangan itu hanya bisa menghela nafas panjang. Terlebih lagi Grand Duke Calsen tengah memijit pelipisnya dikarenakan pening akan sifat sang putra yang amat ajaib.

"Maaf atas ketidaksopanan putra saya, Earl."

"Tidak masalah, Yang Mulia," ujarnya sembari tersenyum maklum.

Ia melirik Kedrey sesaat membuat pemuda yang tengah memeriksa kuku-kuku jarinya itu, melihat ke sang ayah.

"Apa?"

Earl langsung mengalihkan pandangannya kearah lain sembari mendengus kasar. Sifat anaknya dulu bahkan lebih parah dari Young Lordship of Calleum itu.

*****

Kiehl berlari dengan riang melewati jalan setapak yang menuju sebuah hutan pinus dibelakang county Stewards. Ditengah jalan ia mengambil ranting kayu, batu, atau benda-benda lainnya yang ia anggap menarik.

Walaupun seorang putra bangsawan, Kiehl memiliki jiwa yang bebas dan mencintai alam. Ia menyukai hutan, alam liar, dan pegunungan. Berada dialam terbuka membuat jiwanya merasa lebih tertantang dengan dunia. Terlebih lagi dia seorang adrenaline junkie.

Setelah melewati satu setengah jam berjalan dan melewati semak-semak stroberi liar, akhirnya ia berhasil mencapai tujuannya. Tepat dihadapannya kini terdapat danau besar dengan pemandangan pegunungan Creoline sebagai latar belakangnya. Barisan ilalang yang berterbangan disisi danau dan sebuah pohon beringin berdiri kokoh tepat disamping danau.

Kiehl berjalan kearah pohon beringin tersebut sambil melipat kedua tangannya dibelakang kepala. Sesekali ia bersiul sembari memperhatikan alap-alap yang tengah memangsa ikan didalam air. Mata kecubungnya beralih pada sepasang kupu-kupu berwarna kuning yang terbang bersama. Kata neneknya, melihat kupu-kupu yang terbang berpasangan itu menandakan jodoh kita telah dekat.

Kiehl menggendikkan bahunya, menghalau dongeng konyol yang terus diceritakan oleh sang nenek. Ia langsung memberhentikan langkahnya ketika mendapati seseorang telah menduduki tempat yang biasa ia duduki.

Dibawah pohon beringin itu, ia melihat seorang gadis kecil yang tengah memejamkan matanya menikmati angin sepoi-sepoi. Gadis itu memiliki surai putih yang indah seperti salju di pegunungan Creoline. Bulu mata putih yang lentik dan bibir sewarna bunga ceri yang mungil. Jangan lupakan pipinya yang memerah. Sungguh visual yang memanjakan mata.

Ditambah dengan angin yang terus menerpa, membuat rambut putih yang dikepang milik gadis itu terbang. Helaian-helaian anak rambutnya yang berterbangan membuat wajah gadis itu terkesan ringan. Mutiara-mutiara yang terpasang disetiap untaian rambutnya menambahkan kesan elegan pada gadis tersebut.

Sesaat Kiehl merasa terpesona. Ia berpikir, apakah dirinya baru saja bertemu Snowlet si Peri Musim Dingin yang terus diceritakan oleh sang nenek?

Ia spontan berjalan mendekati gadis kecil itu. Kiehl berdiri tepat dihadapan sang gadis dengan membelakangi danau. Gadis itu terlihat tersentak karena tidak lagi merasakan angin musim semi menerpa wajahnya. Kiehl menahan tawanya ketika dahi gadis itu mengernyit bingung.

Perlahan kelopak mata gadis itu terbuka, membuat Kiehl mengikuti pergerakan sang gadis. Tepat setelah gadis itu membuka matanya. Manik delima sang gadis kecil langsung bertubrukan dengan manik kecubung milik Kiehl.

Kiehl spontan tersenyum lebar. "Halo."

*****

Aku terdiam dikala menatap manik kecubung milik pria kecil itu. Apa dia Adrien? Tidak, Adrien tidak mungkin tersenyum selebar itu. Tetapi rambut hitam dan mata di kekaisaran ini hanya dimiliki oleh anggota keluarga kekaisaran. Lalu siapa?

"Halo, Nona," sapanya lagi.

"Ha-halo juga," jawabku canggung.

Senyuman bocah itu semakin lebar dengan mata yang membentuk bulan sabit. Aku terpana melihatnya. Astaga, apa aku baru saja menemui titisan matahari? Senyuman itu sangat menyilaukan.

Bocah itu berjongkok dihadapanku, membuat struktur wajahnya semakin jelas. Matanya berwarna ungu bulat, pipi gembil dengan semburat merah muda dan rambut berwarna hitam kelam. Baiklah, bocah ini bukan Adrien. Apa mungkin dia anak pertama Grand Duke of Calleum?

"Apa kau Snowlet si Peri Musim Dingin?" tanyanya dengan riang.

Err ... Snow ... Let? Peri Musim Dingin?

Sebenarnya nama itu hampir sama dengan namaku. Snorett dan Snowlet, tidak beda jauh lah ya. Tetapi peri musim dingin? Dongeng anak-anak itu? Wahh, kurasa dimasa depan dia akan menjadi seorang pemimpi.

Aku menggeleng pelan membuat senyuman diwajahnya luntur. Wajahnya sekarang terlihat murung dengan bibir yang dicebikkan. Sekarang aku merasa seperti bibi-bibi yang suka anak kecil. Astaga.

"Emmh, tetapi namaku Snorett. Aku rasa hampir mirip dengan nama peri itu," ujarku mencoba menghibur.

Sebelah alis bocah itu terangkat sembari menatapku. "Kenapa hampir mirip?"

Ya mana kutahu, Miskah.

Oh iya! Setelah diingat-ingat, Ibu dulu bilang namaku terinspirasi dari peri pengendali musim dingin yang bocah ini katakan. Berhubung aku lahir dimusim dingin, jadilah ibu menamaiku begitu.

"Karena aku lahir dimusim dingin," jawabku.

Bocah itu termangut-mangut. "Mungkin kau reinkarnasinya."

"Aku rasa tidak," aku tetap menyangkal.

"Tetapi rambutmu berwarna putih, sedangkan orang yang berambut putih di kekaisaran kita hanyalah Grand Duke of Dexter dan putri-putrinya," ujarnya dengan tatapan polos.

Err ... apa dia belum sadar aku ini siapa? Ah! Benar juga. Aku 'kan jarang keluar dari grand duchy. Apa aku harus mengatakannya?

Baru aku ingin membuka suara, ia tiba-tiba tersentak tersadar akan sesuatu. "Apa mungkin kau putri pertama paman Alex?"

*****

Young Lordship of Calleum
Kiehl Asher fran Yostegard
(Umur: 11 tahun)
(160cm/56kg)

Update setiap hari KAMIS!

Ping!

You've got message from Orca'Mail!

Open/Delete?

Orca'Mail:
HalOrca semuanya. Orca disini pengen beri penjelasan dengan beberapa hal yang pembaca tersayang Orca inj protesin terus. Semoga gak ada yang demo ya

Jadiii Orca mau bahas tentang "Kenapa Snorett nggak pergi dari kediaman Grand Duke terus nyari saudara kembarnya?" atau "Kenapa Snorett masih mengharapkan kasih sayang Ayahnya?"

Untuk yang pertama, kenapa Snorett gak pergi dari kediaman Dexter?

Karena kalo dia pergi sekarang, dia tetap dicap sebagai putri bangsawan keji. Walaupun masih belum kesebar, tapi bisa aja Grand Duke atau pelayan kediamannya yang nyebarin soal itu. Orca disini pengen kesan Snorett yang sekarang tuh kayak "Putri Malang yang Tidak Dianggap", dengan cara ya ngambil belas kasih semua orang. Kalian juga udah baca 'kan, di bab 11 para pelayannya mulai membuka hati dengan Snorett. Sekalian juga, kita bisa jatuhin image Grand Duke yang terkenal ramah jadi "Ayah yang Tidak Bertanggung Jawab".

Untuk saudara kembar Snorett, kayaknya kalian gak sabar banget ya buat ketemu?😂 Padahal di prolog kalian udah ketemu kok, di chap 1 juga malah😂 Saudara kembar Snorett muncul di season 2, ku spoilerin lho itu. Cerita ini bakal punya 4 season, untuk berapa bab per seasonnya itu acak, tergantung seberapa panjang alurnya sih.

Untuk yang kedua, kenapa Snorett masih mengharapkan kasih sayang Grand Duke?

Gini aja ya, misalnya kalian juga diperlakukan gak adil sama ayah atau ortu kalian. Walaupun tahu, ayah kalian udah berkali-kali nyakitin kalian, pasti masih ada sedikit harapan dihati kalian menginginkan kasih sayang ayah kalian 'kan? Walaupun secuil, itu pasti ada. Dan itu berlaku juga buat Snorett.

Toh, diawal Snorett cuman bilang "Aku tidak akan mengganggu kalian lagi" bukan "Aku takkan mengharapkan apapun dari kalian lagi" Walaupun ada beberapa kali Snorett bilang gak mau mengharapkan kasih sayang ayahnya, dia gak bener-bener serius soal itu. Berkali-kali dia ngomong gitu cuman buat ngelampiasin kekesalan dia doang.

Kayak misalnya kita deh ngomong "Iihh, berat badan gue naik, gak mau lagi ah gue ngemil" tapi tetep aja tuh ngemil bakso, mie ayam, martabak dll. Eh itu termasuk ngemil gak sih?😂

Tapi ada kok disuatu bab yang akan datang, dimana Grand Duke bakal ngerasa menyesal banget udah durhaka sama Snorett. Dan beberapa bab yang akan datang di mingdep, kalian bakal ngelihat perubahan sifat Grand Duke ke Snorett. Walaupun gak terlalu signifikan.

Udah itu aja yang mau Orca sampaikan. So, OrcaBye!

Ditulis pada tanggal,
Jum'at, 19 November 2021.
Dipublikasikan pada tanggal,
Kamis, 25 November 2021.

FB: Tika Riani
IG: queenorca_
Twitter: queenoforca

Orca_Cancii🐳

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top