40
DUARR!!!
Suara ledakan menghentikan kegiatan di sekitar area perkemahan. Bahkan acara pengumuman pemenang perburuan terpaksa terhenti. Semua orang langsung berdiri dari duduk mereka.
Para wanita mulai berbisik-bisik, sementara para pria mulai mencari dari mana asal suara ledakan itu. Para ksatria dengan sigap menunggangi kuda masing-masing. Duke muda Evander dari Exford memimpin pasukan itu sebagai komandan pasukan resimen kekaisaran. Pasukan itu bergerak bersamaan menuju bagian utara perkemahan dimana tenda keluarga McDeux berada.
Asap hitam keabu-abuan mengebul tinggi hingga menutupi langit. Percikan-percikan api tampak berdansa dari kejauhan. Melalap tenda biru kebanggaan sang grand duke dari utara.
"Lihat langitnya!" teriak salah seorang bangsawan muda sambil menunjuk keatas kepala.
Semua orang spontan melihat kearah langit, begitupula Kaisar Lucas yang tengah sibuk memerintah pasukan penjaga Kaisar untuk mengevakuasi bangsawan dan warga yang tinggal di sekitar kawasan perkemahan. Pupil mata pria itu mengecil kala melihat langit yang semula biru terang berubah jadi merah pekat bagaikan darah.
Awan-awan yang sebelumnya berwarna putih bagaikan kapas, berubah menjadi warna hitam. Petir menyambar bumi menyebabkan tanah bergoncang menimbulkan kepanikan massa. Anak-anak menangis dipelukan ibu mereka, sementara para ayah menyelamatkan wanita dan anak-anak mereka.
Tak hanya manusia yang mengalami kekalutan, hewan dan monster di dalam hutan juga mengalami hal yang sama. Tanah bergoncang merusak rumah kelinci dan mamalia yang tinggal didalam tanah. Air sungai merebak, melemparkan ikan-ikan menggelepar diatas tanah. Segala jenis burung berkoak di langit, kabur dari hutan yang telah menjadi rumah mereka. Termasuk para hewan buas dan monster yang mulai lari luntang-lantung memasuki kawasan perkemahan.
Pekikan histeris terdengar tatkala puluhan monster beragam bentuk menerobos barikade yang dibuat para ksatria. Hal itu menimbulkan banyak korban dari berbagai pihak. Lucas yang tengah menuruni podium langsung berlari menaiki salah satu kuda sambil membawa Adrien dipelukannya. Ia menitipkan putra semata wayangnya pada salah satu dayang istana yang tampak kebingungan.
"Ayahanda, apa yang hendak Anda lakukan?" tanya Adrien dengan tatapan mata tajam.
Lucas seolah jatuh dalam kegelapan netra sang putra. Ia tersenyum tipis lalu mengacak rambut Adrien lembut. "Tunggu disini," ujarnya lalu melecutkan tali pelana menyebabkan si kuda putih melaju kencang.
Sang kaisar menerobos lautan manusia yang dipenuhi kekalutan. Ia menghiraukan teriakan para ksatria penjaganya jauh dibelakang. Tatapan manik sewarna batu kecubung itu menajam. Tujuannya saat ini hanya satu, mengamankan rakyatnya dari segala ancaman.
Dari kejauhan, ia dapat melihat seorang pria paruh baya melayang beberapa senti diatas tanah. Helaian rambut sewarna langit milik pria itu berterbangan, layaknya benang sutra yang tertiup angin. Aura berwarna hijau menyelubungi seluruh tubuh pria itu. Tanpa merapalkan mantra, ia berhasil memecahkan puluhan kepala monster, bahkan mengubah beberapa diantaranya menjadi patung tanaman.
"Sirius!"
Pria paruh baya itu melirik orang yang telah memanggilnya. Pupil matanya membelalak tatkala mendapati sang kaisar nekat memasuki wilayah rawan bahaya. "Yang Mulia, jangan kesana! Berbahaya!"
"Ikut aku!" perintah pria itu lagi yang langsung ditanggapi oleh Sirius.
Ia menghentikan sihirnya lalu berlari menunggangi kuda yang tak bertuan. Entah milik siapa, yang penting ia bisa menjaga sang kaisar untuk tidak bertindak gegabah. Hanya dalam hitungan detik, Duke Sirius akhirnya bisa mengejar sang kaisar.
Hanya suara tapak sepatu kuda yang dapat didengar oleh kedua pria itu sekarang, plus teriakan orang-orang yang panik. Kedua pejabat negara itu fokus dengan tujuan mereka sekarang. Sesekali Sirius tampak melirik sang kaisar lalu berganti melihat segerombol ksatria yang mengikuti mereka.
Tak jauh didepan mereka mulai tampak gerombolan berbagai jenis monster yang tengah bertarung dengan para ksatria. Pemandangan yang amat miris, dimana banyak anggota tubuh bergelimpangan diatas tanah. Lucas memandang nanar salah satu kepala ksatria yang ia kenal, tergeletak begitu saja diatas tanah.
Giginya saling bergemelatuk melihat pemandangan itu. Bukan hanya satu, tapi ada banyak dari ksatria-nya yang harus meregang nyawa dengan cara yang mengenaskan. Seluruh sel darah darah di dalam tubuh mendidih, melihat ksatria yang ia banggakan harus meninggalkan dunia dengan cara keji.
"Yang Mulia, saya rasa fenomena ini ada sangkut pautnya dengan–"
"Snorett McDeux. Aku tahu itu, Duke," ujar pria akhir kepala tiga itu memotong ucapan Sirius. Ada nada ketidaksukaan ketika ia mengatakan nama sang nona pertama dari utara.
Lucas tidak menerima takhta hanya karena ia pangeran pertama kekaisaran. Ada banyak hal yang telah ia korbankan hanya untuk mewarisi gelar kaisar. Masa mudanya, Lucas habiskan hanya untuk belajar dan terus belajar. Bahkan di akademi pun sama. Walau telah menerima predikat sebagai siswa terbaik, ia tetap mempelajari segala hal yang ada di dunia.
Fenomena ini telah terjadi sebelumnya ketika keturunan Marcail pertama lahir. Manusia setengah iblis pertama di dunia, kurang lebih 400 tahun yang lalu. Marcail adalah anak hasil perzinahan seorang bangsawan wanita dengan Asmodeus, salah satu pangeran iblis dari dunia bawah.
Kelahiran Marcail ini menimbulkan banyak kekacauan di dunia. Tentu saja kekacauan itu terjadi secara bertahap, namun hampir menghancurkan seluruh dunia. Namun segala kekacauan itu berhasil dihentikan setelah raja dari kaum dengel memenggal kepala Marcail.
Namun sialnya, sebelum dieksekusi Marcail berhasil beranak pinak dan menghasilkan keturunan hingga sekarang. Salah satu keturunan Marcail adalah Snorett McDeux.
"Gadis iblis itu ...," Kaisar Lucas memandang monster yang hendak menyerangnya sinis. Dengan sekali tarikan pedang, kepala monster itu langsung terpisah dari tubuh. "... harus segera disingkirkan."
*****
Alex keluar dari tendanya dengan tergesa-gesa. Ia menggendong tubuh sang istri dan putri bungsu disetiap tangannya. Segala hal yang ia lihat saat ini hanyalah warna merah bercampur jingga. Bau anyep barang-barang terbakar menyapa indra penciumannya. Orang-orang berlarian kesana kemari, memekik meminta bantuan. Untuk sesaat, Alex melupakan posisinya sebagai kepala daerah karena kekacauan yang terjadi.
Usai ia mendudukkan Lily dan Sophie dibawah pohon yang tak jauh dari daerah tenda, ia kembali mengambil alih komando. Alex memanggil beberapa ksatria serta dayang untuk menjaga istri dan putrinya yang tak sadarkan diri. Tak lupa ia juga merapalkan mantra untuk membuat barrier sihir, menjaga orang-orang dari serangan monster. Sementara ksatria yang tersisa mengikutinya memasuki kawasan yang telah dilalap api. Ksatria Dexter dan pasukan paladin yang sebelumnya menemani Sophie, bersatu dibawah komando sang grand duke.
Suara tapak besi beradu dengan tanah mengiringi kepergian rombongan Alex. Keberadaan sang grand duke cukup mencolok, karena hanya menggunakan tunik berwarna putih gading serta celana kulit, dan sepatu pantofel. Satu-satunya senjata yang ia bawa hanyalah sebilah pedang. Namun ia tidak peduli, ia cukup kalut dengan keberadaan sang putri sulung di dalam sana.
Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat-saat Snorett tiba-tiba terbangun. Awalnya Alex merasa lega, melihat sang putri sulung terbangun dari koma. Bahkan Sophie yang sibuk menangis tersedu-sedu pun langsung bersemangat kembali. Tanpa pikir panjang langsung memeluk saudarinya, begitupula Lily yang ikut bahagia akan sadarnya sang putri sambung.
Namun tiba-tiba, kedua perempuan itu terlempar menghantam dinding hingga tak sadarkan diri. Alex yang terkejut langsung mencabut pedang dipinggangnya dan mengarahkan besi tajam itu kearah Snorett. Awalnya ia kira Snorett kembali menjadi jahat. Namun ketika melihat mata gadis itu, ia berubah kalut.
Bentuk mata Snorett sama sekali tidak wajar. Bola mata terlihat lebih lebar, dengan kornea yang seharusnya putih, malah berwarna hitam. Pupil berwarna hitam memanjang dan manik sewarna darah bercampur warna besi berkarat. Mirip mata reptil namun lebih mengerikan.
"Seluruh dunia harus tunduk dibawah kaki Satan Sang Kehancuran."
Pria bersurai putih itu memegangi kepalanya dengan gigi yang gemeretak. Ucapan putri sulungnya itu membuat ia sadar, kekuatan iblis gadis itu telah bangkit. Ia kembali menaikkan pandangan, melihat kearah tenda yang telah dimakan lidah api.
Api tampak menari-nari membakar setiap barang yang ada. Orang-orang berlari menjauhi dari area yang terlalap api. Tak sedikit pula yang terjebak didalam tenda dan membakar mereka didalam sana. Teriakan, tangisan, rintihan kesakitan bersatu padu menimbulkan rasa pilu di hati orang-orang yang mendengarnya. Banyak korban yang berjatuhan, dan tidak akan berhenti bertambah sampai pusat masalahnya dihancurkan.
"Langitnya!" pekik Count Cale sambil menunjuk langit.
Alex mendongak, pupil matanya mengecil tatkala melihat langit yang memerah bagaikan darah. Semua orang melihat kearah langit dan langsung terperangah. Para paladin yang sadar dengan keadaan langsung membaca isi kitab suci. Memohon kepada sang penguasa untuk mengembalikan kembali dunia ke bentuknya semula.
Alex mendengus keras. Situasi ini benar-benar diluar perkiraan. Ia sadar, Snorett pasti akan diburu oleh seluruh dunia jika segala hal telah berakhir. Sama seperti yang terjadi pada Marcail di masa lalu, dan ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Suara deru nafas kuda terdengar dari arah belakang. Alex melirik dari balik punggung, mendapati rombongan Duke Muda Evander mengarah kearahnya. Pria muda itu membawa satu peleton ksatria resimen kerajaan yang bercampur dengan ksatria Exford.
"Yang Mulia Grand Duke!" seru pria muda itu.
Manik sewarna emasnya tampak berkilat dihadapan api yang membara. Ia melompat dari kudanya lalu berlari kearah sang grand duke yang masih melihat kearah tenda. Perilaku pria muda itu diikuti oleh para ksatria yang ikut melompat dari kuda mereka, dan berlari kearah rombongan Grand Duke Alexander.
"Apa Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" tanya Duke Muda Evander yang hanya dibalas anggukan.
"Aku baik-baik saja, Cedric," ujar Alex lagi tanpa memalingkan wajah dari tenda api. Sang duke muda tampak bingung dengan tatapan nanar yang dipancarkan oleh Alexander. Pria hampir kepala tiga itu kembali berucap, membuat Cedric panik seketika. "Tetapi, putri sulungku masih terjebak didalam sana."
Pemuda berambut pirang itu langsung berteriak. Ia memberikan komando terhadap pasukannya untuk masuk kedalam tenda. Setelah memastikan semua orang masuk, ia juga ikut masuk. Namun pergerakannya berhenti tatkala melihat Alexander juga ikut masuk ke dalam tenda api.
Spontan, Cedric menahan kedua bahu pria itu. "Yang Mulia, sebaiknya Anda tetap disini. Didalam sana berbahaya."
Bukan tanpa alasan Cedric melarang sang grand duke untuk masuk. Selain merupakan bangsawan kelas atas dana salah satu kerabat Kaisar, Grand Duke McDeux juga tidak mengenakan zirah pengaman. Hanya selapis kain tunik berwarna putih gading, tidak ada besi yang melindungi tubuhnya. Terlebih lagi, Alexander minim pengalaman di dunia militer. Bukan berarti dia tidak pernah ikut pelatihan militer atau diterjunkan ke medan perang. Pernah, namun sang grand duke lebih senang melakukan perang secara diplomatis.
"Kau berani menghalangiku, Lord Cedric?" ujar Alex menekankan posisi Cedric yang masih sekedar pewaris.
Tatapan tajam pria paruh baya itu, spontan membuat Cedric meneguk ludah gugup. Walaupun jarang ikut ke medan perang, Alex sangat paham bagaimana cara menjatuhkan mental orang lain. Terlebih lagi, jika lawannya hanyalah seorang pemuda beringas yang tidak pintar berdebat.
"Bukan begitu, Yang Mulia. Hanya saja, pakaian Anda–"
"Glacenius armoritus."
Alexander merapalkan mantra, memotong ucapan Cedric. Sontak, tubuh pria itu ditutupi jarum-jarum es yang memanjang. Dari ujung kepala hingga mata kaki, jarum itu terus tumbuh lalu pecah menjadi kepingan serbuk sihir. Jarum es tadi berubah bentuk menjadi zirah berwarna putih bening. Samar-samar terlihat pakaian dasar yang digunakan Alexander, namun tidak terlalu terlihat karena es yang buram.
Cedric terpana. Ia tahu sihir es di kekaisaran ini amat langka, namun ia tidak menyangka sihir itu akan sekeren ini. Ia sangat menyayangkan pilihan Grand Duke McDeux yang membela negara lewat hubungan diplomatis. Jika saja pria itu terjun ke dunia militer, mungkin militer Callesius bisa menjadi yang terkuat di dunia, mengalahkan Kekaisaran Aupair.
Cedric berujar, "Mari, Yang Mulia."
Tanpa basa-basi, keduanya langsung melesat kedalam tenda. Yang ada didalam pikiran Alex hanyalah keselamatan Snorett. Ia tidak bisa berpikir jernih, berharap apa yang dilihatnya hanyalah ilusi. Berharap, Snorett tidak menjadi iblis yang ia lihat.
*****
Young Duke of Exford's Dukedom
Cedric Edhart Evander
20 Tahun
(180/70kg)
Satu bab lagi menuju epilog🥳
Jumat, 11 Agustus 2023
Orca_Cancii🐳
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top