Zeke: Perfect

Belakangan dapet inspirasi bikin cerita berdasarkan lagu. What do you think, guys? :D Also, request is always open ;)

AU

***

Mesin sudah panas, musik rock tahun 90'an favoritnya sudah diputar dengan cukup besar di audio mobilnya. Zeke sudah hendak tancap gas menuju kantor, tetapi tiba-tiba saja nada dering khas yang dia pasang hanya untuk nomor telefon seseorang yang bernama (Y/F/N) membuatnya berubah pikiran.

Zeke mengecilkan volume musiknya, mengeluarkan rokok dari saku jaket kulitnya, dan mengapitkan benda kecil itu di antara kedua bibir tipisnya yang seksi seraya dia menurunkan kaca mobilnya hingga setengah terbuka.

Berdeham sejenak, dia mengangkat panggilan tersebut. "(Y/N), selamat pagi."

"Selamat pagi." Suaranya terdengar lembut dan menenangkan. "Sedang apa? Aku mengganggu, tidak?"

"Sedang merokok."

"Nggak ke kantor?"

"Baru ingin pergi," Zeke terkekeh. "Tapi aku masih ada waktu, kok." Apa lagi kalau itu untukmu, pikirnya. "Bagaimana denganmu? Sedang apa?"

"Aku baru selesai dandan."

"Yeah? Ada apa pagi-pagi begini?"

"Bukan, duh. Aku harus menghadiri pernikahan kakakku, ingat? Upacaranya akan dimulai tiga jam lagi."

"Ya ampun, aku kelupaan. Maaf." Zeke secara spontan menepuk jidatnya. "Aku akan langsung menyusul begitu rapat selesai, apa boleh?"

"Tentu saja, Zeke. Aku mengerti, kok."

Zeke tersenyum karena pengertiannya. Itu salah satu hal yang membuat dirinya bisa jatuh hati kepada gadis ini.

"Kau pasti terlihat sangat cantik sekarang."

"Bukannya terlalu percaya diri, tapi iya. Aku merasa sangat cantik sekarang. Anting yang kau belikan untukku bulan lalu sangat cocok dengan gaunku."

"Ya? Aku jadi semakin nggak sabar untuk bertemu denganmu." Gumam Zeke. "Nah, sudah sarapan, belum?"

"Sudah. Aku masak nasi goreng pagi ini. Sudah kusisakan satu piring untukmu di kulkas."

"Jadi, malam ini aku boleh menginap?"

"Kupikir kau memang ingin mau menginap, jadi.."

Zeke tertawa, gemas. "Tentu saja, aku akan nginap malam ini."

"Senangnya."

"Kalau begitu, kututup dulu, ya?"

"Oh iya, tentu saja. Sampai jumpa, Zeke."

"Yeah, kabari aku, ya, kalau ada sesuatu."

"Kau juga. Aku sayang kamu."

"Aku juga sayang kamu."

***

Zeke berbicara kepada dirinya sendiri sepanjang perjalanan menuju lokasi acara. Bukan karena gila, tetapi dia sedang berlatih: Zeke akan melamar kekasihnya itu malam ini.

Banyak orang bilang (Y/N) adalah perempuan beruntung karena bisa mencuri hati seorang Zeke Yeager, seorang pemuda kaya raya yang tampan. Namun bagi Zeke sendiri, dirinya lah yang paling beruntung karena bisa bertemu dengan (Y/F/N). Satu-satunya orang yang tulus kepadanya. Selain parasnya yang cantik, sifatnya juga seperti malaikat.

Setelah memarkir mobilnya, Zeke berdiam diri sejenak untuk menarik napas. Secara kebetulan, dia malah melihat kekasihnya tengah melamun di sebuah ayunan di pekarangan aula tempat digelarnya acara resepsi pernikahan, tampak muram dan lesu.

"Sedang memikirkan apa?" Sapa Zeke sembari berjalan ke arahnya.

"Aku kesal, Zeke." Gerutu (Y/N), bibirnya mengerucut. "Seseorang menggodaku di dalam sana."

"Tunjukan padaku nanti, siapa cecunguk yang berani menggoda pacarku," Zeke tersenyum lebar sambil menepuk kepala kekasihnya dengan lembut. Matanya berkeliling ke wajah cantiknya, lalu ke gaun yang ia kenakan. "Ya, kamu memang jadi seratus kali lipat lebih cantik dari biasanya, sih-- M-Maksudku, tentu saja kamu selalu cantik. Hanya saja-- Pokoknya jangan salah paham! Kau selalu cantik! Tapi malam ini-- Kamu tampak sempurna."

"Lucunya." (Y/N) terkikik

"(Y/N)."

"Ya?"

Zeke bangkit dan berjalan ke balik punggung gadis itu, mengayun ayunan tempat (Y/N) sedang duduk. Gadis itu awalnya terkejut, namun dia lalu tertawa. Zeke senang melihat senyumannya kembali.

"Ayo kita menikah," Zeke tahu betapa merah mukanya saat ini, maka dari itu dia berusaha mengalihkan perhatian (Y/N) sebisa mungkin.

(Y/N) menoleh ke belakang, menatap wajahnya yang tersipu malu. "Zeke, kamu nggak sedang bercanda, kan?"

"Aku akan hitung sampai satu. Kalau kau nggak jawab, maka tawaranku hangus."

"Kenapa cuma sampai satu?"

"Jawab saja."

"Tapi--"

"Satu--"

"Mau! Mau! Aku mau, ya ampun!"

"Sungguh?"

"Aku serius, jika kau serius, Zeke."

Mata Zeke berkaca-kaca, dia bergerak maju untuk mengecup kekasihnya itu. Tapi di tengah-tengah momen manis tersebut, Zeke mendadak berhenti, tangannya dengan liar meraba saku jasnya seperti tengah mencari sesuatu.

"Kenapa?"

"Cincinnya ketinggalan, kurasa.."

(Y/N) tertawa karena tingkahnya yang konyol, seperti dirinya yang biasa. "Yang terpenting kamu sudah mengatakannya."

Zeke tersenyum lega mendengar tanggapannya. Pria itu lantas menawarkan tangannya, "Mau dansa denganku?"

"Di sini?"

"Ya. Di sini. Di luar. Hanya kita berdua."

"Dengan senang hati--" Seraya menyambutnya, (Y/N) tersandung, namun beruntungnya Zeke cukup gesit untuk menangkapnya.

"Dasar ceroboh."

"Daripada kau, konyol dan pikun."

"Ya. Dan kita akan menjadi pasangan yang sempurna." Zeke tertawa, bergerak turun untuk melepas sepatunya. Melihat itu, (Y/N) tersenyum dan melakukan hal yang sama.

Mereka mulai berdansa di halaman berumput itu dengan diiringi lagu samar-samar yang berasal dari dalam bangunan. Tersorot cahaya bulan, diterpa oleh dinginnya angin malam yang menusuk. Meski sederhana, ini adalah momen yang paling berharga untuk mereka berdua.

"Zeke," (Y/N) berhenti sejenak karena bersin. "Terima kasih untuk semuanya."

"Sama-sama." Zeke tertawa, mengerti, dan melepas jasnya untuk dia berikan ke kekasihnya itu. "Pakailah. Kau lucu sekali."

"Bagaimana denganmu?"

"Jangan pikirkan aku. Aku baik-baik saja, (Y/N)."

"Tapi.." Sebuah pikiran usil terlintas di benak (Y/N), dan secara tiba-tiba, dia melempar tubuhnya ke badan Zeke, yang membuat mereka berdua terjatuh di atas rumput.

"H-Hey, gaunmu bisa kotor." Ujar Zeke, toh tertawa juga. "Apa yang kau--"

(Y/N) memeluknya, menyelimuti pria itu dengan tubuhnya yang hangat. "Sekarang kita berdua sama-sama hangat."

Zeke luluh dengan perilaku lucu tersebut, membalas pelukannya. Keheningan menyelimuti mereka selagi lagu jazz yang diputar di dalam bangunan berganti menjadi lagu klasik yang menenangkan.

Zeke menatap mata (Y/N) yang berkilat, mengecupnya. "Aku mencintaimu, Nyonya Yeager."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top