Porco: Don't You Die (2)


***

"Saya, Willy Tybur, sebagai utusan dari pemerintah Marleyan, di atas panggung ini menyatakan.." Pamanku berdiri tegak di depan sana dengan raut antusias. "Pernyataan perang!"

BUM! Sesuatu memeledak tepat di hadapanku. Aku tahu ini lah yang dimaksud Porco kemarin sore. Ini dia musuhku. Eren Yeager.

Attack Titan mengamuk, dan aku mendapati separuh tubuh Paman yang tergeletak sepuluh meter dari tempatku berdiri-- Dia sudah tiada.

Entah bagaimana, Pieck, Porco, bahkan Reiner, tidak menampakkan diri. Ini membingungkan. Tapi, daripada itu, aku harus fokus dengan si dungu satu ini terlebih dahulu.

Dengan tenaga yang tersisa, aku merubah diriku. Inilah, Warhammer Titan. Aku akan memastikan kematian Paman dan kekuatan Ibu yang ada di dalam diriku takkan berakhir secara sia-sia.

"Sial kau, Eren." Kataku sembari mengeluarkan palu andalanku.

Dia menghambur untuk menyergapku, berusaha segesit mungkin. Namun, aku mengendalikan tanah yang ada di bawah pijakanku, menikam tubuhnya hingga tak bisa bergerak.

Dari kejauhan, aku tahu Magath dan prajurit lainnya sangat mengandalkanku. Aku tak ingin mengecewakan mereka, tapi-- Eren terlalu kuat!

Seseorang meledakkan tengkuk leher Titanku, dan aku tertawa. Ini menyenangkan, seperti main petak umpet.

Tunggu. Suara ledakan, suara gesekan kawat.. Tak salah lagi. Itu mereka. Dan mereka.. Membunuh warga sipil. Semuanya. Termasuk wanita dan anak-anak.

Aku sibuk melamun sampai lupa salah satu dari kawan Attack Titan itu telah melumpuhkan Titanku dengan.. Entahlah, sesuatu benda seperti peledak. Aku tidak dapat melihat apa pun-- Brengsek. Dia juga memotong kedua tangan dan kakiku.

Raungan Jaw Titan Porco bergaung buas dari balik punggungku. Kurasa dia tengah melindungi tempat persembunyian tubuh asliku. Si dungu itu-- Seharusnya dia pikirkan saja dirinya sendiri.

Aku harus keluar.. Sebelum terlambat!

***

Para pasukan Paradis berhasil melarikan diri bersama tuan Zeke menggunakan kapal terbang. Dengan satu kaki dan beberapa jari tanganku yang terputus, aku berusaha mencari keberadaan Porco.

Sangat sulit untuk memulihkan diri saat ini karena aku mulai kehabisan tenaga. Darah tak henti-hentinya mengucur, penglihatanku mulai kabur. Kemungkinan besarnya jika aku bisa selamat dan kekuatan bertarung Titanku menurun, aku harus mewarisi kekuatanku.

Artinya, aku akan tetap mati.

"(Y/N)!" Suara Porco terpekik dari kejauhan. Aku bisa mendengar suara langkah kakinya yang berat menyergap ke arahku.

"P-Porco," Sapaku, terhuyung lemas, nyaris jatuh. "Kau terluka?"

"Aku baik-baik saja, justru kau yang tidak baik-baik saja! Bodoh, kenapa kau--"

Deg-- Deg-- Jantungku berdetak kencang tak karuan, terasa nyeri di setiap detakannya. Kepalaku semakin pening, penglihatanku buram, aku nyaris tidak bisa merasakan kakiku. Apakah ini akhirnya? Ah! Sial! Jangan dulu!

"(Y/N)! Bertahanlah sedikit lagi!" Porco mengangkat tubuhku, berlari sekuat tenaga.

"Porco, kumohon," Aku berbisik padanya. "Makan aku."

"Jangan bodoh!" Dia membentak. "Kau masih bisa hidup!"

Dia menangis.

"Porco.."

Sejak dulu, aku ingat Porco selalu bilang kalau dia ingin menjadi lebih kuat dari diriku-- Betapa pun belagunya, Porco selalu tahu kalau kemampuan kami tidak akan pernah bisa setara. Saat ini.. Aku rasa aku hanya ingin mewujudkan keinginannya itu. Tapi, kenapa, ya? Rasanya aku tidak siap.

***

(Y/N) Tybur. Semua orang meremehkanku karena nama belakangku. Mereka pikir, aku adalah putri bangsawan yang tumbuh dengan kasih sayang serta gaun-gaun seperti boneka. Nyatanya, aku tumbuh dengan seorang jenderal yang galak, kaos dekil dan sepatu bot yang berlumpur.

Sejak kecil, aku selalu di latih untuk menjadi perempuan yang kuat karena aku adalah pewaris kekuatan Ibu. Aku tidak ingin itu, tapi aku tetap harus melakukannya.

Di pukul, di tinju, di tendang, semua itu sudah seperti rutinitasku. Aku tahu bukannya mereka tidak sayang padaku, melainkan mereka ingin aku tahu bahwa.. Hidup ini sulit. Aku tidak punya pilihan lain selain bertarung jika ingin melindungi orang-orang yang kusayang.

Seperti besi yang di tempa agar menghasilkan sebuah pedang yang kuat dan tajam, begitulah diriku. Aku telah mengorbankan begitu banyak darah dan keringatku demi meraih kekuatan sebesar ini.

Dan ternyata, perjuangan mati-matian itu berbuah setimpal. Aku merasa sangat kuat hari ini. Aku.. Sudah berjuang dengan maksimal. Aku sudah memenuhi tugasku sebagai seorang pejuang dari keluarga Tybur. Jadi..

Pergi pun.. Mestinya bukan masalah yang besar sekarang. Tapi wajah dungu khas Porco, suaranya, senyumannya.. Aku masih ingin melihatnya lebih lama lagi. Aku ingin memeluknya dengan benar kali ini. Jadi, kumohon.. Aku tidak mau.. Mati.

Uh..

Aku..

Mati.

***

Porco's POV

"Porco, jangan menangis.. A-Aku mencintai.." (Y/N) tak menyelesaikan perkataannya. Kedua matanya menutup, tubuhnya terkulai. Mulutnya menghembuskan napas yang terakhir.

Aku meraung kencang saat merasakan hembusan napas terakhir (Y/N) yang menyapu tanganku. Keputusasaan dan kelelahan bercampur aduk dalam diriku.

"Kumohon. Siapa pun itu, asal jangan kau. Aku mohon.." Bisikku pada kuping gadis itu. "Jika kau tidak ada..."

Jika kau tidak ada, siapa yang akan memarahiku kalau aku tidak patuh pada Komandan?

Jika kau tidak ada, siapa yang akan datang padaku sambil mengatakan kalau semua akan baik-baik saja?

Jika kau tidak ada, siapa yang akan memperhatikanku?

Jika kau tidak ada..

(Y/N)..

Jika kau tidak ada, siapa lagi yang kupunya? Kini semua orang yang kusayang telah pergi, meninggalkanku hidup sendirian di kehidupan yang gelap gulita dan mengerikan ini. Duniaku sudah runtuh.

Aku sendirian.

***

Ah.. Waktu berlalu dengan begitu cepat tanpa kehadirannya. Hari-hariku mulai terasa hambar dan membosankan. Meski Colt, Pieck, dan Reiner selalu ada untuk menghiburku, tapi aku tidak bisa merasakan apa-apa dari mereka.

Hari ini aku sudah melanjutkan perjuangannya di Pulau Paradis. Sebagai Jaw Titan, dan sebagai Warhammer Titan.

Aku bisa merasakan tubuhku menjadi sangat kuat, tapi.. Kekuatan itu juga perlahan-lahan membunuhku. Butuh tenaga yang sangat besar untuk mengendalikan Warhammer Titan, seperti yang dikatakan Komandan Magath.

(Y/N).. Aku jadi merasa bersalah karena menahanmu pergi. Ternyata menjadi sekuat dirimu itu.. Sangat menyakitkan.

Aku mengumpulkan lagi kekuatan Titanku, bersiap untuk menyerang, tapi si Zeke tolol itu malah berteriak untuk mengakhiri semuanya.

BUM! Dengan mata kepalaku sendiri, aku menyaksikan kawan baikku, Colt, dan adiknya, Falco, memeledak di hadapanku.

Aku ingin melawan, tapi, kondisiku saat ini.. Untuk sekedar memikirkan sesuatu saja butuh tenaga--

Kudapati Titan Falco tengah berjalan ke arah Reiner, yang padahal si cecunguk itu sudah berhasil menjatuhkan Attack Titan Eren.

Kalau (Y/N) ada, mungkin hal seperti ini takkan terjadi. Mungkin Eren sudah tamat sejak kita baru mendarat di tanah Paradis. Tapi, mungkin sudah seperti itulah jalannya.

Jika Eren mati begitu saja, maka dunia tidak akan belajar.

Aku keluar dari tubuh Titanku dan berjalan sempoyongan ke arah Falco. Aku sudah benar-benar kehabisan tenaga, aku ingin istirahat.

Semakin dekat langkahku pada bocah itu, aku semakin merasa ringan. Cahaya disekitarku pun menjadi semakin terang. Dan aku tahu apa ini.

Aku tidak merasakan sakit sedikit pun saat tubuhku terkoyak. Alih-alih, pandanganku tiba-tiba memelesat ke sebuah dunia baru-- Dunia terang benderang. Dunia dimana ada (Y/N) di dalamnya.

(Y/N) berdiri di ujung pandanganku seraya tersenyum, merentangkan tangannya seolah ia meminta sebuah pelukan.

Dan seperti biasa, dia selalu terlihat sangat cantik.

"Aku pulang, (Y/N)."

Aku berlari secepat mungkin dan merengkuhnya, mengangkat tubuhnya yang terasa ringan ke udara, sambil sesekali mengagumi senyumannya.

"Aku mencintaimu, Porco."

Akhirnya, kata-kata tak terucap itu keluar dari mulutnya. Itu adalah kata-kata yang selama ini kudambakan. Kata-kata yang selama ini ingin kudengar langsung darinya.

Aku juga..

Sangat..

Sangat..

Mencintaimu..

(Y/N).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top