Tarung Kesatria

[Pagi tiba dan suasana ceria berubah menjadi kelam. Semua yang tiba di Arena dapat menyadari bahwa sesuatu telah terjadi semalam yang bahkan tembok tebal Katedral tak sanggup menyembunyikan. Ketika para delegasi berjalan masuk ke arena, tidak ada lagi sambutan meriah dari para pendukung. Kursi-kursi penonton tak lagi penuh dan para penjaga berdiri lebih rapat.

Suasana terasa berat ketika hari ini, Qokar Alliance berhadapan dengan Qasalon Empire. Di balik ketegangan di awal pertandingan, perlahan beberapa orang sadar ada sesuatu yang besar sedang terjadi walau tidak tahu itu apa.

Sang Paus membuka turnamen tanpa basa basi. Hanya mengucap salam dan memberi aba-aba.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?]

===***===

Riuh rendah penonton dan denting senjata yang saling beradu mengawali pertarungan antara Qokar melawan Qasalon. Namun, Batar sedikit memerhatikan hal yang tidak biasa. Untuk pertarungan 'kesatria' yang mengandalkan fisik, penonton hari kedua tidak seheboh penonton hari sebelumnya. Apa karena faktor pertandingan pembuka atau ada 'insiden kecil' yang terjadi kemarin seusai pertandingan, Batar tidak begitu terlalu memusingkan.

Kini, Batar mulai menekuri ke tempat di mana kedua kubu saling beradu senjata. Sepertinya Astrid benar-benar tidak terlalu diuntungkan. Dilihat-lihat ketangkasan dari anak-anak Qasalon yang jauh lebih lincah, daripada para magi-magi muda Isigalla kemarin. Maltha mengimbangi perempuan berambut hitam itu.

Esmeralda ... huh? Itukah wakil Qasalon yang sering disinggung oleh Astrid dan Maltha?

Sepertinya takdir menitiskan pertandingan Qokar dengan Qasalon ini adalah sesuatu yang cukup menarik. Qasalon adalah pemenang turnamen persahabatan sebelumnya, tentu saja mereka cukup diunggulkan dalam pertandingan ini. Sementara itu, wakil Qasalon satunya terlihat lebih sedikit ... 'tenang'.

Bah, lihatlah, bahkan pria klemer dari Qasalon jauh lebih menyimpan banyak muslihat daripada bocah lelaki tengil dari Isigalla kemarin. Batar berkomentar sendiri.

"Jaga kewarasanmu, Astrid!" Talon berseru sambil melempar sebuah botol penyembuh. Sepertinya, botol itu mengenai kepala Astrid.

Sementara itu, Batar masih fokus dengan pertandingan di arena. Astrid benar-benar 'kurang diuntungkan' dalam pertarungan melawan Qasalon dalam hal ... kecepatan. Bahkan Batar mengakui sendiri, ayunan senjata-senjata orang-orang dari 'titisan Daslaenad' itu lebih mematikan daripada bola-bola api yang dilempar oleh magi-magi Isigalla.

Gawat ... kalau sampai Astrid lengah sedikit, pasti dia akan jadi bulan-bulanan wakil dari Qasalon. Batar mulai sedikit cemas, sembari kini melihat Astrid yang mencoba menyerang Esmeralda.

Serangan Astrid mengenai gadis Qasalon itu, tanpa diduga. Penonton yang tidak seberapa dibanding hari pertama, kini mulai meramaikan seisi stadion. Tarung para kesatria telah memantik euforia primordial manusi. Batar mengacungkan tangan tergenggamnya, akhirnya ikut terlarut dalam euforia itu ... atau mungkin dia lega karena anak-anak Qokar baik-baik saja.

Di luar dugaan, Astrid kembali menjadi sorotan utama para penonton. Dialah yang memberikan serangan telak pada musuh-musuh Qokar di arena. Semua orang yang menikmati pertandingan dari hari pertama pasti telah membicarakannya. Para pejudi pasti telah memasang taruhan besar bagi dia, secara dia adalah orang yang terlihat paling ... 'berkuasa' di arena.

Astrid Eldridge ... hmmm Eldridge ... di mana aku pernah mendengar nama itu?

Namun, pikiran Batar terpecah lagi, tatkala Qasalon mulai melakukan retaliasi. Berulangkali duo Qasalon mengincar Astrid sebagai 'orang yang paling berbahaya' di arena. Pola yang sama. Sementara itu, Maltha terlihat masih ragu-ragu ketika berhadapan dengan Esmeralda, hingga pada satu titik, duo Qasalon berhasil memecah formasi delegasi Qokar. Batar mulai mengernyit, seiring dengan serangan berbahaya dari wakil Qasalon, mulai memecah formasi.

Hmm ... sebagai orang-orang yang merupakan 'titisan Daslaenad', pendidikan militer dan bela diri mereka bukan main-main. Kalau dua gadis itu tidak segera memikirkan sebuah strategi—

Secepat itu pertandingan terjadi, tatkala Astrid berhasil memukul telak 'Pria Klemer' dari Qasalon itu. Pria itu—yang Batar ketahui kemudian bernama Einar—tumbang.

--mungkin, hanya kekhawatiranku saja. Batar menghela napas lega, tatkala satu wakil dari Qasalon tumbang. Penonton menggila ketika Qokar berhasil menguasai jalannya pertandingan. Sorak-sorai yang terdengar bahkan jauh lebih meriah daripada pertandingan hari pertama. Tarung Kesatria kali ini telah memberikan 'hiburan yang sebenarnya' bagi para penonton.

Namun, belum selesai kelegaan Batar atas kecemasannya, sebuah perasaan tidak mengenakkan menyentil naluri Batar. Sebuah keganjilan yang tidak terdefinisikan, tatkala dalam satu kedip, ia sempat teringat akan seseorang.

Sebuah pertanda.

Bagi Batar yang selalu melatih feeling-nya, pertanda bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan begitu saja. Timbul-tenggelam riuh penonton di arena yang terdengar di telinga Batar memaksa pria itu sesekali terjebak nostalgia berdarah yang telah terjadi belasan tahun lamanya. Sesekali, kepingan memori akan palagan brutal itu terangkat kembali.

Ah, sial. Pertanda apa ini, sampai-sampai budeg-ku ini kumat?

Batar segera menyetop prasangka demi prasangka yang berusaha membanjiri kontempelasinya. Pria itu kembali pada pertandingan, di mana Maltha dan Astrid berusaha untuk menarget Esmeralda, tetapi Gadis Qasalon itu benar-benar lincah. Asumsi Batar bahwa Gadis Qasalon itu mulai merencanakan sesuatu itu sungguh sangat mengundang kecemasan. Terlebih lagi ketika Esmeralda berhasil menyerang balik Astrid.

Meski pikiran Batar masih berjibaku dengan kontempelasi, tidak serta merta Batar tidak fokus dengan pertandingan begitu saja. Lamunan Batar terpecah, tatkala Astrid terus menerus mendapatkan serangan, tanpa dapat mengelak. Talon terlihat sudah mengomel-omel sendiri di kursinya. Wah, bisa jadi dia menendang sesuatu lagi kalau main anak-anak begini terus. Batar menghela napas panjang. Ia berdiri, sembari memegang sebuah botol berisi ramuan penyembuh. Batar berteriak dengan lantang, sampai-sampai orang-orang di sekitarnya pun menoleh ke arahnya. Sempat terbersit memori tentang palagan terakhirnya.

"KUKATAKAN SEKALI INI SAJA. JAGA. DIRI. KALIAN. BAIK-BAIK. DI MEDAN LAGA! FOKUS!"

Botol yang Batar lempar memelesat, bahkan sempat membuat sebuah ledakan udara, sebelum akhirnya botol itu mendarat tepat di genggaman Astrid. Tentu saja, produk-produk buatan Edea sangat berkualitas tinggi, sampai botol pun tahan segala macam benturan. Batar pun mengacungkan jempol ke arah Astrid dan Maltha.

Nah, sekarang, apakah mereka berdua akan MELAKUKAN SESUATU? Batar pun kembali ke tempat duduknya. Rupa-rupanya, sebuah 'motivasi' dari Batar pun mampu untuk memantik bocah-bocah Qokar untuk mulai menyeriusi pertandingan. Di tengah cacian dan makian penonton yang mulai merasakan kebosanan. Batar berpikir sejenak, bahwa apa yang dilakukan oleh manusia-manusia ini ... terasa sangat 'salah'.

Mengadu manusia untuk dijadikan hiburan atas manusia, sebuah ironi yang terlahir atas kedamaian semu yang tercipta di Hiryn.

Hingga pada satu titik, sebuah serangan bertubi-tubi dari Maltha dan Astrid berhasil mendesak Esmeralda. Pada akhirnya, daya serang yang luar biasa dari para wakil-wakil Qokar, menaklukan sisa lawan mereka di arena.

Esmeralda tumbang.

Usai sudah. Qokar mengunci dua kemenangan. Kejayaan yang diidam-idamkan para Petinggi Qokar itu akhirnya teraih pula oleh dua anak yang kini berada di arena.

Mendadak, telinga Batar sepenuhnya tuli. Tidak, lebih seperti telinga orang tua yang kemasukan air. Ingin dirinya mendengar, tetapi telinganya seakan-akan 'menutupi' pendengaran lelaki tua itu.

Apa-apaan ini?

Lalu, sebuah cahaya terang menyilaukan.

===***===

[Esmeralda berusaha tapi kekuatannya tetap tak sebanding dengan keperkasaan para pejuang Qokar. Tebasan kapak Astrid sekali lagi membawa kemenangan bagi Qokar dengan membuat pingsan lawannya.

Walau di awal pertandingan suasana cukup mencekam, sorak sorai tetap terdengar ketika Qokar keluar menjadi terkenal. Namun, di tengah euforia, ekspresi para penonton tiba-tiba berubah. Dari teriakan senang menjadi lengkingan.

"ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! ꁹꐟꆂꁍ-ꌚꆂ꓅ꑛꍟꉣ! "

Suara mereka menjadi sesuatu yang terdistorsi ketika mengucapkan kata. Para delegasi yang diundang dalam laga, tidak dapat menangkap dengan jelas seakan telinga mereka terhalang sesuatu. Ucapan itu menyebar hingga dengungan memenuhi stadium, bahkan kepada para penjaga yang ikut melafalkan bagai mantra.

Di tengah kekacauan, sesosok bayangan wanita bertudung muncul di tengah lapangan dengan tangan di depan dada seperti berdoa dan tiba-tiba seberkas cahaya muncul darinya. Ketika netra dapat melihat seiring dengan larinya berkas cahaya menyilaukan, sosok itu menghilang dan dengungan itu tak lagi dilantunkan.

Orang-orang sekitar tampak linglung, hanya dengan seruan dari Paus yang membuat para delegasi kembali dibawa ke menara. Namun, di tengah keganjilan terganjil itu, ada sebuah nama yang diucapkan lirih oleh Paus yang masih tertangkap pelan oleh sihir pengeras suara.

"Sienna ...."]


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top