Perlambang

"Talon! Batarich! Di mana kalian?" Suara Astrid menggelegar ke seluruh penjuru selasar menara, bersamaan dengan derap lari langkah yang sempat terdengar. Kemudian, ada sedikit keramaian yang melibatkan Astrid, Maltha dan Talon. Batar yang penasaran dengan apa yang terjadi, keluar dari kamarnya.

"Ada apa lagi sekarang?" seru Batar.

"Ada kabar baik dan juga kabar buruk." Astrid berjalan mendekati kursi lalu mendudukinya. Dia terdiam sejenak.

"Kabar baiknya, Nun Fantine menyuruhku untuk pergi ke taman katedral malam ini. Sepertinya dugaan Maltha benar, perempuan itu tahu siapa sosok perempuan yang dilihat Maltha tadi malam."

Maltha ikut menatap Batarich dengan sorot memelas. "Bolehkah aku menemani Astrid menemui perempuan itu, Paman? Aku janji tidak akan berbuat keributan."

Huh, jadi memang benar cahaya itu adalah sosok seseorang. Namun, apakah memang benar itu adalah 'orang'? Batar sangsi dalam batinnya. Sementara itu, Astrid dan Maltha sibuk sendiri dengan perdebatan mereka.

"Masalahnya ..." Astrid menghela napasnya. "Perempuan Qasalon itu hadir di taman, dan ... sepertinya dia akan hadir juga di taman, malam ini."

Delegasi lain terlibat dalam intrik ini.

"Tapi kalau kita tidak ke sana. Nanti hanya dia yang akan dapat petunjuk," kilah Maltha.

Astrid memicingkan matanya. "Kamu masih percaya dengannya?"

"Errr ... Aku tidak tahu. Ta-tapi, yang aku tahu, kita tidak punya pilihan lain kalau mau mendapat informasi tentang sosok yang disebut-sebut Nun Fantine."

Astrid menoleh ke arah Talon dan Batarich yang belum berkomentar. "Bagaimana?" tanyanya.

"Ah, cahaya putih semalam," pinta Talon, seolah teringat sesuatu.

"Pak Lonechair lebih tahu soal hal-hal gaib seperti itu. Biar Anda yang putuskan."

Katha ikut-ikutan menoleh kepada Batarich. Seperti yang sudah-sudah, dia melemparkan tatapan memelas kepada pria itu.

Batar tidak segera menjawab.

Edea yang mendadak ricuh selepas pertandingan pertama. Penonton di arena mengelu-elukan Tarikh Daslaenad, seolah menuntut kepada tanah ini untuk membuka rahasia di baliknya. Di tengah-tengah intrik yang timbul, sebuah fenomena supranatural muncul. Berkas cahaya yang dilihat oleh Maltha, ternyata adalah sosok misterius yang diketahui oleh salah satu Suster di Katerdal. Seperti seolah keajaiban yang perlahan turun di Tanah ini.

Atau mungkin bukan keajaiban, melainkan sebuah pertanda.

Sebuah perlambang yang tidak mengenakan.

Terlalu banyak informasi yang Batar terima hari ini. Di antara alunan suara yang timbul tenggelam, ia mendengar hal tersebut.

Suster Fantine. Cahaya Misterius.

Tarikh Daslaenad. Seperti cerita-cerita dongeng masa lalu yang pernah dia dengar.

"Pergilah," ujar Batar tanpa sempat memikirkan apapun.

===***===



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top