Perjalanan

Sepanjang perjalanan menuju titik pertemuan, pikiran Batar telah melayang mengarungi kembali rangkaian memori yang telah terjadi pada hidupnya. Tidak menyangka ia kini mengarungi luasnya Sabana Qakar, bersama dengan seorang anak dari Kuri Azag-nannar.

Kuri ... ini benar-benar merepotkan.

Begitulah yang dikeluhkan Batar, tatkala Kepala Desa dari Abgennar itu memintanya sebagai pendamping bagi peserta yang akan berangkat mengikuti turnamen di Edealunis. Batar pasti akan melantangkan itu, jika Kuri tidak menyinggung-nyinggung tentang Para Leluhur.

Demi kejayaan Qokar yang telah lama diidamkan kembali rakyatnya, demi kejayaan yang telah lama dinantikan oleh Para Leluhur. Begitulah kiranya.

Namun, ada satu alasan lain Batar tidak mampu menolaknya. Ia berhutang budi—lebih tepatnya berhutang nyawa—kepada Kuri.

Batar mengingat kembali, bagaimana dirinya berjalan dengan satu mata yang terus mengucurkan darah, tangan yang tinggal satu, serta badannya yang tertoreh luka-luka yang dia dapat dari menahan gempuran musuh yang hendak melintas batas Tanah Leluhur. Tubuh yang telah lelah itu roboh, seiring dengan Batar yang tidak sadarkan diri di pinggiran lembah Abgennar. Ia diselamatkan oleh rombongan kepala suku Abgennar kala itu. Di antara hidup dan mati, setelah dirinya berjalan seorang diri, menjauh dari palagan yang bertabur sisa-sisa pertempuran.

Kembali dari petualangan nostalgianya, Batar melirik ke arah gadis yang kini tengah melamun di atas kudanya.

Maltha Azag-nannar.

Tanpa tedeng aling-aling, Batarich pun bertanya dengan nada kecut, "Apa yang sedang kaupikirkan, sampai hati kau kehilangan fokus di atas kudamu? Kalau kudamu tersandung kerikil dan kau terjatuh, aku tidak akan berhenti untuk menolongmu."

Bentakan Batarich Lonechair berhasil menyentak Katha dari lamunan. Dengan sedikit tergagap, dia menegakkan tubuh dan mempererat genggamannya pada tali kekang, "Ma-maaf, Paman. Aku berjanji akan lebih berhati-hati,"

Batar mengernyit, tetapi tiada kata keluar dari mulutnya.

Ia selalu memperhitungkan segala situasi yang berubah tiba-tiba dengan begitu cepat. Perubahan aliran angin yang tiba-tiba berubah di Sabana Qakar, kawanan burung yang terbang melenceng dari rombongannya, atau jalur karavan yang tiba-tiba senyap. Hal-hal kecil yang ia perhatikan, begitu membantunya di medan perang. Kebiasaan itulah yang membuat Batar selalu awas terhadap sebuah perubahan.

Tidak terkecuali perilaku manusia.

Berpuluh-puluh palagan telah ia jalani, beratus-ratus pendekar telah ia hadapi, membuat Batar menjadi lebih mudah memahami, berbagai karakter orang-orang yang telah ia jumpai. Batar hanya bertemu Maltha sekali, tatkala Kuri memanggilnya untuk mendapatkan titah sebagai Sang Pendamping. Ia jauh lebih tegas daripada yang ... sekarang.

Namun, Batar tidak ingin pusing-pusing lebih jauh.

Mungkin saja anak itu gugup. Apalagi dirinya berangkat ke Edealunis untuk mewakili seluruh Aliansi. Dipandanginya lagi Maltha lamat-lamat. Seketika pikiran Batar kembali beralun dalam kontempelasinya.

Bagaimana bisa Aliansi mengirim anak-anak mereka ke sebuah turnamen yang sarat akan politik dengan begitu gampangnya? Terkadang Batar mempertanyakan kepada Roh Leluhur, apakah kepergian Daslaenad I telah membuat orang-orang di Hiryn jadi gila, tatkala mereka memutuskan untuk menyelenggarakan 'adu anak'.

Spontan, Batar pun bertanya pada Maltha, untuk membuat gadis itu tidak terlalu canggung. "Jangan terlalu sering melamun dengan muka masam seperti itu. Itu hanya akan membuat kelemahanmu tampak di hadapan lawanmu di turnamen nanti. Ah, sudahlah. Bagaimana keadaan ayahmu? Kudengar ia telah memilih calon suksesornya. Apakah dia masih sehat?"

Katha mengangguk. "Beliau masih bisa menaklukkan macan gunung dengan tangan kosong."

Hah ... Kuri, masih saja begitu.

Tanpa terasa, perjalanan Batar dan Maltha pun hampir sampai di titik kumpul sebelum perjalanan menuju Edealunis. Kuda-kuda yang mereka tunggangi, membawa mereka ke sebuah pohon mati penuh dengan torehan kapak. Di sanalah dua orang lainnya tengah menunggu.

                                                                             ===***===





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top