Kota Suci

Apakah Para Leluhur di surga tinggal di rumah-rumah berbatu putih ini?

Begitulah yang dipikirkan Batar, ketika rombongan delegasi Qokar telah tiba di Edealunis.

Seumur hidupnya, Batar hanya melihat bentangan Savanna Qokar yang terhampar luas, hutan di Tanah Leluhur, atau riuhnya pasar-pasar di Khou. Namun, baru kali ini ia melihat bangunan Edealunis yang menjulang tinggi dan megah. Rumah-rumah di sana tersusun dari batu-batu yang tampak kokoh, jauh lebih megah daripada yang ada di Desa Khou. Para tetua di leluhurnya selalu mengalun cerita tentang bagaimana keindahan, kemegahan, dan kebesaran Edealunis. Kini, ia membuktikan sendiri, bahwa cerita-cerita itu benar adanya.

"Kita sampai," ujar Talon. "Jangan terdistraksi keramaian ini. Kita harus memastikan kedatangan kita diketahui ... dan diakui sebagai perwakilan Qokar di turnamen."

Lalu, dari arah kota, seorang pria berseragam resmi menghampiri mereka.

"Perwakilan Qokar, selamat datang di Kerajaan Suci Edealunis. Kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh. Saya Roderic sebagai pemandu Delegasi Qokar selama di Edealunis. Mari, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat untuk kalian selama festival dan turnamen berlangsung. Kalian adalah tamu kehormatan."

Talon melirik ke arah Batar dan dua bocah gadis di kanan kirinya, lalu ke arah pria tadi, lalu tertawa. "Begitulah seharusnya menyambut pejuang. Rekan-rekanku, ada baiknya kita menerima kebaikan tuan rumah. Silakan, hei pemuda, pimpin jalannya!"

Mereka pun kembali meniti jalan, kali ini derap bertingkah dengan kemeriahan festival.

===***===

Penjual yang menajajakan dagangannya, pembeli yang mengomel menawar harga, beberapa prajurit yang sedang berpatroli, di antara riuh festival, Batar tampak berdiri di antara kerumunan yang tengah berbelanja. Ia menyandarkan punggungnya ke tembok, seraya melirik ke arah di mana Astrid dan Maltha kini tengah berada.

Batar terheran sendiri, kenapa dirinya bisa sampai di tempat seperti ini. Ia mengingat-ingat kembali apa yang terjadi tadi.

Sempat seusai membereskan barang bawaan di menara, Batar sempat melihat Maltha yang keluar dari menara. Ia hendak memanggilnya, tetapi anak itu sudah jauh di bawah, membuntuti Astrid.

Bagi Batar, tempat ini masih terasa asing, walau sambutan ramah telah diberikan. Teringat bahwa ia dititahkan sebagai pendamping dari 'Delegasi Qakar'. Maka, Batar pun memutuskan untuk mengikuti kedua gadis itu dan samar-samar menekuri percakapan mereka.

"Mungkin. Kamu akan ikut, kan?" Astrid menoleh ke arah Maltha. "Dari hasil duel kemarin, aku yakin kamu bisa mengalahkan siapapun. Tapi jangan senang dulu, kali ini aku tidak akan kalah darimu."

"Err. Kalau kamu ikut. Aku akan coba ikut," ujar Maltha sembari membaca sebuah selebaran. "Tapi, aku lebih tertarik lomba lari halang rintang ini."

"Ikut saja. Kalau sanggup, ikut semuanya. Kita ini Qokar, kekuatan kita pasti lebih kuat dibanding mereka," ucap Astrid terlihat menggebu-gebu dan Maltha tampak mengiyakannya.

Sepertinya mereka sudah terpesona dengan euforia festival. Namun, ini tidak bagus. Batar melirik ke jalanan yang mengarah menuju menara. Tampak Roderic sedang berjalan mencari-cari seseorang.

Batar pun memutuskan untuk berjalan menghang Astrid dan Maltha.

"Nanti saja."

Batar pun sudah berada di hadapan Astrid dan Maltha, berdiri dengan sembari melipat kedua tangannya. Batar melirik ke jalan menuju menara, di mana pengawal bernama Roderic sudah mengodenya untuk berkumpul.

"Sepertinya sesaat lagi kita harus bertemu dengan Paus. Lekas, sebelum kalian diomeli lagi oleh Talon." Batar melirik ke arah Roderic yang melambaikan tangan.

"Ba-baik, Paman," ucap Maltha yang lesu. Kedua gadis itu pun akhirnya mengekor Batar menuju Menara Delegasi.

===***===


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top