1
"Dek, ini, ya. Uang gaji Mas bulan ini."
Mas Raka memberikan sebuah amplop berwarna coklat. Seperti biasa, setiap kali ia gajian akan diberikan semuanya padaku. Aneh saja sebenarnya, di jaman modern begini, masih ada gajian secara langsung dan bukan ditransfer via ATM.
"Makasih banyak ya, Mas. Semoga berkah dan rejekinya makin bertambah-tambah aamiin."
Kuterima pemberiannya. Mas Raka mengangguk sambil tersenyum.
"Mas mandi dulu, ya."
"Iya."
Mas Raka berlalu dari hadapanku. Diletakkannya gawai dan juga dompet di atas nakas. Kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Aku mulai menghitung isi uang dalam amplop. Mas Raka bekerja di sebuah pabrik kayu. Gajinya tak besar. Tak sampai tiga juta.
"Kamu itu terlalu lempeng. Mana ada gajian pake amplop tanpa slip gaji. Pabrik suami kamu itu termasuk besar lho. Aneh banget kalau nggak ngikutin UMR?"
Ucapan Karin beberapa waktu lalu terngiang di telingaku. Membuat tak fokus saja. Kugelengkan kepala cepat. Suamiku pria yang baik. Mana mungkin ia curang padaku.
***
Beranjak dari kasur. Aku bergegas mengambil buku dalam laci. Mencatat keuangan akan bermuara di mana saja selama satu bulan ke depan.
Saat aku membuka laci, tanpa sengaja tarikanku terlalu keras. Hingga gawai dan dompet Mas Raka jatuh ke bawah. Aku merunduk, memungut kedua benda itu. Ada rasa penasaran saat melihat dompet tebal Mas Raka. Biasanya sih kempes, tapi ini ....
Kulirik ke arah kamar mandi. Suara gayung yang diguyur memberi tanda bahwa suamiku itu masih mandi. Iseng, kubuka saja dompet Mas Raka. Ada ketakutan tersendiri, terlebih untuk pertama kalinya sejak menikah aku berbuat tak sopan begini.
Aku mengernyit, jantungku berdetak lebih kencang. Terdapat banyak kertas kecil yang tersimpan dalam dompet suamiku itu. Ada struk belanjaan aneka toko, juga sebuah kertas rincian gaji. Ah, iya! Ini adalah slip gaji!
Aku semakin terbelalak saat melihat nominal angka yang tertera di sana. Sangat jauh berbeda dengan apa yang kuterima selama ini.
Perasaanku berkata yang tidak-tidak. Tak ingin membuang waktu. Kujajarkan struk belanja dan slip gaji yang ada. Lantas mengambil gawai dan memotret kertas-kertas itu satu per satu. Bisa saja aku bertanya langsung pada Mas Raka. Tapi tidak untuk saat ini. Aku harus menyelidikinya. Sebab struk belanja itu jelas bukan milik suamiku. Pun isinya, kenapa harus ada pampers segala?
Krriieet!
Aku tersentak saat mendengar derit pintu kamar mandi dibuka. Menoleh cepat diiringi jantung yang berdetak kian hebat. Kututupi gawai dan dompet Mas Raka dengan punggung. Aduh, jangan ketahuan dulu dong. Baru saja aku mendapat sedikit fakta.
"Dek!" panggil Mas Raka.
Bersambung ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top