PRAM - 16
Meski Arum sering berbeda pendapat dengan Pram, selama ini biasanya Arum mengalah. Itu mengapa Pram menganggap pada akhirnya toh Arum akan menurut padanya saat ia mengajak Arum kembali padanya. Nyatanya, kali ini tidak. Pendirian Arum sekeras batu.
Pada kasus seperti ini, pasangan suami istri sebenarnya bisa meminta bantuan pihak yang dihormati oleh kedua pasangan untuk mendamaikan. Maka pada kasusnya ini, Pram mencoba bicara pada ayah mertuanya. Ia berharap sang ayah mertua, yang selama ini menurutnya bijaksana, akan menentang keputusan Arum untuk bercerai dan bersedia membujuk Arum untuk rujuk dengan Pram. Bukankah perceraian itu sesuatu yang dibenci Allah, dan akan sulit bagi perempuan setelah bercerai. Iya kan?
"Saya lihat sendiri kakak perempuan saya kesulitan membesarkan anaknya setelah bercerai," kata Pram di hadapan ayah mertuanya. "Saya nggak mau hal itu terjadi sama Arum, Pak. Saya sayang sekali sama Arum dan Patra. Tapi Arum berkeras sekali ingin pisah. Barangkali kalau Bapak yang menasehati, Arum bisa berpikir lebih bijaksana Pak."
Tapi lagi-lagi ekspektasi Pram terlalu tinggi.
"Apa kamu pindah agama, Pram?" tanya Bapak terus terang.
"Nggak Pak!" refleks Pram menjawab, defensif.
"Kamu mabok atau judi?"
"Nggak Pak."
"Kamu pernah mukul Arum atau Patra?"
"Nggak pernah, Pak."
"Kamu selingkuh?"
"Demi Allah, nggak, Pak."
"Berarti kamu suami yang nggak bertanggung jawab."
"Arum nggak pernah kekurangan selama hidup bersama saya, Pak," Pram membela diri.
"Apa menurutmu, itu sudah cukup untuk menunjukkan kamu bertanggung jawab?"
Kalau bukan itu, jadi dirinya harus seperti apa untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pria yang bertanggung jawab?
"Arum itu sudah biasa hidup susah dan kekurangan. Jadi andaipun kalian hidup kekurangan, asal kamu bertanggung jawab, Arum nggak akan meninggalkan kamu.
Meski sebagai orangtua, Bapak berharap Arum hidup lebih baik setelah menikah, tapi kalaupun hidup pas-pasan, dia sudah biasa. Jadi Bapak nggak khawatir dia akan kesulitan membesarkan Patra sendirian. Bapak juga nggak khawatir dia akan menjadi beban orangtua atau beban siapapun setelah berpisah dengan kamu nanti."
Ternyata ayah mertuanya juga tidak bisa diharapkan untuk mendamaikan dirinya dan Arum.
* * *
"Lagian ada istrimu kan? Setelah dia minggat berminggu-minggu, nggak ngurusin suaminya, sudah seharusnya dia yang ngurusin kamu sekarang. Kamu sakit gara-gara dia nggak becus ngurus suami."
* * *
"Ayo kita buat semuanya sederhana Mas. Kamu bisa lebih berbakti sama Mama kalau didukung oleh istri yang tepat. Caraku berbakti pada Mama sepertinya nggak cocok dengan harapan Mama."
* * *
Bab 16 sudah pernah di-post utuh disini, tapi kini dihapus sebagian.
Kalau ada Kakak2 yg ketinggalan, blm sempat baca bab 16, bisa mampir ke KaryaKarsa dan baca bab 16.
Bab 17 juga sudah tersedia di KaryaKarsa lho Kak.
Dan karena Bab 17 adalah Bab terakhir, jadi nggak akan dipost di Wattpad. Mohon maaf ya.
Kalau ada Kakak2 yg tanya knpa sih mesti pindah ke KaryaKarsa? Hehehe, karena saya butuh uang buat sekolah anak. Terima kasih Kakak2 sudah maklum dan mendukung.
Sampai jumpa di cerita berikutnya Kak. Ada usulan cerita apa lagi nih?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top