Janji - 5

Sejak kemarin, Dira sudah bersemangat sekali karena hari ini papanya akan mengajaknya ke kebun binatang. Sebenarnya ini bukan acara keluarga, melainkan acara Family Gathering dari kantor Indra. Tiap tahun, perusahaan tempat Indra bekerja mengadakan Family Gathering. Jadi semua karyawan berhak mengajak keluarganya untuk berwisata bersama. Tahun ini mereka akan ke Taman Safari.

Saking antusiasnya, Dira bangun pagi-pagi sekali hari ini dan dengan penuh semangat bersiap untuk pergi. Gadis kecil itu bahkan sudah duduk di depan meja makan sebelum jam 6 pagi. Dengan bersemangat, Dira menceritakan rencananya untuk bertemu hewan-hewan kepada Inas dan Bi Mur yang sedang menyiapkan bekal untuk Indra dan Dira.

"Bi Mul udah pelnah lihat gajah belum, Bi?" tanya Dira sambil memakan potongan kecil pancake dengan sirup maple.

"Udah dong Non," jawab Bi Mur yang sedang menggulung telur dadar.

"Gede ya Bi?"

"Iya Non."

"Segede apa?"

"Hmmm..." Bi Mur tampak bingung mendeskripsikan sebesar apa tubuh gajah.

"Kemalin Kak Inas celita. Gajah segede gini," Dira merentangkan kedua tangannya sebesar yang ia bisa. "Betul ya Bi?"

Bi Mur terkekeh. "Lebih besar lagi, Non."

Mata Dira membulat. "Oh ya? Lebih gede lagi? Wah!"

Indra masuk ke ruang makan disambut oleh suara berisik Dira yang terus saja bicara pada Bi Mur dan Inas. Setelah setahun lebih Dira bersikap murung dan pasif, akhirnya Indra bisa kembali mendengar celotehan berisik ini lagi.

Inas mengemas makanan-makanan yang disiapkan Bi Mur dalam beberapa kotak snack. Untuk snack dan makan siang juga sebenarnya disediakan oleh panitia Family Gathering. Hanya saja Inas khawatir Dira tidak menyukainya, sehingga ia tetap menyiapkan bekal sendiri untuk Dira. Inas juga memasukkan susu coklat dan botol minum ke dalam tas Dira. Tidak ketinggalan satu set pakaian ganti dan popok. Dira sebenarnya sudah lepas popok sejak usia 3 tahun. Hanya saja tiap berpergian jauh dan khawatir mereka kesulitan mendapatkan toilet yang bersih, maka Indra juga meminta Inas membawakan popok cadangan untuk Dira.

Setelah sarapannya habis, dengan antusias Dira mengambil tas yang sudah disiapkan Inas, dan berlari ke teras depan. Tidak sabar ingin segera berangkat.

Setelah menghabiskan sarapannya, Indra menyusul puterinya sambil tertawa, melihat tingkah anak itu. Di teras, Indra mendapati puterinya sedang memakai sepatunya sendiri.

"Dira sudah bisa pakai sepatu sendiri? Wah, hebat anak Papa!" puji Indra, bangga melihat perkembangan puterinya.

"Ih Papa telat!" ejek Dira.

Indra tertawa. "Maaf ya, maaf," kata Indra.

"Dila mah udah bisa mandi sendili, pakai baju sendili, nyisir sendili. Kalau ikat pita, Kak Inas yang bantu. Pakai sepatu sendili. Dila kelen kan Pa?" kata Dira jumawa.

Karena selama ini Inas yang membantu Dira bersiap ke sekolah dan mengantar-jemput anak itu, Indra tidak memerhatikan bahwa kini Dira sudah jauh lebih mandiri.

"Pinter banget anak Papa!" puji Indra tulus. Membuat anak itu nyengir lebar.

Setelah memakai sepatu kedsnya, Indra bangkit dari kursi teras. Inas sudah berdiri di depa pintu, merapikan pakaian Dira.

"Have fun ya Sayang," kata Inas pada Dira. Sebagai sentuhan terakhir, ia membelai rambut Dira yang dikuncir ekor kuda.

"Lho? Kak Inas nggak ikut?" tanya Dira tiba-tiba. Setiap berpergianpun, Inas biasanya hanya memakai jeans dan kaos sederhana. Pagi ini gadis itu memakai kaos dan celana kargo. Jadi Dira pikir itu adalah outfit Inas pagi ini untuk pergi bersamanya dan sang ayah. Tapi kenapa Inas mengucapkan sesuatu seolah perempuan itu tidak ikut pergi bersama Dira?

"Kan Family Gathering. Jadi cuma keluarga yang ikut. Dira dan Papa," Inas menjawab.

Sejak awal, Indra memang hanya memberi tahu Inas, bahwa dirinya dan Dira akan ikut family gathering kantornya. Tidak sekalipun Indra pernah menyebutkan agar Inas ikut dengannya. Karena itulah Inas pikjr memang hanya Indra dan Dira yang akan pergi.

Pernikahan Inas dan Indra dengan persiapan yang cepat membuat lelaki itu tidak mengundang siapapun rekan kerjanya di kantor. Hanya ada 1 orang rekan kerja Indra, yang juga sahabatnya, yang hadir pada pernikahan Indra dan Inas. Mengingat hal itu, wajar saja jika Indra tidak mengajak Inas ikut Family Gathering. Barangkali pria itu juga tidak berniat mengabarkan kepada rekan-rekannya di kantor bahwa dia sudah menikah lagi.

Lagipula, pernikahan ini hanya sementara kan?, pikir Inas.

"Tapi Dila pengen sama Kak Inas!" kata gadis kecil itu dengan gaya merajuk. Gadis kecil itu berbalik pada ayahnya dan menarik tangannya. Membujuk dan berkeras agar Inas ikut bersama mereka.

"Dira Sayang..."

Inas baru saja akan kembali membujuk ketika Dira sudah memotong kalimatnya dengan kalimat pamungkas. "Kalau Kak Inas ga ikut, Dila ga ikut!"

"Yakin?" tanya Inas menggoda. "Nggak mau lihat gajah yang badannya besar?"

"Ga!"

"Jerapah berleher panjang?"

"Ga!"

"Kuda yang larinya cepat?"

"Ga!"

"Singa sang penguasa hutan?"

"Ga!"

Inas menoleh pada Indra, menunjukkan bahwa dirinya menyerah. Tidak punya cara lain untuk membujuk Dira. Indra membalas tatapan Inas. Tampak menimbang selama beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab, "Yaudah, Kak Inas ikut."

Dira bersorak dan menggoyangkan tangan Inas. Inas menatap Indra. Gabungan antara tatapan protes dan bingung.

"Kami tunggu kamu ganti pakaian dan siap-siap," kata Indra, menjawab tatapan Inas.

* * *

Rencana awalnya, mereka akan berangkat bersama rombongan, dengan bis, bersama-sama dari kantor Indra. Tapi karena harus menunggu Inas bersiap terlebih dahulu, jadi Indra mengabari koordinator acara agar rombongan berangkat duluan saja, tidak perlu menunggu Indra. Sementara Indra dan keluarganya akan berangkat sendiri, langsung ke Taman Safari dengan mobil pribadi.

Lalu lintas pagi itu tidak terlalu padat, sehingga Indra tidak terlalu terlambat tiba di Taman Safari. Mereka berkumpul di dekat loket masuk. Setelah menerima 2 tiket dari koordinator acara, Indra membeli 1 tiket tambahan untuk Inas.

"Berangkat sendiri, Bro?" Seseorang menepuk bahu Indra, menyapa.

"Hei Gung!" Indra balas menyapa. "Iya nih. Telat. Jadi berangkat sendiri." Indra lalu menemukan anak kecil berusia sekitar 2 tahun dalam gendongan Agung.

"Ini Agra kan?" tanya Indra. Dan ketika pria di hadapannya mengangguk, Indra menyapa, "Hai Agra!"

Anak kecil itu tampak ragu dan takut, jadi hanya membalas dengan tatapan saja. Indra terkekeh.

Belum sempat Indra memeperkenalkan Dira dan Inas, seorang wanita datang bersama seorang anak perempuan seusia Dira.

"Ini istri dan anak sulung gue," kata Agung memperkenalkan keluarganya pada Indra.

Indra menyalami wanita dan anak perempuan itu dengan ramah.

"Alya kayaknya seumuran anak lo kan ya?" tanya Agung.

"Oh iya, ini Indira, anak gue," Indra gantian memperkenalkan puterinya yang berdiri di sampingnya. "Dira dan Alya

Agung, istrinya dan Alya bergantian bersalaman dengan Dira. Ada jeda beberapa saat setelahnya. Agung dan istrinya barangkali bertanya-tanya tentang gadis yang berdiri di belakang Dira.

"Oh ini Inas," Indra menambahkan dengan canggung.

Tapi Inas menyambut perkenalan itu dengan baik. Ia mengulurkan tangannya dan memperkenalkan namanya pada keluarga Agung, sambil tersenyum. Tanpa menyebutkan statusnya sebagai istri Indra.

Selagi Indra berbincang dengan Agung dan keluarganya, sambil menunggu pembagian tiket oleh koordinator acara, Dira mengajak Inas ke toilet. Ketika mereka kembali setelahnya, Indra tidak lagi mengobrol dengan Agung, melainkan dengan seorang wanita.

"Kok lama?" tanya Indra.

"Tadi Dila sama Kak Inas nganti panjang, Pa," jawab Dira.

"Maaf, Om," Inas menimpali.

Indrapun mengangguk.

"Ini yang namanya Dira?" Wanita yang tadi sedang bicara dengan Indra, agak membungkuk dan menyapa Dira.

"Dira, ini Tante Cecil. Temen Papa. Salim yuk," kata Indra pada Dira.

Menurut pada ayahnya, gadis kecil itu menyalami Cecil sambil tersenyum.

"Keponakan Pak Indra juga ikut?" tanya Cecil ketika mengerling pada Inas. Karena gadis itu memanggil Indra dengan "Om", dan anak Indra memanggil gadis itu dengan "Kak Inas", jadi Cecil menduga Inas adalah keponakan Indra.

Indra tampak canggung menjawab pertanyaan itu, sehingga lagi-lagi Inas yang berinisiatif menjawab duluan.

"Saya Inas, Bu," kata Inas, mengulurkan tangannya sambil tersenyum sopan pada Cecil.

Tidak lama kemudian Koordinator Acara memberi arahan kepada semua peserta Family Gathering bahwa mereka dapat berkeliling mandiri hingga jam 11 siang. Pada jam 11 siang, mereka harus berkumpul di satu area untuk makan siang bersama dan pembagian doorprize.

Setelah pengumuman tersebut, masing-masing keluarga memilih rute ke area hewan yang diminati. Karena seusia, Dira dan Alya cepat akrab, sehingga keluarga Indra dan Agung memutuskan untuk berkeliling bersama. Cecil yang masih single dan memang datang sendiri ke Family Gathering tersebut ikut dengan rombongan dua keluarga tersebut.

Hingga acara Family Gathering tersebut berakhir dan mereka pulang di sore hari, formasi rombongan mereka tetap. Mereka baru berpisah ketika saatnya pulang karena Cecil dan keluarga Agung datang dengan bis bersama keluarga karyawan yang lain, mereka berpisah dengan keluarga Indra yang membawa mobil sendiri.

Di mobil, selagi mobilnya berhenti di lampu merah, Indra melirik pada puterinya yang sudah tertidur di pangkuan Inas.

"Inas," panggil Indra, sambil melirik sosok gadis itu dari spion tengah.

"Ya, Om?"

"Makasih, hari ini kamu mau nemenin Dira. Dia kelihatan senang sekali. Sampai kecapekan dan ketiduran begitu."

Indra tersenyum melalui spion. Dan Inas membalasnya dengan senyum pula.

"Sama-sama, Om."

Setelahnya, Inas kembali memalingkan wajahnya pada jendela di sisinya. Dan merekapun kembali saling terdiam hingga tiba di rumah.

* * *

Selamat Idul Adha dan berkumpul bersama keluarga, Kakak2.

Barangkali ada yang mau ke Taman Safari juga, kayak Om Indra dan Tante Cecil?


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top