Janji - 16 - END
"Apaan tuh, katanya usaha tidak akan mengkhianati hasil. Bohong! Buktinya, Dira udah berusaha banget, tapi gagal juga," Dira masih melanjutkan curhatannya.
Inas mendengarkan keluhan Dira sambil tersenyum. Matanya menatap jauh pada orang-orang yang berlalu-lalang jauh di tengah-tengah ballroom. Saat itulah tiba-tiba matanya menangkap sosok seseorang.
"Iya, emang bohong," jawab Inas. Suaranya menggantung, seperti orang melamun.
"Hah?" Dira menoleh pada Inas, tidak mengerti.
"Usaha tidak akan mengkhianati hasil," kata Inas. "Itu bohong. Itu cuma kata-kata motivasi. Toxic positivity."
Dahi Dira berkerut.
"Ada kalanya meski sesuka itu pada sesuatu, meski kita sudah berusaha sekeras apapun, kita tetap gagal. Bukan karena kita kurang pintar atau kurang kuat berjuang. Tapi memang karena hal yang kita usahakan itu memang bukan rejeki kita."
Kali ini sosok itu berbalik dan tatapan mereka bertemu di udara. Inas tersenyum dan mengangguk sopan pada lelaki itu.
"... bukan jodoh kita," Inas melanjutkan.
"Kalau gitu, harusnya Dira santai aja ya Kak? Nggak usah belajar terlalu rajin. Kalau emang rejeki kan pasti jadi ranking 1 juga ya Kak?"
Inas terkekeh dan menoleh pada Dira, membalas tatapan gadis remaja itu.
"Nggak gitu konsepnya, Ra," jawab Inas sabar. "Kita tetap harus berjuang sekuat yang bisa kita lakukan."
"Tapi kan kalau bukan rejeki, tetap nggak akan jadi milik kita."
"Tapi dengan kita berjuang sekuat tenaga, meski nantinya kita tetap gagal, kita nggak akan menyesal. Karena kita gagal setelah berusaha sebaik-baiknya, berjuang sekuat-kuatnya.
Jadi nggak apa-apa kalau sekarang Dira kecewa dan sedih. Itu wajar. Yang penting Dira nggak menyesal. Kali ini Dira gagal ya cuma karena klub cheers bukan jodohnya Dira aja. Jangan-jangan, rejekinya Dira justru di bidang lain. Kali aja kalau Dira masuknya ke ekskul Jurnalistik, malah bisa jadian sama Devan."
Sontak wajah Dira memerah kembali. Lalu sebelum sempat dicegah, Dira sudah mencubiti lengan Inas karena kesal.
.
.
.
.
* * * SELESAI * * *
Halo Kakak2!
Bab 16 ini adalah bab terakhir dari cerita Inas. Bab ini sudah pernah dipublish di utuh di WP, tapi sekarang sudah dihapus sebagian.
Bagi Kakak2 yg ketinggalan, bisa mampir ke KaryaKarsa niaputri08 dan cari judul JANJI (Inas) - Bab 16.
Terima kasih utk dukungan Kakak2 semua 😘😘
Bagi yg udah baca, gimana rasanya baca bab ini? Berasa mau banting piring pagi2? Hahaha.
Di KaryaKarsa juga sudah dipublish bab 17/Epilog. Bab 17 ini ga akan dipublish di WP. Krn sebenarnya dengan atau tanpa bab 17, ending cerita ini ga akan berubah. Tapi bagi Kakak2 yg mau lebih puas banting2 piringnya, boleh bgt mampir ke KK. Hehehe.
Buat Kakak2 yg udah baca Bab 17/Epilog di KK, boleh share komennya, Kak?
Ada bbrp hal yg sebenarnya ingin saya sampaikan melalui cerita Inas ini:
1. Jangan bertahan dalam hubungan dengan seseorang yang membuat kita merasa bahwa diri kita buruk. Jadi kalau kita punya temen, keluarga atau saudara yang suka ungkit2 keburukan kita dan bikin kita merasa buruk, jauh2 deh dr orang spt itu. Kalau kita punya pasangan yg suka ungkit2 keburukan kita, mending pisah aja lah.
2. Setelah menikah, suami atau istri adalah orang yang paling dekat dengan kita, dan seringnya paling mengetahui diri kita, termasuk rahasia buruk kita. Bahkan dia seringkali lebih tahu sesuatu tentang kita dibanding orangtua atau saudara kandung kita sendiri.
Jadi kalau dia memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mengolok, mengejek atau merendahkan kita, maka dia bukan pasangan yang tepat untuk kita. Kalau tiap marah, dia ungkit2 kekurangan/aib kita, padahal hanya kepada dia kita mempercayakan rahasia itu, maka dia bukan pasangan yang tepat.
Pasangan hidup seharusnya adalah orang yang paling bisa menyimpan rahasia buruk kita. Dan andaipun ia tidak suka dengan kekurangan kita, ia akan menyampaikannya dengan cara yang baik, bukan dengan mengungkit-ungkit dan merendahkan.
3. Forgiven, not forgotten.
Seseorang bisa saja memaafkan, tapi belum tentu ia bisa melupakan hal2 yg kita lakukan padanya. Makanya kita harus hati2 bersikap.
Mungkin bagi beberapa pembaca, Inas itu lebay. Masa hanya karena 1 kalimat aja, Inas ga mau memaafkan Indra. Tapi bagi yg mengerti, kita ga akan menganggap Inas lebay.
Inas itu psikolog, yang mempelajari cara meregulasi emosi, tapi dia tetap manusia biasa. Masih untung dia ga gila setelah diperkosa ayah tirinya. Masih untung dia masih menjaga hubungan dengan Dira setelah dikata-katai oleh Indra. Pada akhirnya Inas bisa memaafkan ayah tirinya dan Indra, tapi dia tetap tidak bisa melupakan tindakan keduanya. Hal itu yang membuat Inas tetap tidak bisa menerima Indra kembali, bagaimanapun Indra memperjuangkannya.
4. Ada perbedaan mendasar antara Erlang dan Indra, meski keduanya sempat mengatakan bahwa Ayu dan Inas bukan perempuan baik-baik.
Erlang menuduh Ayu bukan perempuan baik-baik sebelum ia mengenal Ayu dengan baik. Setelah ia mengenal Ayu, tidak pernah 1 kalipun dia mengungkit kelamnya masa lalu Ayu.
Sementara Indra, beda. Dia justru mengungkit masa lalu Inas setelah mereka saling mengenal dekat. Hanya karena kemarahan sesaat, ia mengungkit masa lalu Inas yang paling kelam, masa lalu yang tidak bisa diperbaiki. Hal itu yang membuat Inas tidak bisa lagi berbagi rahasia dengan Indra. Karena dia selalu khawatir Indra akan memanfaatkan rahasianya untuk menyakitinya.
Dan kalau kita tidak bisa berbagi rahasia kepada pasangan, kita mau berbagi pada siapa lagi?
Jangan menikah dengan seseorang yang kita tidak bisa mempercayakan rahasia kita kepadanya. Apalagi dengan orang yang hanya akan memanfaatkan rahasia kita untuk menjatuhkan kita.
5. Tidak perlu menunggu ada orang lain yang menolong kita, supaya kita pergi dari suatu hubungan yang toksik.
Mungkin beberapa pembaca menduga, setelah Inas cerai sama Indra, dia akan segera mendapat kebahagian bersama Rizky. Padahal nggak harus begitu. Nggak harus menunggu ada sosok Rizky supaya Inas pergi dari suami toksik seperti Indra. Kita harus menyelamatkan diri kita sendiri, tanpa harus menunggu diselamatkan oleh pangeran bermobil.
6. Jangan percaya kata2 "Usaha tidak akan mengkhianati hasil". Karena di dunia nyata, kadang kita tetap bisa gagal meski telah berusaha sebaik-baiknya.
Dan itu tidak apa-apa kok.
Kita harus tetap berusaha maksimal. Bukan hanya supaya berhasil. Tapi supaya tidak menyesal. Setidaknya kita pernah berjuang dengan sekuat-kuatnya.
Kira2 itulah hal2 yg ingin saya sampaikan melalui cerita pendek ini. Karena saya penulis amatir, barangkali ada bbrp pesan yg belum tersampaikan dg baik. Tp semoga dg ini, pembaca bs mendapat hal baik dari cerita ini.
Terima kasih utk Kakak2 yg selalu mendukung cerita ini. Sampai jumpa di cerita berikutnya Kak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top