ANDROMEDA - 1
Halo Kakak2!
Berjumpa lagi di cerita baru.
Selamat bertemu dengan om-om baru!
* * *
Beberapa orang butuh waktu lama untuk menyadari sesuatu.
Beberapa yang lain butuh waktu lebih lama untuk mengakuinya.
Banyak orang yang terlambat menyadari sesuatu sehingga menyesalinya di kemudian hari. Tapi mereka bukanlah orang-orang yang paling menyedihkan. Beberapa orang justru memerlukan waktu lebih lama untuk mengakui sesuatu, bahkan meski mereka telah menyadarinya. Merekalah yang lebih menyedihkan. Sementara waktu tidak menunggu dan tidak pula kembali, mereka masih saja berdebat dengan diri mereka sendiri untuk mengakui kebenaran yang telah mereka ketahui.
Bintang Andromeda membenci sekaligus mengasihani dirinya sendiri karena dia adalah salah satu dari manusia-manusia menyedihkan itu. Telah sejak lama dia menyadari bahwa perasaannya telah berubah, dan dia dengan jelas mengetahui bahwa perubahan perasaannya bukan sekedar karena kecocokan sifat karena sifat mereka jelas bertolak belakang. Bagi Andromeda yang cerdas, mengetahui dan memahami sesuatu bukanlah hal yang sulit. Begitu pula untuk memahami perasaannya sendiri, tidaklah sulit. Yang sangat sulit baginya adalah untuk mengakui kenyataan baru tersebut.
Bertahun-tahun Andromeda berdebat dengan dirinya sendiri, apakah sebaiknya dia mengaku kepada Andrea Lintang bahwa dia mencintai gadis itu atau tidak. Dan perdebatan itu belum juga berujung hingga kini.
Setiap kali berdebat dengan Andrea tentang deviasi proses atau keterlambatan perilisan produk obat mereka, di dalam hati Andromeda sendiri juga sedang terjadi perdebatan yang lain. Di satu sisi dia menggerutui kekeras-kepalaan Andrea, dan di sisi lain dia mengutuki dirinya sendiri karena selalu terpesona pada kekeras-kepalaan yang sama.
* * *
Andromeda pertama kali bertemu Andrea lima tahun yang lalu saat ia pindah kerja ke perusahaan itu, salah satu perusahaan farmasi multinasional terkenal di Jakarta, sebagai Plant Manager. Bahkan meski saat itu Andrea hanya seorang Quality Supervisor, yang notabene bukan bawahan langsungnya, Andro langsung mengetahui dia akan sering bertengkar dengan gadis itu. Saat tiga tahun yang lalu Andrea dipromosikan oleh Plant Director menjadi Quality Manager, menggantikan Quality Manager yang pindah ke perusahaan lain, dan menjadi bawahan langsung Andro, ia membuktikan dugaannya dengan makin jelas.
Benarlah adanya pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menilai sebuah buku hanya dari sampulnya. Orang juga tidak bisa begitu saja menilai orang lain dari penampilan luarnya. Meski telah mengenal Andrea sejak dua tahun sebelumnya, tapi ketika Andrea menjadi bawahannya langsung, Andormeda tetap bisa merasa terkaget-kaget. Selama ini dia lebih banyak berinteraksi langsung dengan Andrea diluar pekerjaan kantor karena untuk urusan Quality Andro lebih sering berinteraksi dengan sang Quality Manager, atasan Andrea saat itu. Dia tidak pernah mengira bahwa Andrea yang suara tawanya mampu membuat semua orang yang sedang makan siang di kantin menoleh serempak, ternyata suara marahnya juga sama menggelegarnya. Andrea yang lembut sikapnya terhadap anak-anak, ternyata keras hatinya jika sedang berdebat tentang Quality Compliance.
“Kenapa sampai sekarang Metrin batch 30 belum dirilis juga? Akhir bulan ini sudah harus dikirim ke Vietnam kan? Dan akhir bulan ini tinggal bersisa 3 jam lagi!” kata Andro suatu malam kepada Andrea. Pukul sembilan malam saat itu.
Dengan wajah datar dan mata yang tetap fokus kepada laptopnya, Andrea menjawab: “Deviasi, Pak. Kesalahan pemakaian packing material. Semua harus di re-dress. Packaging Departement tidak menyanggupi untuk menyelesaikannya sebelum jam 11 malam.”
“Itu kan cuma packing material, Ndre. Tidak bisakah kita rilis saja supaya target kita bulan ini tercapai.”
“Target siapa, Pak? Target Bapak adalah untuk memenuhi order bulan ini. Target saya adalah untuk memastikan produk yang saya kirim sesuai dengan kualitas yang ditetapkan.”
“Kualitas apa, Andrea?! Ini hanya soal folding box dan leaflet. Nggak ada pasien yang peduli soal itu. Di sini FB dan leaflet dibuang di tong sampah. Dan menurut Regulatory Affairs, hanya ada minor changes pada FB dan leaflet baru itu.”
“Itu di Indonesia, Pak. Dan kalau-kalau Regulatory Affairs lupa memberitahu Bapak, mungkin Bapak perlu tahu bahwa FB dan leaflet baru itu sudah harus digunakan sejak bulan depan. Dan bulan depan tinggal 3 jam lagi. Kenekatan pengiriman hanya menyebabkan Return Product yang Bapak sendiri tahu akan lebih merugikan dibanding ketidak-terpenuhinya target bulan ini,” jawab Andrea, kali itu akhirnya mengangkat kepala dari laptopnya. Selagi melepas kacamatanya, gadis itu memandang Andromeda dan melanjutkan: “Dan barangkali Bapak lupa, ini sudah ketiga kalinya saya meminta Bapak berhenti mendesak saya merilis produk saat deadline. Kenapa Bapak nggak meneror Planning Manager untuk menyusun jadwal produksi yang lebih masuk akal ketimbang memaksa saya merilis produk yang bahkan belum setengahnya selesai dikemas?”
* * *
Kali lain Andromeda bahkan pernah menemui Andrea pukul tujuh pagi, tepat tiga detik setelah Andrea memasuki ruang kerjanya, bahkan sebelum gadis itu sempat meletakkan tas kerjanya di meja.
“Baca email dari Palvanan Pilai, Andrea! Thailand komplain karena ditemukan kemasan yang penyok lagi. Ini sudah komplain ketiga kalinya dalam dua bulan ini. Apa kamu sudah berlakukan SOP 100%-inspection? Apa sudah minta TSD perbaiki folding machine kita?”
Andrea meletakkan tasnya di meja, lalu menghadapi Andromeda dengan wajah marahnya. Hanya Andrea yang berani menantang Andromeda seperti itu.
“Alih-alih menyalahkan kru sendiri, Pak, kenapa Bapak nggak memperhatikan bahwa dari 20 negara yang kita suplay, hanya Thailand yang selalu komplain, bahkan untuk masalah sesepele folding box inipun. Kalau-kalau Bapak tidak sempat memantau keadaan aktual di pabrik, saya konfirmasikan bahwa tidak ada masalah pada folding machine kita, dan 100%-inspection sudah diberlakukan. Kenapa Bapak nggak cek forwarding kita? Adakah yang salah dengan SOP pengiriman mereka sehingga selalu ada produk yang defek? Atau memang Mr.Palvanan yang berlebihan? Foto yang dikirimkannya bukan foto folding box penyok, Pak. Saya bahkan nggak bisa menganggap itu defek.”
“Tapi customer adalah raja, Andrea. Dan permintaan mereka, setinggi apapun standarnya, harus kita penuhi.”
“Memperlakukan customer sebagai raja bukan berarti memperlakukankeluarga sendiri sebagai babu yang bisa disalah-salahi terus kan, Pak?”
Andromeda akhirnya harus mengakui bahwa dia tidak akan pernah menang berdebat dengan Andrea. Gadis itu memiliki pendirian yang kuat sekaligus pilihan kata-kata yang sarkastik. Bukan kombinasi yang bisa membuat pria jatuh cinta. Maka ketika pertama kali Andromeda mulai menyadari perasaannya, dia berusaha mati-matian menyangkalnya.
Tidak butuh waktu lama bagi Andromeda untuk menyadari bahwa dia telah jatuh hati pada Andrea. Tapi butuh lebih banyak waktu baginya untuk berani mengakuinya mengingat fakta bahwa dia adalah atasan Andrea di kantor dan dirinya adalah seorang duda dengan seorang putri berusia remaja sementara Andrea belum pernah menikah.
* * *
Duda lagi, duda lagi. Fiuuuhhh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top