Path 0.7 - Tes Dadakan (Part II)
Mereka berempat langsung beranjak pergi dari kamar mereka menuju lapangan akademi, sesuai dengan apa yang diperintahkan di dalam pesan yang diberikan oleh kepala sekolah.
Saat ini, mereka sudah berada di lapangan. Suasana di lapangan saat ini tidak terlalu ramai karena belum terlalu banyak murid yang berada di sana. Mereka menuju pohon rindang tempat Albert dan Alice berlatih sebelumnya untuk sekedar duduk dan berteduh dari teriknya sinar matahari.
"Kok belum terlalu banyak murid yang datang, ya? Apa mereka menganggap tes dadakan ini gampang?" celetuk Dave. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar lapangan.
"Iya juga, sih," timpal Jenna. "Mungkin karena takut kena sunburn kali, ya?"
"Kalau memang itu alasannya, mereka benar-benar lebay sekali," ucap Alice.
"Wah, ternyata masih banyak yang belum datang ya ...." Tiba-tiba, sosok Mr. Varius muncul di atas podium. "Padahal sudah dituliskan kalau dua jam lagi sudah harus di lapangan, tapi mereka malah menganggapnya remeh ...."
Mr. Varius berdeham sebentar, lalu berbicara di depan mik. "Selamat siang, semuanya! Sepertinya yang sudah kalian tahu, sebentar lagi akan diadakan tes dadakan untuk mengetahui level kemampuan kalian. Tes ini tidak akan terlalu sulit, kok. Jadi kalian tidak perlu khawatir!
"Baiklah, sekarang kalian cari partner kalian, karena tes ini akan kalian jalankan bersama partner masing-masing!"
Para siswa pun segera heboh mencari partner mereka masing-masing, kecuali Albert dan kawan-kawan karena mereka secara tidak langsung sudah bersama partner masing-masing. Untunglah mereka selalu menempel bersama, jadi mereka tidak perlu heboh mencari partner masing-masing.
Beberapa menit berlalu, dan para siswa sudah bersama partner masing-masing.
"Oke, kalau begitu saya akan langsung menjelaskan--"
"Mr. Varius, bukankah kita harus menunggu yang lain dulu? Kenapa Anda langsung memulai tes ini tanpa menunggu mereka?" Salah seorang siswa tiba-tiba bertanya pada Mr. Varius.
"Lebih baik mereka dibiarkan saja, biarkanlah mereka memiliki kesadaran sendiri, lagipula jumlah kalian sudah cukup untuk menjalankan tes dadakan ini," jawab Mr. Varius.
Setelah selesai menjawab pertanyaan siswa itu, Mr. Varius menjentikkan jarinya. Seketika, mereka semua berada di sebuah stadium yang sangat besar. Mereka terheran-heran, bagaimana mereka bisa secara tiba-tiba berada di sebuah stadium? Padahal sebelumnya mereka berada di lapangan sekolah. Mr. Varius menyadari kebingungan mereka. Ia berdeham sebentar, lalu mulai menjelaskan.
"Saat ini, kita berada di stadium pertandingan milik akademi ini. Mungkin kalian belum mengetahui keberadaan stadium ini, karena memang kami para dewan guru sengaja tidak memberitahukannya.
"Kami berpikir mungkin kami akan memberitahu kalian pada saat stadium ini akan digunakan saja, seperti sekarang," jelas Mr. Varius. Para siswa mengangguk-angguk paham.
"Sekarang, saya akan menjelaskan sedikit tentang tes dadakan ini. Dalam tes ini, kalian--bersama partner kalian masing-masing--akan bertarung dengan pasangan partner yang lain. Untuk gilirannya, kalian akan dipilih secara acak melalui monitor itu." Mr. Varius menunjuk sebuah monitor besar di stadium.
"Baiklah, sekarang kalian bisa duduk di bangku penonton untuk menunggu giliran kalian sembari menonton," titah Mr. Varius yang langsung dituruti oleh semua siswa.
Semua siswa sudah duduk di bangku penonton stadium itu. Segera setelahnya, monitor memperlihatkan berbagai nama-nama murid yang sedang diacak. Tak lama kemudian, muncullah empat nama. Para murid segera melihat ke arah monitor untuk mengetahui siapa yang mendapat giliran awal.
"Baiklah, pertandingan pertama, yang akan bertarung adalah Albert - Alice dari kelas X - B melawan Zavier - Jesslyn dari kelas X - C!"
Albert dan Alice terkejut ketika mendengar nama mereka dipanggil. Mereka mendapat giliran pertama, dan lagi mereka mendapatkan lawan yang cukup sulit--mereka mengetahuinya karena mereka sering mendengar gosip tentang lawan mereka saat ini, yang katanya terkenal sangat kuat. Mereka menelan saliva mereka, lalu beranjak dari bangku mereka menuju ke lapangan di tengah stadium.
"Good luck! Semoga menang!" Jenna memberi semangat kepada mereka berdua.
Mereka berdua sudah berada di lapangan. Beberapa meter di hadapan mereka, terdapat seorang laki-laki dan perempuan yang mereka yakini adalah lawan mereka. Laki-laki tersebut memiliki rambut berjambul berwarna cokelat dan iris mata berwarna kuning, sedangkan perempuan yang berada di sebelah kirinya memiliki rambut panjang sepinggang berwarna merah dan iris mata berwarna sama dengan rambutnya. Mereka berdua tampak memakai seragam seperti mereka berdua, namun memiliki warna yang berbeda yaitu kuning.
"Dalam pertandingan ini, kalian diperbolehkan memanggil Sky-Pet kalian masing-masing," ucap Mr. Varius sebelum memulai pertandingan. "Baiklah, bersiap ...."
"Pertandingan dimulai!!!"
Pria berambut cokelat yang bernama Zavier itu langsung mengeluarkan senjata miliknya, yaitu sebuah kapak yang besar, lalu berlari dengan sangat cepat menuju Albert dan Alice. Melihat itu, Albert segera bersiap-siap untuk menahan serangan ini.
"Alice, ciptakan bola air untukku!"
"U-untuk apa?"
"Sudah, lakukan saja!"
Tak memiliki pilihan lain, Alice hanya menuruti saja perintah Albert. Dia menciptakan sebuah bola air di tangannya dan mengarahkannya ke Albert. Setelah itu, Albert segera mengubah air tersebut menjadi sebuah perisai es yang mengilap. Semua siswa yang menonton terkejut melihat apa yang dilakukan Albert, begitupun Mr. Varius.
"Bagaimana mungkin dia bisa membuat senjata dari elemen sihir?" ucap Mr. Varius bingung.
Tang!
Perisai es Albert berbentur dengan bilah kapak milik Zavier. Keduanya berusaha mempertahankan posisi masing-masing. Zavier menekan kapaknya dengan sekuat tenaga agar dapat menembus perisai es Albert. Tak lama kemudian, mereka berdua terpental.
"Ternyata kau lebih kuat dari yang kuduga. Sepertinya aku akan sangat bersenang-senang ...," ucap Zavier sambil menyeringai.
Tiba-tiba, muncul seorang Centaur di sebelah Zavier. Sepertinya, Centaur itu adalah Sky-Pet milik Zavier. Banyak siswa yang terkejut ketika melihat Sky-Pet milik Zavier muncul. Mereka terkejut karena Centaur merupakan Sky-Pet legendaris yang sangat sulit ditemukan, apalagi ditaklukkan.
Melihat Zavier yang memanggil Sky-Pet-nya, Albert pun melakukan hal yang sama--memanggil Sky-Pet miliknya. Para siswa tak kalah terkejut ketika melihat Varuna. Zavier dan partnernya---Jesslyn pun ikut terkejut.
"Hmm, jadi benar, ya, kalau kau itu pemilik kedua dari Varuna setelah Evan?" Zavier tersenyum sinis pada Albert. "Aku benar-benar tidak bisa meremehkanmu ...."
Tiba-tiba, Zavier menerjang maju ke arah Albert. Tapi, kali ini Albert sudah bersiap dengan sebuah pedang es--sebelumnya ia mengubah perisai es-nya menjadi pedang--di tangannya.
Pertarungan yang sengit pun terjadi diantara kedua laki-laki tersebut.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top