☁︎ ៹ Klub Sains
Pemandangan matahari di ufuk barat terlihat seperti kanvas jutaan dolar. Perlahan lingkaran penuh itu bergerak menuju batasan langit luas. Berubah jingga, lalu menghilang. Sepenuhnya berganti dengan sosok penghuni malam, tepat pada pukul enam lewat sepuluh. Tak lama setelahnya, lampu-lampu kota mulai berlomba-lomba menunjukkan jati dirinya. Seakan-akan angkasa hitam itu menjadi tanda bahwa parade malam seratus bintang akan segera dimulai.
Ruang Klub Sains menjadi satu-satunya tempat yang masih melakukan aktivitas di saat ruangan lain di sekolah sudah tak berpenghuni. Suara dentingan kaca, aliran air, dan hentakan kaki. Setiap satu kepala memiliki kesibukan masing-masing. Entah mencuci alat bekas praktik, menyapu lantai, bahkan membersihkan bekas cairan di atas meja.
"Kalian boleh pulang jika sudah selesai." Tutur seorang anak laki-laki. Satu-satunya orang yang menyandang status ketua di pundaknya, Senku Ishigami.
Anggota yang lain bergegas pulang setelah menyelesaikan tugas masing masing. Mengingat waktu sudah memasuki jam makan malam. Mereka membelah koridor sambil menebak-nebak menu makan malam di rumah. Seharusnya mereka berjalan dengan wajah letih dan bahu yang menunduk, tetapi rasa senang saat percobaan pratikum yang mereka lakukan tadi berhasil, masih terasa sampai sekarang.
Sesampainya di gerbang sekolah, Senku berhenti sejenak, menarik tipis sudut bibirnya. "Terima kasih atas kerja keras kalian."
Anggota Klub Sains yang tadinya berjalan beriringan, ikut berhenti setelah mendengar perkataan ketua mereka. Saat menoleh ke belakang, terlihat wajah Senku yang sedang tersenyum; tersirat bangga.
🌙
"Tumben."
"Kenapa?"
(Name) tersenyum jahil. Menatap Senku yang sedang fokus mencampurkan dua zat kimia ke dalam tabung kaca. "Kemarin. Biasanya kau tidak pernah begitu, kan."
Senku berhenti melakukan kegiatan ilmiahnya. Sekarang otaknya sedang memproses setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu. "Oh, itu. Tentu saja karena kalian sudah bekerja dengan baik."
(Name) mendengus kecil. Wajahnya seakan-akan berkata "Tidak mungkin. Benar-benar mustahil".
"Aku tidak percaya." (Name) berbalik membelakangi meja, menyandarkan tubuhnya di sana, sembari melipat kedua tangan di depan dada. "Senku tipe orang yang pelit melontarkan pujian."
"Yang kemarin itu kau anggap sebagai pujian?"
(Name) mengganggukan kepalanya berulang kali. "Kedengarannya memang seperti itu." Gadis itu memiringkan kepalanya ke arah kiri. Menyusun kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perilaku aneh ketua klubnya kemarin malam. "Lebih tepatnya terima kasih-mu itu seperti menyalakan sesuatu di dalam kepala mereka. Bagaimana ya, aku harus menjelaskannya? Hm, seperti mendorong mereka untuk bekerja lebih giat sesuai keinginanmu."
Senku menyeringai, "Heh, heh. Ketahuan, ya. Niatku memang begitu kok."
Anggota lain yang mendengarkan hanya tersenyum maklum. Sesuai dugaan, mana mungkin orang seperti Senku akan repot-repot melakukan hal seperti kemarin dan lebih mengherankan lagi, Senku tidak mengelak sama sekali perihal niat-nya yang sudah dibongkar (Name).
"Namun, untuk yang kemarin, aku serius mengatakannya."
Semua orang yang mendengarkan merasa sedikit terharu. Dilihat dari sisi manapun, Senku memang melakukannya dengan tulus, hanya saja sisi logis pemuda itu turut serta di segala tindak-tanduknya sehingga membuat siapapun bisa salah paham dengan sifatnya itu.
"Baiklah. Saatnya kita lanjut kegiatan memecahkan misteri pembatuan burung walet ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top