Bab 7 - Tertarik


Gila!!! Itu pemain baru gokil banget kalahin si Emelhem!!!

Gak sia-sia nonton pertandingan pertama!

OKB bray! Pertandingan pertama langsung 200jt coy

Wah menarik nih lihat Sky!

Ah paling Cuma beruntung aja si Sky, belum tentu berikutnya masih hidup tuh

"Kelihatannya pemain baru ini menarik sekali. Sudah satu minggu ini nama Sky muncul dalam forum perbincangan sejak kemenangan pertamanya," pria berkacamata itu masih tersenyum manis sambil mengelap kacamata tipisnya.

"Kau memang tidak salah pilih pemain ya," dengan suara serak dan tatapannya lurus menghadap layar televisi cembung yang terlihat sangat antik. Kucing persia kesayangannya terlihat cukup nyaman dipangkuan sang majikan. "Apakah pemain baru tersebut sudah merencanakan jadwal pertandingan baru?"

Tangannya dengan cepat memakai kembali kacamatanya dan segera mengambil alih papan ketik tablet di tangan untuk membuka situs KoRF. Saat membuka menu tab jadwal, belum terlihat sama sekali nama Sky disana. Dibukanya menu profil Sky dan setelah terbuka tak muncul satupun aktivitas pada log history. "Sepertinya Sky masih belum menunjukkan aktivitas apapun setelah pertandingan debutnya dengan Emelhem tuan."

"Kabarkan aku bila buahnya sudah matang," pria tersebut segera bangkit meninggalkan lelaki berkacamata itu sendangkan kucing putih berbelang coklat itu sudah lari entah kemana. "Oya, malam ini masih tetap dingin ya."

"Iya tuan, malam yang dingin," sambil membungkuk dan senyum yang sangat bahagia.

***

"Heeah!!! Hap! Hah!!!" Suara lengkingan pukulan Mey mencuat memenuhi seisi ruang bawah tanah.

Sore itu seusai pulang sekolah mereka berdua berjanji untuk berlatih sparring kembali untuk menguatkan fisik masing-masing. Momen ini tidak hanya terjadi sekali, namun sudah satu minggu sejak kemenangan besar Langit dalam game maut KoRF. Pak Jenggot yang sampai saat ini bisa dikatakan sebagai wali secara tidak langsung dari Langit, kini ia juga merangkap sebagai manajer dalam pertandingan KoRF untuk Langit. Bagaimana tidak, baru saja pulang dari pertandingan beliau langsung memerintahkan Mey untuk segera mengobati luka pada tubuh Langit. Disamping itu Pak Jenggot juga memberikan arahan agar Langit sementara waktu tidak mengikuti pertandingan untuk memulihkan fisik serta menunggu momen yang tepat untuk muncul karena euforia yang muncul setelah kemenangan besarnya.

Langit awalnya masih bernafsu untuk memenangkan game tersebut, begitu pula Mey yang tak kalah mendesak ayahnya agar diperbolehkan bertanding. Pak Jenggot melihat kondisi ini hanya bisa diam dan mengambil keputusan Langit baru diperbolehkan bertanding setelah selang waktu satu minggu. Mendengar itu, setidaknya Langit dan Mey dapat tenang setelah mendapat restu dari Pak Jenggot.

Untuk mengisi waktu luang yang cukup lama, Mey menawarkan diri untuk menjadi teman sparring Langit sekaligus untuk meningkatkan kemampuannya sehingga ketika Langit tampil lagi sebagai Sky, maka kemampuannya bisa jadi akan meningkat dan dapat mengalahkan semua lawan-lawan serta menjadi pemenang. Mendengar itu Langit hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Maka setiap sore setelah bel sekolah berbunyi keduanya bergegas pulang kembali ke kediaman masing-masing dan setelah bersiap-siap segala sesuatunya kemudian segera menuju ruang bawah tanah. Begitupun seterusnya hingga saat ini.

"Ayo Mey! Lebih serius lagi! Anggap aku ini sebagai penjahat atau orang yang paling kamu tidak suka Mey!" sahut Langit yang tengah berbalut celana training panjang dan kaos berwarna putih polos. Dari awal latihan, Langit hanya sekedar menangkis atau bertahan dari serangan yang dilancarkan Mey. "Ayo Mey lebih serius lagi!!! Hanya segini saja kemampuan atlit turnamen?" provakasi Langit sambil menampilkan wajah meremehkan. "Sudah kubilang anggap aku orang jahat atau yang paling kamu benci MEY!!!"

"SUDAH DARITADI AKU BENCI KAMU LANG!!" serangan Mey semakin intens dan menambah kekuatan dan dampak serangan yang diberikan. Meski Langit yang berhasil memprovokasi Mey, namun pertahanan dan ketahanan tubuh Langit tak mengendur sama sekali. Semua pukulan, tendangan maupun usaha untuk membanting Langit tak kunjung berhasil. Semua sisi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki namun tak ada satupun usaha dari perempuan tersebut yang berhasil melumpuhkan pria tangguh dihadapannya itu. Padahal hampir 15 menit pertarungan berjalan dan ruang bawah tanah terpasang AC, namun tak terlihat tetesan keringat yang mengucur pada tubuh Langit, sebaliknya malah Mey lah yang terlihat 'banjir' peluh hingga seluruh kaos tanktop tanpa lengan dan celana pendeknya serta seluruh tubuhnya seakan sudah tercebur ke sebuah kolam ikan.

"Sekarang sudah mau menyerah?" ledek Langit, namun Mey masih belum berhenti dan tidak mengidahkan kata-kata Langit. Dengan kecepatan tinggi Langit segera menghentak kedua tangan Mey dengan tangkisan hingga lengan Mey terentang. Mey yang lengah akhirnya menunjukkan celah hingga Langit segera mencubit kedua pipi Mey. Gadis tersebut malah terdiam dan pipinya berubah merah merona karena wajahnya kembali disentuh oleh pemuda sehebat Langit, namun itu sebuah kesalahan fatal bila teralihkan dalam sebuah pertarungan. Langit kemudian menepuk leher pundak, perut dan lutut Mey hingga berakhir pada tinju uppercut yang mengarah pada dagu Mey namun terhenti pada jarak kurang dari beberapa inci sebelum mengenai wajahnya, namun tak berhenti sampai situ saja karena pukulan tersebut dilanjut dengan kdua jarinya tadi mendorong dagu Mey hingga terjungkal kebelakang dan Langit mengakhiri serangan dengan melakukan tendangan berputar dan serangan itu tepat terhenti kembali di depan wajah Mey. Mata Mey segera membelalak dan tak menyangka dirinya akan kalah hanya dalam waktu kurang dari 10 detik, Mey segera terduduk dan tak percaya masih belum bisa mengalahkan Langit hingga hari ini. "Sudah mau menyerah kan Mey?" tanya Langit kembali sambil tersenyum menatap wajah Mey.

Emosi, sedih, kesal, tak percaya, malu semua campur aduk dalam otak Mey hingga ia tak kuasa menutup wajah ketika Langit menatap dengan tenang seperti itu. "Iiiiiihhh kamu tu terlalu kuat tauuuu!!!" sambil Mey mendorong Langit menjauh.

"Haha, iya aku minta maaf ya Mey kalau seranganku tadi berlebihan," kata Langit yang kala itu Mey sama sekali tidak menjawab dan masih menutup wajah dengan kedua tangannya. Namun dibalik itu sebenarnya Mey tengah menyimpan senyum yang entah ia sendiri tidak tahu apa alasannya. Entah itu adalah perasaan senang atau malah rasa yang lebih dari itu? Yang jelas semenjak pertandingan KoRF ini berlangsung hubungan Mey dan Langit semakin dekat dan tidak hanya sebatas antara orang yang baru menumpang dengan gadis yang kerjaannya mengerjakan pekerjaan rumah orang yang awalnya tak ia kenal sama sekali. Canda tawa dan kerjasama mengisi waktu Langit yang diperintahkan pak Jenggot untuk beristirahat.

Cklek!!! Salah satu pintu ruang tanah terbuka dan masuklah Pak Jenggot dengan tubuh penuh dengan noda oli

"Mey? Kamu dimana nak?"

Mendengar panggilan itu Mey segera bangkit. "Iya ayah, ada apa ya?" sambil menghampiri pria tua tersebut.

"Mey, persediaan kita untuk bulan ini menipis. Tolong kamu pergi ke supermarket untuk belanja keperluan kita." Mey pun mengangguk menuruti permintaan sang ayah. "Oya kamu pergi bersama Langit ya Mey supaya ada yang menemanimu di perjalanan."

Mendengar itu Mey menengok ke arah Langit yang masih melakukan perenggangan otot di tengah ruangan. "Ayah yakin aku pergi bersama Langit?" tanyanya sambil menunjukkan wajah keheranan.

"Ayah tidak mau kamu terjadi apa-apa ditengah jalan. Jadi ayah putuskan kamu pergi bersama Langit ya nak." Mendengar hal itu Mey tak bisa menjawab apa-apa lagi dan hanya bisa terdiam. "Yasudah ayah ingin kembali dulu memperbaiki alat-alat di gudang sana," lanjut Pak Jenggot sambil berlalu meninggalkan ruang bawah tanah.

***

"Wah baru kali ini aku melihat daftar belajaan sebanyak ini," kata Langit sambil memegangi kertas berisi nama-nama barang yang harus mereka berdua beli. Tepat dibelakang Langit, Mey masih sibuk berkomat-kamit menggerutu dengan ikutnya pemuda itu dalam aktivitas yang biasanya hanya perempuan itu saja yang mengurusi. Belanja.

Dengan berbalut jaket dalaman kaos oblong putih bermotif dan celana panjang denim serta sepatu kets, Langit terus menyusuri jalan pertokoan mall diikuti Mey yang juga mengenakan kemeja sifon lengan panjang berwarna biru, celana denim hitam dan sandal flat. Kondisi mall saat itu cukup ramai karena waktu sore menjelang malam adalah waktu yang cukup padat mengingat dalam waktu beberapa jam akan masuk night hour sehingga bagi orang-orang yang baru saja pulang beraktivitas menganggap inilah waktu yang tepat untuk berbelanja. Tak ada satupun mata yang melihat mereka berdua dengan curiga. Anggap saja pria di depan adalah orang yang cukup sibuk dan tengah meneliti belanjaan yang akan dibelinya sedangkan gadis dibelakang hanya orang biasa yang kebetulan jalan yang mereka susuri sama.

"Iiih, kenapa ayah minta Langit ikut? Padahal aku sendiri sudah biasa belanja sendiri tanpa harus ditemani ayah bahkan Langit sekalipun," gerutu Mey dibelakang Langit sambil terus menatap kepala pria tersebut dengan penuh kekesalan. Tangannya sedari tadi sudah mengepal dengan erat siap memukul kepala pria yang sudah seminggu ini tak mampu ia kalahkan di medan latihan. "Andai aku belanja sendirian, mungkin tidak akan secanggung ini kan?"

"Mey kamu tidak mendengarkan aku tanya tadi ya?" sambil Langit menghentikan langkah dan berbalik menghadap Mey. Sontak kaget dan tersadar dari lamunannya Mey terkesiap menatap Langit.

"Emh, eh apa sih Lang?"

"Ini lho daftar belanjaannya dari Pak Jenggot coba kamu baca dulu," sambil menyerahkan kertas dengan warna coklat krem itu ke tangan Mey.

"Eh iya ya banyak sekali ya," Mey baru menyadari ketika ia melihat sederet daftar barang yang harus ia dapatkan. Ada dari makanan beku, makanan instan siap masak, bumbu dapur, kopi, teh, gula dan beras. Belum lagi ditambah perlengkapan mandi dan alat pembersih lainnya yang jumlahnya tak sedikit. Andai sore itu Mey tetap pergi berbelanja sendiri, ia takkan mampu membawa semua barang tersebut. Ia baru sadar kenapa Pak Jenggot meminta ia pergi bersama Langit karena alasan banyaknya barang bawaan yang harus dibawa pulang nanti seusai berbelanja.

"Baiklah kalau begitu, kita bagi tugas saja untuk belanja kali ini," kata Mey dengan nada layaknya sebagai kapten. "Lang kamu aku beri tugas untuk berbelanja barang-barang yang berhubungan dengan kamar mandi dan pembersih lainnya," sambil Mey menunjukkan daftar belanja yang harus dibeli Langit, "sedangkan aku nanti akan membeli perlengkapan dapur, untuk barang-barang yang berat seperti beras nanti kita beli terakhir setelah barang-barang yang kamu beli sudah terkumpul."

"Baik bu presiden," jawab Langit sambil mengangguk. Tanpa terasa mereka sudah sampai di depan supermarket yang mereka tuju.

"Nanti kita bertemu lagi di depan kasir ya Lang." Langit pun hanya mengangguk dan segera masuk ke dalam supermarket. Dilain sisi ternyata sedari tadi ada mata yang terus mengawasi gerak gerik sepasang muda-mudi ini.

***

Hampir lima belas menit sudah Langit mengumpulkan barang-barang belanjaan. Mulai dari sabun, pasta gigi, detergent hingga cairan pembersih lantai dan kain pel semua telah tertumpuk pada keranjang dorong. Hanya tinggal mencari parfum milik Mey dan obat-obatan suplemen.

NGIIIIING!!!

Sekali lagi suara dengung itu menyiksa kepala Langit hingga dirinya sedikit membungkuk untuk menahan rasa sakit.

"Pertarungan berikutnya! S melawan N-65. Keduanya segera masuk ke arena!" pada bayangan itu seorang anak laki-laki dengan tatapan dingin berdiri dan berjalan menuju arena namun entah Langit tidak mengetahui kenapa pada imaji itu anak tersebut bergerak bagai robot tanpa hati mengikuti perintah itu, sedangkan bocah dengan kode N-65 seakan ketakutan dan berusaha untuk melarikan diri.

"Jangan pak! Jangan paksa saya bertarung dengan S pak!!! Ampun pak!!!!" anak laki-laki dengan usia sekitar 7 tahun itu segera melarikan diri diikuti oleh beberapa penjaga yang mulai mengejar dengan wajah menyeramkan.

"Sial! Bayangan apalagi ini? Sebenarnya kapan dan dimana dan ada apa dengan kejadian itu?" Langit terus bergumam mencari tahu apa maksud dari imaji yang muncul barusan. Seakan memorinya memberi petunjuk berupa teka-teki, namun semakin banyak ingatan yang muncul semakin tak dapat dipahami apa maksud dari bayangan tersebut.

"Hey! Are you ok?"

Mendengar pertanyaan itu Langit mendongakkan kepalanya keatas mencari arah suara tersebut. Terlihatlah seorang wanita muda dengan rambut berwarna kecoklatan lurus panjang ikatan kuda, lalu pakaian blazer biru gelap celana jeans hitam dan sepatu boot. Riasan pada wajahnya menawan mata lelaki manapun untuk menatapnya lebih lama.

"Ah, ya tidak apa-apa koq mba," jawab Langit yang segera pula bangkit.

"Benar kamu tidak apa-apa? Aku lihat sepertinya itu sakit sekali sampai kamu terduduk tadi." Jawab wanita asing itu tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Langit.

"Oh ya tenang saja, hanya sedikit pusing saja tadi. Tapi sekarang sudah mendingan," sambil membetulkan pakaian dan menunjukkan senyum tipisnya pada wanita asing tersebut.

"Syukurlah bila tidak apa-apa," balas wanita tersebut sambil membetulkan kacamatanya dan segera memilih beberapa barang belanjaan pada rak. Jika dilihat dari fisik dan gaya bicara mungkin wanita disamping Langit masih berusia kepala dua. Lekuk tubuhnya terlihat dengan bantuan pakaian yang dikenakan membuat orang disekitar dapat membayangkan bagaimana idealnya badan dari orang tersebut. Melihat hal tersebut Langit berusaha untuk mengalihkan pandangannya pada barang-barang yang ingin ia ambil agar tidak mudah tergoda nafsu duniawi.

"Cukup damai ya hidup seperti ini," kata wanita asing tersebut sambil menunjukkan senyum manis namun pandangan tetap pada barang belanjaan, "menjadi orang normal, hidup biasa dan terhindar dari aksi berbahaya." Mendengar itu Langit merasa penasaran sebenarnya siapa orang yang wanita itu ajak bicara.

"Maaf mba bicara dengan siapa?" penasaran Langit bertanya demikian melihat wanita itu tak menatap orang yang sedang ia ajak bicara.

"Tentu saja orang yang masih bisa mendengar suara saya barusan dan tertarik dengan pambahasan yang kuucapkan." Mendengar itu Langit mencoba untuk melihat sekeliling mereka dan memang hanya ada Langit saja yang terpancing mendengarkan. Langit mencoba memastikan apakah orang yang dimaksud adalah dirinya sendiri sambil menunjuk dirinya sendiri. "Haha, kamu terlalu polos ya. Ya jelas kamu orang yang sedang aku ajak bicara."

"Maksud mba apa ya berkata demikian?" tanya Langit sambil mulai mendekati wanita perempuan disampingnya yang masih sibuk memasukkan beberapa barang ke keranjang jinjing di tangannya.

"Mungkin sebagai orang awam kamu tidak memahaminya karena hidupmu terlihat begitu flat. Berbeda dengan orang-orang diluar sana yang mempertaruhkan nyawa demi sebuah uang rampasan." Langit belum berani menjawab karena pembicaraan wanita tersebut masih belum jelas. "Mungkin lebih tepatnya situasi di dunia luar seperti hutan yang penuh dengan hewan buas."

"Maksud mba hukum rimba?" kata Langit yang mencoba ikut angkat bicara.

"Yah semacam itu. Memangsa atau dimangsa. Yang lebih kuat dialah yang menguasai. Seakan dunia menjadi tempat tinggal bagi orang-orang berinsting hewan," sambung perempuan yang mulai menghadapkan seluruh tubuhnya kepada Langit. "Menurutmu apakah nyaman hidup demikian?" Mendengar itu Langit terdiam dan tetap memasang wajah tenang.

"Tapi mungkin kita sekarang bersyukur ada sesuatu yang baru," lanjutnya perempuan yang kini mendekatkan posisinya tepat disamping Langit. "Kira-kira kau tahu apa yang kumaksud?" Mendengar itu Langit mulai mengernyitkan keningnya penasaran dengan apa yang akan dikatakan wanita itu selanjutnya. "Ada sebuah permainan baru yang menurut rumor dapat membawa kekayaan secara instan bagi para pemenangnya. Kau tahu itu?" perempuan itu mulai melirik dengan tatapan tajam namun senyuman yang menggoda terus memburu Langit untuk menjawab.

"Permainan baru yang dapat membawa kekayaan instan pada pemenangnya? Apa jangan-jangan ia tahu KoRF?" Rasa penasaran itu mulai menggerogoti perasaan Langit. Sejenak ia kembali memeriksa sekitar apakah ada orang yang memperhatikan mereka berdua hingga pada kamera pengawas yang berada pada langit-langit supermarket. Bisa dikatakan pembicaraan mereka sejauh ini tak di dengar maupun diawasi siapapun.

"Maaf tapi maksud anda apa?" tanya Langit untuk mencairkan suasana.

"Hihihi," wanita itu mulai tertawa kecil sambil menutupi bibir sensualnya. "Baik akan kuberi kau beberapa petunjuk. Coba kau tebak ya," sambung perempuan tersebut dengan nada menggoda. "Permainan ini cukup sederhana, hanya tinggal melawan pemain lain dalam adu fisik hingga salah satu diantara mereka mengaku kalah atau tidak sadarkan diri ditempat. "Mungkin bisa kita sebut dengan permainan King of..."

"LANGIT! Kamu kutunggu daritadi ternyata masih disini ya?" tiba-tiba suara Mey dari kejauhan memecahkan suasana antara Langit dan wanita asing tersebut. Melihat itu Langit segera bergegas mengambil sisa barang-barang yang harus dibeli.

"Iya Mey! Aku segera kesana," jawab Langit. Tak lupa pemuda tersebut membalikkan badannya pada wanita sebelumnya berkata, "maaf mba pembicaraan ini kita lanjutkan lain kali."

"Tidak apa-apa. Lain kali kita pasti bertemu. Bisa jadi perjumpaan kita pada waktu dan tempat yang takkan kita duga," sambil menurunkan kacamatanya, wanita tersebut mengerjapkan mata menggoda Langit.

"SUDAH AYO PERGI!" kata Mey sambil menarik lengan Langit. Sedangkan perempuan asing tersebut masih tetap memancarkan senyumnya pada Langit.

"Hmm namamu Langit ya," gumam wanita asing tersebut sambil membuka ponsel dengan tampilan situs KoRF terpampang pada layarnya.

***

"Huft banyak sekali barang bawaan ini. Berat-berat pula," keluh Mey yang tengah menjinjing dua kantung belanja. Sedangkan Langit yang berada disampingnya sudah membawa empat kantung belanja besar tergantung di kedua tangannya. "Untung ya kamu ikut belanja hari ini."

"Apakah dia sudah mengenal diriku? Atau jangan-jangan ia salah satu pemain KoRF? Terbukti dari pembicaan barusan ia ingin menyebutkan nama KoRF tapi terhenti karena Mey datang. Sebenarnya siapa wanita tadi?" gumam Langit yang masih mengingat-ingat momen dengan wanita asing barusan.

"Lang kamu dengar aku? Laaang?? Kata Mey sambil berdiri di hadapan Langit membuyarkan semua lamunan pemuda dihadapannya.

"Oh iya Mey. Lain kali bila diminta belanja tidak apa-apa mengajakku lagi," jawabnya sambil menunjukkan tawa terkekeh.

"Kamu ini ya Lang, yang ingin ngajak kamu belanja lagi siapa?" sahut Mey dengan wajah meremehkan. "Kalau kamu tu Lang maunya aku ajak kamu ke arena untuk aku hajar sampai babak belur tahu!!"

"Dengan senang hati aku setiap saat akan tunggu tantanganmu Mey. Haha." Suasana diantara Langit dan Mey kini semakin mencair dan menambah keakraban diantara mereka. Dengan suasana ramai namun tertib di perjalanan pulang menambah kenikmatan senja sore. Beberapa orang lalu lalang dengan kesibukan dan kebutuhan mereka. Ada yang baru pulang kerja, kuliah, sekolah, bahkan ada yang hanya sekedar pergi mencari barang miliknya yang jatuh. Namun suasana santai seperti ini jarang-jarang dinikmati oleh pemuda seperti Langit yang selama ini hidup diantara kamar, sekolah dan ruang bawah tanah. Meski saat ini ia memiliki kesibukan baru sebagai pemain pemula pada permainan KoRF.

Namun ditengah jalan mereka melihat seorang wanita tengah dihadang dua orang pria. Jika dilihat-lihat para lelaki tersebut baru saja mabuk berat. Sedangkan wanita tersebut masih menjinjing plastik belanjaan namun tetap berdiam diri.

"Ayo gadis cantik, perlihatkan kecantikanmu sayang," kata pria berbadan tambun kepala botak.

"Iya manis, atau mau ikut kita main-main dulu? Masih sore loh say," sambung pria kurus kering dengan muka mesumnya.

"Hey! Itu wanita yang mengajakku ngobrol di mall barusan kan?" gumam Langit.

Melihat itu Mey sempat terbakar emosinya. "Ih beraninya sama perempuan. Aku hajar ya orang itu!" Namun Langit segera menahan Mey dengan menghalanginya. Ia paham bahwa kondisi saat ini masih belum menguntungkan karena jika dilihat orang-orang sekitar masih belum mau peduli dengan kejadian tersebut. Alih-alih berlagak pahlawan malah nantinya membuat masalah dan mereka sendiri yang akan diserang oleh penjahat.

"Owh ingin main sama aku ya?" jawab wanita tersebut dengan suara yang merangsang bagi kaum adam. Mendengar itu Langit merasa teringat pernah mendengar suara itu tapi entah kapan dan dimana. "Sini adik ajak kalian semua bermain yah," sambungnya sambil menurunkan kacamata hitam dan mengerjapkan matanya untuk menambah tingkat keseksiannya. Mendengar itu kedua pria hidung belang tersebut semakin tergoda.

Wanita tersebut mulai mengulurkan tangan kanannya kedepan. Lalu kedua pria itu langsung menyambar tangan putih nan halus itu dengan bersemangat layaknya anjing yang tergiur dengan tulang putih siap untuk dijilat. Namun sayangnya tangan itu bukan untuk dibelai dengan gratis, nyatanya saat tangan pria gemuk tersebut sampai pada jari jemari sang wanita, dengan cepat jari tengah gempal itu langsung ditarik dan di dorong hingga menekuk keatas. Reflek lelaki gemuk itu langsung bertekuk lutut menahan sakit. Tak berhenti sampai situ saja, jari pria tersebut terus didorong hingga jarinya terdengar suara tulang retak. Alhasil pria gemuk itu langsung meringkuk berguling-guling dipinggir jalan menahan perihnya patah tulang yang ia alami.

Tak tinggal diam, pria dengan baju tubuh ceking itu mulai mencoba menghajar. Namun sayangnya dengan mudah tangan yang dipakai untuk memukul berhasil ditangkap dengan mudah, lalu wanita itu membalas dengan memukul perut lawan dengan begitu keras. Serangan tersebut berlanjut dengan tetap menahan tangan lelaki tadi, kaki jenjangnya kini menendang tepat dibawah dagu namun terhenti hanya menempel tepat pada kulit pria itu. Kini mata pria cungkring itu melirik dengan perlahan dan hati-hati karena wanita yang ia goda tadi ternyata bukan orang biasa. Niat ingin melarikan diri namun tangan dan kepalanya sudah tertahan sedangkan tangannya masih dicengkram. Kini pria malang itu hanya bisa melihat senyum manis nan kejam dari perempuan mengerikan itu. Dengan cepat kaki perempuan tersebut yang masih menempel pada dagu penjahat itu segera menendang dengan cepat dan beruntun pada kepala dan dada dan berakhir dengan tendangan berputar yang diarahkan langsung menjatuhkan kepala lawan ke trotoar jalan.

Mey dan Langit di kejauhan hanya bisa takjub melihat kejadian di depan mata mereka. Tidak kurang dari dua menit momen kejahatan yang diperkirakan berakhir dengan kasus asusila malah berbalik dengan tumbangnya kedua pria hidung belang tersebut. Mey tak menyangka ada wanita yang jauh lebih hebat daripada dirinya.

Sesaat wanita tadi sempat berbalik hingga wajahnya terlihat oleh Langit. Tak disangka ia adalah perempuan yang baru saja ia temui di mall barusan. Jika dilihat kemampuan bertarungnya, bisa jadi ia telah terbiasa dan tahu bagaimana mengatasi kejahatan di jalanan hingga semua gerakan sebelumnya terkesan sederhana namun mematikan. Andai saja kondisi tersebut dialami oleh Langit dan Mey mungkin ia akan memilih untuk lari ketimbang berhadapan dengan para pemabuk yang beresiko pada keselamatan Mey.

Sempat dalam beberapa detik wanita itu mengambil kesempatan untuk kembali menurunkan kacamatanya dan mengedipkan mata 'nakal' nya. Melihat itu Mey memastikan kemana arah mata itu menatap dan ternyata diarahkan pada Langit. Spontan Mey menunjukkan wajah murka. "Iiiih siapa sih perempuan nakal itu? Tadi sudah sok akrab dengan Langit dan sekarang mau menggodanya lagi? Ganjen!"

***

"Tuan, waktu satu minggu untuk istirahat anda telah usai. Kini anda boleh kembali ikut dalam KoRF."

Mendengar kata-kata itu keluar dari Pak Jenggot seusai Langit menunaikan sholat Isya membuat dirinya kembali bersemangat. "Baik pak, terima kasih sudah mengingatkan saya," jawabnya sambil berjalan mendekati PC Pak Jenggot. Langit segera mengakses situs KoRF dan log in akun yang ia miliki. Muncullah ratusan notifikasi baik itu pada forum maupun request bertanding. Selain itu juga ada notifikasi berisi komentar dan pemberitahuan viewer video pertarungan debut Sky.

"Sudah dari kemarin tu Lang!" Teriak Mey yang baru saja datang kamar mandi ruang bawah tanah dengan rambut masih terikat handuk dan hanya memakai kaos oblong tipis dan celana pendek. Dari kejauhan ia dapat melihat situs yang tengah dikses Langit. "Kamu pasti kaget juga kan jadi terkenal sekarang?" sambil Mey menampilkan senyum meremehkannya. Namun Langit hanya diam dan kembali menatap layar PC.

"Lantas siapa yang ingin anda lawan untuk pertandingan berikutnya tuan?"

"Hari ini saya ingin segera beristirahat Pak, jadi paling tidak saya mencari orang yang menantang paling cepat untuk besok malam saja," jawab Langit sambil mencari daftar request peserta yang menantangnya untuk hari esok. Pada halaman tersebut Langit tidak dapat melihat apakah orang yang mengirimkan tantangan ini orang tua? Bocah? Pria? Atau wanita? Karena untuk bisa melihat lebih detil maka pemain harus melihat satu persatu profil pemain dengan masuk pada masing-masing profil lawan. Sedangkan pada halaman list requst yang terpampang hanya nama, tanggal dan pilihan terima atau tidak tantangan pemain tersebut.

"Baiklah! Saya pilih yang ini saja!" sahut Langit menerima salah satu tantangan pemain. Tantangan tersebut akan dihelat pada tanggal tepat esok hari pukul 11 malam tepatnya di Lapangan Menteng.

"Siapa yang kamu tantang Lang?" tanya Mey sembari mengintip layar PC.

"Tidak tahu," sambil mengangkat kedua bahu Langit lalu beranjak meninggalkan Pak Jenggot dan Mey.

"Eh? Langit!!! Lihat dulu kenapa sih!!! Nanti jika lawanmu itu Buto Ijo bagaimana?" tanya Mey dengan wajah merah semerah apel malang.

"Tidak ada yang namanya Buto Ijo Mey, paling tidak yang kulawan seseram topeng Reog," timpal Langit dengan tawa terkekeh mendekati pintu keluar.

"LANGIIIIT, kalau kamu kalah aku hajar ya kau!!!"

Tak memperhatikan pertengkaran bocah Mey dan Langit, Pak Jenggot lebih tertarik menganalisa siapa lawan yang akan dihadapi Sky besok. Pria tua itu langsung mengerutkan kening seolah menyadari sesuatu. Entah itu benar atau tidak namun orang yang menantang Sky kali ini berada pada peringkat 244, mencurigakan bila ada orang yang berada pada peringkat atas menantang pemain peringkat bawah. Hanya muncul kemungkinan-kemungkinan yang mesti dibuktikan tanpa adanya fakta yang muncul setelah spekulasi itu bermunculan.

"Ini orang yang akan dilawan Langit besok?" tanya Mey.

"Iya Mey pemain ini memiliki peringkat 244. Ayah cukup curiga kenapa..." penjelasan Pak Jenggot terus berlanjut tanpa ada sahutan dari sang anak karena Mey sendiri tenggelam dengan pikirannya sendiri.

"Sepertinya Mey pernah lihat orang ini. Tapi dimana ya?" gumam Mey memandang foto profil pemain tersebut. Sepertinya ia sempat akrab dengan orang yang ada pada foto tersebut. Namun memori dan informasi yang diperoleh tak dipatuhi oleh otak gadis tomboy yang kini berisi kebingungan. "Apa aku pernah bertemu dengan orang ini...?"

Bersambung

Jangan lupa vote dan komentarnya ya kawan...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top