Bab 6 - Hitungan


Pukulan pertama diarahkan oleh Emelhem langsung pada wajah Sky, dilanjutkan dengan pukulan berikutnya. Seluruh pukulan tersebut hanya dihindari Sky yang kemudian menjauh beberapa kaki kebelakang sambil melemaskan kepalan tangannya. Nafas Emelhem mulai tersengal karena cepatnya lontaran pukulan yang ia beri ke wajah Sky.

"Heh, hebat juga kau," kata Emelhem sambil mengeluarkan seringai. "Tapi jangan harap bisa menghindar dari yang satu ini!!" tangan kanan Emelhem mulai melakukan pukulan beruntun yang semuanya ditangkis dengan kedua lengan Sky. Beberapa detik kemudian lengan kiri Emelhem melakukan pukulan melengkung kearah wajah Sky. Pemuda berpakaian serba hitam itu refleks menunduk menghindar. Ketika itu pula kaki pria bercat putih itu melakukan tendangan dengan lutut kanan, namun Sky dengan mudah menahan tendangan dengan lengannya dan mundur kembali.

Dalam beberapa detik, Sky memanfaatkan waktu untuk kembali memperhatikan lawan dihadapannya. Ia perhatikan seluruh tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki, ketika itu terpikir untuk menguji seberapa kecepatan dan ketangguhan serangan kaki dari Emelhem. Memang baru saja mendapat satu kali serang namun ini masih belum menyempurnakan analisa dari seluruh lawannya hingga 100%.

Cukup kuat, namun aku harus tahu kecepatan dan kekuatan orang ini. Aku harus bersabar, gumam Sky. Sambil memperbaiki posisi kuda-kudanya, Sky mengacungkan telapak tangan kanannya dan melambaikan tangannya seperti isyarat menantang lawannya untuk maju.

Merasa terprovokasi, mata Emelhem mendadak mengkerut. "KURANG AJAR KAU!!"

***

"Ayah! Langit bisa kalah jika tidak menyerang terus!"

"........," ayahnya tak menjawab apa-apa sejak pertarungan Sky melawan Emelhem dimulai. Matanya tak lepas dari layar PC. Melihat hal itu, Mey menjadi geram dan beralih mengguncang kursi Pak Jenggot.

BRRUUUAKKK!!!

"Eh Mey?!" terkejut hingga tangan kanan yang menopang dagu pak Jenggot jatuh.

"Ayah ini bagaimana? Langit sedang terdesak seperti itu yah!" teriak Mey sambil menunjuk layar ke arah pemain yang dari awal belum melakukan serangan apapun. "Bagaimana bila Langit kalah? Atau malah Langit jadinya...? Aaaah ayah!!!!" gadis itu sudah kalang kabut tidak tahu harus apa sambil menutup wajah tak tahan melihat Langit di layar kaca.

"Nak!" sahut ayahnya sambil memegangi tangan Mey. Sekejap Mey berhenti berkata-kata dan menatap serius pada wajah sang ayah.

"Kamu jangan khawatir, coba perhatikan pertandingan kali ini dengan saksama," sambil Pak Jenggot arahkan kembali matanya untuk fokus menyaksikan jalannya pertarungan. "Ayah percaya pemuda seperti dia lebih kuat dari kelihatannya."

Mey kembali memandang tanyangan pertandingan KoRF yang disiarkan secara langsung. Matanya campur aduk antara rasa khawatir dengan harapan menatap pemuda dengan inisial Sky saat ini. Genggaman tangannya sangat kuat ia letakkan di depan dadanya. Seolah-olah ruang bawah tanah menjadi sangat panas, padahal temperatur saat itu cukup dingin sekitar 25 derajat dan seharusnya cukup dingin bagi kota Jakarta tiada hari tanpa keringat bercucuran bagi penduduknya, namun Mey sudah mengucurkan keringat deras melihat pertandingan seru antara Sky melawan Emelhem.

Semoga ia dapat memenangkan pertandingan pertamanya!

***

Emelhem yang sedari tadi semangat melakukan serangan ke arah Sky kini tempo pukulan dan tendangannya mulai tidak seintens sebelumnya. Bahkan Emelhem kini lebih terlihat kelelahan dengan memegangi kedua lututnya. Sedangkan pria diujung sana yang suaranya tak terdengar sama sekali itu masih tetap bertahan dengan kuda-kuda siap tempur.

"Heh! Daritadi kulihat kau masih siap kupukuli HAH!!!" senyum bengis menghiasi teriakan teriakan Emelhem. Namun Sky hanya diam tanpa suara sama sekali. "Hi hi, HAHAHA!" tawanya kembali meledak hingga kedua tangan Emelhem direntang. "MENARIK! RASAKAN INI!" kembali Emelhem berlari menerjang Sky.

Kembali dimulai pukulan-pukulan beruntun dari tangan kanan Emelhem yang mengarah ke perut Sky dengan kecepatan yang konsisten namun akurat sedangkan tangan kiri Emelhem tetap terkepal kuat seperti tengah mengumpulkan kekuatan untuk memukul telak pada Sky. Sky sendiri tetap pada posisi bertahan sambil sedikit demi sedikit mundur untuk meredam dampak serangan lawannya. Lutut kaki kiri dan kanan Emelhem juga mulai menendang bergantian dengan terus menjaga jarak agar dirinya dengan pria serba bisu ini tetap pada jarak dekat dan Sky tak diberi kesempatan untuk mundur lebih jauh beberapa kaki seperti sebelumnya. Dengan cepat Sky meloncat kebelakang, namun Emelhem juga ikut menerjang sambil menendang dengan lurus dengan telapak kaki berlapis sepatu boot tentara lurus menuju perut Sky.

Dengan sigap Sky segera menangkap tendangan tersebut, lalu menariknya dengan sekuat tenaga hingga Emelhem kehilangan keseimbangan dan segera dirinya melontarkan pukulan tepat di pipi kanan lawannya sampai terjatuh. Sekejap Emelhem bangkit setelah menyadari serangan Sky yang cepat namun telak.

Hebat juga ini anak baru, gumam Emelhem sambil memasang kembali kuda-kuda. Kini senyum beringasnya menghilang berganti raut wajah beringas. Sekali lagi pria dengan kaos tanpa lengan berwarna putih ini meloncat ke arah Sky sembari melontarkan tinjunya. Namun segera Sky kembali beraksi dengan tangkas menarik tangan Emelhem dan kemudian menabrakkan bahunya ke arah perut dan dada Emelhem. Tidak berhenti sampai situ, Sky tidak melepaskan cengkraman tangannya melainkan menarik kembali lengan Emelhem dan menendang kaki Emelhem hingga tubuh lawannya terjungkal jatuh. Saat itu pula Sky melakukan tinju kearah wajah pria yang sudah terkapar di lantai.

Namun segera dihentikannya tinju tersebut tepat kurang lebih 5 cm dari muka Emelhem. Sedangkan lawannya sendiri sudah menutup mata takut akan serangan yang dilancarkan Sky. Emelhem sedikit demi sedikit mulai membuka matanya dan mendadak membelalak melihat apa yang dilakukan Sky.

"Apa-apaan ini HAH?!" sambil Emelhem mengalihkan kepalan tangan lawannya dan membalas tinju ke arah Sky namun segera pria berkacamata hitam itu mundur kembali. Emelhem bangkit kembali dan memasang kuda-kuda sambil berteriak, "ayo lebih serius lagi BOCAH INGUSAN!"

Namun sayang provokasi Emelhem berbuah serangan balik dari Sky. Diawali tinju beruntun mengarah pada wajah Emelhem yang segera ditahan dengan kedua tangan lawannya. Kemudian dengan cepat salah satu pukulan Sky diarahkan ke arah ulu hati dengan keras dan telak. Emelhem langsung bungkuk akibat dampak pukulan Sky, lalu serangan dilanjut dengan pukulan siku dari Sky hingga Emelhem terjatuh di lantai gedung. Setelah itu Sky menjauh beberapa langkah dari lawannya.

Gila! Pukulan apa yang bisa membuatku terjatuh seperti ini? Kuat, namun telak. Emelhem bangkit kembali sambil memegangi ulu hatinya yang masih sakit. Melihat lawannya yang masih dalam kondisi prima, pria berusia kisaran 35 tahun dengan raut wajah sangat tua ini mulai kembali mengeluarkan seringainya yang mengerikan dan segera berlari menuju Sky.

Sekali lagi pukulan beruntun dari tangan kanan Emelhem dilancarkan yang kini diarahkan ke arah perut Sky bagian kiri, namun segera pukulan itu di tahan dengan lengan kiri Sky. Ketika itu pukulan dari lengan kiri Emelhem meluncur menuju pelipis Sky dengan tenaga besar lalu segera ditahan pula dengan lengan kanan Sky. Namun dengan cepat tangan kanan pria muda yang tak bersuara sedari tadi ini segera menahan pukulan Emelhem dan mencengkramnya. Belum ada satu detik lengan bagian dalam dekat ketiak Emelhem dipukul dengan keras. Dari dampak pukulan itu pertahanan pemain bertampang sangar itu langsung terbuka lebar dan Sky segera memukul berutun pada dada dan diakhiri dengan pukulan pada wajah Emelhem dan tendangan berputar tepat pada pelipis hingga Emelhem tersungkur di lantai arena.

Tanpa membuang waktu untuk mengeluh sakit yang diderita, Emelhem segera bangkit dan memasang kembali kuda-kudanya. Kini giliran Sky yang maju menerjang Emelhem. Berbeda dengan kondisi Sky yang ketika dihajar Emelhem semua dapat ditangkis dengan mudah, pria dengan celana army ini malah seperti kewalahan menahan semua tendangan dan pukulan yang ia terima dari pemuda yang di awal ia ejek dengan sebutan underdog. Semua serangan Sky berakhir dengan kuncian kedua tangan Emelhem dilanjutkan tendangan salto mengenai dagunya yang membuat Emelhem segera terpental kebelakang.

"S-S-S-S-SI-SIAAAL!!!" teriak Emelhem sambil perlahan bangkit kembali memegangi kepalanya. Matanya masih berkunang-kunang mencari posisi lawannya yang berjarak beberapa langkah dihadapannya. Bola matanya seakan ingin keluar melihat lawan tarungnya yaitu Sky masih berdiri tegak sama seperti diawal pertarungan. Masih sehat bugar tanpa ada luka fatal. Nafas Emelhem mulai tersengal-sengal, tapi jika ia menyerah sekarang maka pemenangnya adalah Sky dan otomatis seluruh pemain KoRF akan mempermalukannya. Malam yang seharusnya menjadi panggung kenikmatan untuk menyiksa anak baru berbalik menjadi bulan-bulanan bagi pemain senior. Dikumpulkannya tekad dan tenaga Emelhem untuk maju menyerang anak muda ingusan diseberang sana. Ancang-ancang tangan dan kaki serta rencana serangan berikutnya telah siap, tinggal meledakkan energi di kakinya untuk menerjang Sky tepat dihadapannya.

NGIIIIIIING!!!

Kembali suara dengung itu mengganggu kepala Sky bersamaan dengan lintas bayangan masa lalu muncul diotaknya. Sky hanya bisa memegangi kening untuk menahan sakit tersebut. Sebuah imaji pria yang telah babak belur dihadapannya tengah menatap dengan penuh kebencian. Apa ini? Kapan dan kenapa hal itu bisa terjadi? Sky hanya bertanya dalam hati tentang memori yang mendadak muncul.

Derap suara boot muncul, Emelhem kembali menyerang Sky dengan pukulan-pukulan berutun yang kini tidak dari satu tangannya saja melainkan kedua tangannya yang segera menghantam tubuh Sky. Tak hanya tangan, kedua kaki Emelhem terlihat lebih aktif. Seperti yang diprediksikan, Sky sangat mudah menahan semua bentuk pukulan maupun tendangan Emelhem. Semua ditangkis baik itu dengan tangan, lutut, kaki, maupun siku untuk menahan serangan.

Mata tersebut kini lebih tajam dan seringai serta senyum kejam itu muncul pada raut wajah Emelhem. Sekejap dalam beberapa detik tersebut ia mengambil momen untuk mengambil sebuah benda yang tersimpan pada kantong kanan celana army, dan segera benda tersebut di arahkan langsung pada wajah Sky. Tahu akan ada ancaman, Sky dengan sigap mengunci pergerakan kedua tangan Emelhem

BZZZZTTT BZZZZT BZZZZT

Tak disangka suara itu berasal dari kotak hitam kecil seukuran genggaman tangan yang tadi hampir mengenai wajah Sky. Suara Stun gun dengan lidah listrik yang menari-nari diujungnya. Sekejap Sky terkejut sambil matanya memandang stun gun ditangan tersebut hampir mengenai tubuhnya.

"Haha, kau takut kan bocah? Mau om strum dengan mainan baru ini?" sahut Emelhem dengan senyum yang mengerikan.

Segera Emelhem membalik posisi stun gun teracung kebawah hingga ujung dari senjata tersebut mengenai pergelangan tangan kiri Sky.

"AAARGH!!" teriak Sky sambil langsung menarik kedua tangannya.

"Kenapa? Takut sama mainanku? HAH? BOCAH!!!" teriak Emelhem sambil menghampiri Sky yang masih memegangi tangan kirinya yang masih shock. Beberapa serangan dilancarkan langsung kepada Sky, sedangkan Sky sendiri hanya bisa mengelak karena yang ia hadapi adalah senjata yang dapat melumpuhkan lawan dengan instan.

Setelah berkelut beberapa detik menghadapi terjangan stun gun, Sky tak menyadari tangan kanannya telah dicengkram mangsa dengan senyum bengis. Dengan segera senjata dengan voltase tinggi itu mulai diarahkan pada lengan Sky. Tak berhenti sampai situ, Emelhem juga mengambil kesempatan untuk menyerang tubuh Sky dengan kotak hitam mungil mematikan itu.

"AAARRGHHH!!!"

"Kenapa hah? Sakit?" senyum Emelhem semakin menakutkan bagai malaikat maut menelan kematian. "RASAKAN INI!!"

Teriakan itu terus membahana hingga penjuru lantai gedung. Sky hanya bisa meregang nyawa tak bisa menahan sakit yang ia derita dari sengatan listrik stun gun Emelhem. Beberapa detik kemudian senjata tersebut dijauhkan dari tubuh Sky dan perlahan-lahan tubuhnya tergeletak di lantai arena. Pingsan tanpa ada suara dan yang tersisa hanya senyum kemenangan Emelhem.

"Sky, pemain baru kita dari peringkat 500," kata juri yang hanya memunculkan suara tanpa tahu dimana wujud dan bagaimana rupanya, "telah memasuki kondisi pingsan. Bila pemain tidak bangun sampai hitungan ke 10 maka Emelhem akan menjadi juara." Mendengar hal itu, Emelhem kembali tersenyum lebar tanda dewi kemenangan sudah di depan mata.

"Mari kita hitung sama-sama! 1...! 2...! 3...! 4...! ..."

***

"AYAH!!? Bagaimana dengan Sky ayah!?" kata Mey dengan gelisah sambil mengguncangkan kursi duduk Pak Jenggot yang matanya masih terpaku pada layar PC. Namun sang ayah hanya diam tanpa reaksi.

"AYAH!!! Jawab Mey!!!" tanpa sadar cairan hangat meleleh di wajah Mey tak tahan dengan kondisi Langit yang pingsan di tengah pertandingan pertamanya. Muak dengan perlakuan ayahnya yang tidak bergeming itu, Mey beranjak lari menjauh.

"Mau kemana kamu Mey?" tanya sang ayah yang akhirnya membuyarkan niat Mey menyusul Langit. Tanpa menjawab apa-apa ia mencoba menoleh kepada arah suara Pak Jenggot berasal. Dan benar saja, sang ayah tetap terpaku menatap layar kaca. "Tetaplah disini dan kita tonton pertandingan Langit sampai selesai." Nada beliau sangat tenang seolah tidak ada masalah dari apa yang ia saksikan saat ini.

Kini Mey hanya bisa terdiam dan mengikuti apa yang Pak Jenggot katakan.

Apa yang ayah maksud? Kenapa ia bisa setenang itu?

***

"Ayo bangun! BANGUN KAU S! S!"

Matanya terbuka, namun sebuah pemandangan yang tak asing kini muncul dihadapannya. Langit mencoba bangkit dan yang ia lihat sekarang bukan Emelhem melainkan seorang pria dengan seragam biru celana panjang hitam seperti seorang petugas keamanan yang tengah memegang tali cambuk. Tempat yang Langit kini pijak bukan arena KoRF, hampir serupa dengan ruang bawah tanah asramah sekolah tempat ia berlatih namun ada suasana yang berbeda. Saat ia telah berdiri sempurna, tiba-tiba dua orang dengan penampilan serupa memegangi kedua lengannya hingga Langit tak kuasa bergerak.

CTAASSSHHHHHHH!!!! CTAAAAASH!!! CTAAASH!!!! Suara cambuk yang dilayangkan petugas tersebut mendarat di tubuh Langit begitu keras. Saking kuatnya suara itu hingga menggema keseluruh penjuru ruang.

"Aaargh!!!!" teriak Langit yang kini hanya bisa terduduk sambil menahan sakit. "Apa salah saya PAK??!!!" Namun percuma, suara Langit tak didengar malah di beri cambukan yang lebih keras.

"Ayo bangun S! BANGUN S!! Latihanmu di neraka masih belum selesai S!!" terdengar suara sayup-sayup yang memanggil nama seseorang namun Langit masih belum tahu siapa orang yang dimaksud.

CTAAAAASH!!! CTAAASH!!!! Serangan cambuk itu masih terus menghantam seluruh tubuh Langit yang hanya berbalut kaos dan celana panjang hijau. Hampir semua bagian tubuh kecuali kepalanya terasa sangat perih. Ingin sekali dirinya duduk sebentar untuk menghilangkan rasa sakit dan lelah yang ia alami. Entah sudah berapa puluh pukulan yang ia terima.

"S? Siapa itu S?" tanya dalam hati Langit. Kini ia hanya bisa bertahan dari pukulan bertubi-tubi dari orang yang sama sekali ia tak kenali. Hingga sekali lagi ia jatuh diatas matras arena.

"Bangun S! BANGUN!!! Segini saja ketahananmu HAH?!" teriak pria yang terus memukulinya meski Langit sudah tidak berdaya dan tak bisa bengun kembali.

"S? Kau panggil siapa?" Langit terus bertanya dan bertanya, namun panggilan itu seolah familiar dengan dirinya.

"S!" tiba-tiba saja muncul suara entah darimana.

"Hah? Siapa? Siapa yang memanggil itu?" Langit merasa orang baru saja berteriak adalah orang yang ia kenali, namun tetap saja dalam memorinya tak muncul siapa namanya.

"Bangun S!! Kauharus tetap hidup S! HIDUP!"

***

Mata itu terbuka seakan nyawanya yang sedari tadi hilang mendadak masuk kembali. Tubuh yang awalnya berat karena menahan sakit, kini seolah energi baru merasuk pada diri Sky hingga kekuatannya kembali mengalir bersama dengan perasaan yang timbul setelah mimpi itu muncul.

"7...! 8...! Aaaah ternyata pemain Sky bangkit kembali saudara-saudara!!!" teriak juri setelah Sky kembali berdiri. Emelhem yang sudah menyiapkan senyum kemenangan berbalik dan menatap Sky dengan tidak percaya. Sky berdiri tepat membelakangi Emelhem

Apa? Bagaimana mungkin...? mata Emelhem terbelalak lawan dihadapannya masih mampu bertarung. "Padahal orang biasa tidak akan mampu menahan sengatan listrik dari stun gun, tapi dia? Kenapa bocah ingusan ini masih berdiri?" Gigi-gigi Emelhem mulai beradu memunculkan seringai tanda kekesalan.

"AAAARGH!!! Mati kau BOCAH!!!" teriak Emelhem sambil berlari menerjang dengan stun gun yang teracung mengancam lawannya. Seakan suara Emelhem tak terdengar, Sky hanya berdiri mematung padahal teriakan orang yang bernafsu menang sedari tadi itu sudah menggema seantero gedung apartemen bekas. Entah siapa yang akan mendengarnya, mungkin hantu penghuni sana juga tak ingin berlama-lama mendengar teriakan orang yang sudah menghabiskan waktu lama namun tak kuncjung memenangkan pertandingan.

Tanpa ragu, Emelhem menyerang punggung Sky dengan stun gun. "Haha!! Sebaiknya kau menyerah saja nak!" Seru Emelhem, sensasi kemenangan seakan sudah di depan mata. Lawannya memang sempat mengalami kejang akibat sengatan listrik, namun tawa Emelhem perlahan memudar ketika lawannya tak kunjung jatuh setelah mengalami sengatan listrik yang cukup lama. Kini wajah Emelhem hanya terpancar rasa keheranan.

Kini hawa pertarungan seakan berbalik menyeramkan bagi Emelhem. Tiba-tiba Sky yang sedari tadi terdiam segera menengok kebelakang menatap lawannya. Di balik kacamata hitam itu tersimpan sepasang mata petarung yang telah berapi-api sejak ia terbangun.

Hidup? Ya! Aku masih harus menyelesaikan permainan. Maka dari itu aku tidak boleh kalah bahkan mati sekalipun disini! hati Sky kini membara siap bertempur dengan penuh semangat. Segera ia membalikkan tubuhnya menghadap langsung pada lawannya. Ngomong-ngomong siapa itu S?

Pertarungan baru dimulai. Emelhem masih berusaha menyengat tubuh Sky dengan stun gun namun hasilnya nihil seakan tubuh pemain dihadapannya ini sudah kebal listrik. Saat Emelhem mencoba kembali mengarahkan senjatanya itu, Sky dengan sigap segera menangkap pergelangan tangan lawan.

Tak tinggal diam, Emelhem yang masih menyisakan satu tangan kiri segera digunakan untuk meninju perut Sky secara beruntun. Namun kali ini pemuda berpakaian serba hitam ini tidak sedikitpun menangkis atau membalas. Sebaliknya Sky hanya mengencangkan cengkraman tangannya hingga Emelhem merasa kesakitan dan melepaskan stun gun miliknya.

Kini pertarungan kembali dengan tangan kosong. Keduanya memasang kuda-kuda bersiap menerjang lawannya. Emelhem memulai serangan dengan tinju beruntun dari kedua tangannya. Berbeda dengan di awal pertarungan, Sky yang sekarang tidak hanya sekedar bertahan namun ia juga menangkis dan beradu tinju dengan tangan, tapak tangan bahkan siku. Hampir semua serangan Emelhem beradu pukulan dengan Sky.

Hingga beberapa detik Emelhem mengendurkan serangan. Melihat itu Sky mengambil kesempatan membalas dimulai dengan menangkis semua tinju Emelhem hingga kedua tinjunya terentang. Disaat itu sang lawan tak akan sempat membentuk pertahanan, Sky segera melancarkan pukulan beruntun ke arah dada dan perut bahkan wajahnya hingga beberapa sisi muka Emelhem berbekas lebam. Lalu satu pukulan keras berbentuk tapak cakar diarahkan tepat di depan dada hingga Emelhem mendadak muntah darah.

Emelhem yang terluka mundur beberapa langkah sambil memegangi dadanya yang perih. Namun Sky tidak tinggal diam dan segera meluncur ke hadapan Emelhem. Tak bisa berkutik dan pasrah ingin menyerang seperti apa, Emelhem hanya bisa menyerang membabi buta pada Sky. Tendangan dan pukulannya sudah tidak terarah dengan jelas seolah lawannya kini adalah angin bukan Sky. Segera dengan tangkas Sky menangkap tangan kanan Emelhem dan memutar tubuh Emelhem hingga keseimbangan tubuhnya berkurang, lalu dengan cepat Sky menarik tangan Emelhem hingga tubuhnya tepat dibelakang punggung Sky dan segera dibantingnya Emelhem hingga terjatuh pada lantai arena. Tak berhenti sampai situ saja, lengan Emelhem masih belum terlepas dari cengkraman tangan Sky kemudian ditarik hingga tubuh Emelhem yang awalnya terlentang di atas lantai kini berputar hingga membentuk telungkup. Tanpa membuang waktu, Sky segera meloncat dan menindih dengan lutut pada bagian tulang selangka antara bahu kanan dan punggung Emelhem hingga terdengar beberapa retakan suara tulang.

"AAAAARGH!!!" teriak Emelhem. Teriakan itu menjadi yang terakhir bergema di arena pertarungan karena Sky segera mengakhiri pertarungan dengan memukul kepala Emelhem tepat pada keningnya dengan siku hingga batok kepala Emelhem juga membentur lantai apartemen. Kini mata yang sedari tadi memancarkan aura kebencian itu kini perlahan menutup kehilangan kesadaran.

"Emelhem terjatuh! Mari kita hitung bersama-sama! 1..! 2..! 3..! 4..," suara juri mulai menggema kembali. Sky kini hanya bisa berdiri menatap lawannya. Jantung Sky masih berdetak kencang akibat banyaknya kekuatan yang ia keluarkan dalam pertarungan debutnya. Padahal saat itu udara kota Jakarta masih cukup sejuk, namun keringat Sky sudah membasahi seluruh pakaiannya.

"9..! 10..! Pemenangnya adalah SKY!!! Selamat!! Pemain Sky berhasil naik ke peringkat 300 menggeser peringkat Emelhem!! Hadiah yang telah diperoleh pemenang kita hari ini adalah uang sebanyak 200 JUTA RUPIAH!!!" Suara juri memberi selamat disertai dengan alunan nada kemenangan menyambut juara pertarungan saat itu.

Aku menang? Ya! Aku menang!" jawab Sky dalam hati. "Aku harus terus menang dan selamatkan sekolah dengan cara ini! sambungnya sambil mengepalkan tangannya dengan kuat hingga teracung keangkasa.

***

"Yeeah Langit menang!!!" teriak Mey sambil loncat kegirangan.

"Siapa yang tadi sempat khawatir setengah mati ya?" tanya sang ayah menggoda putri cantiknya sambil tersenyum namun matanya tetap menatap layar komputer. Mey yang mendengar itu langsung terdiam salah tingkah dan segera merapikan lagi wajahnya agar terlihat normal.

"Ah ayah ini! Aku biasa saja koq!" sambil Mey palingkan wajahnya. "Ayah, dengan ini Langit akan mendapat uang banyak dan sekolah pasti bisa diselamatkan ya?" namun Pak Jenggot tak menjawab sama sekali dan malah melipat kedua tangannya di depan dada beliau.

"Hmph! Tidak dijawab lagi!" kata Mey dengan ketus namun tetap saja orang tua yang masih dengan tenang menonton komputer dihadapannya.

***

Sky segera kembali turun ke lantai dasar apartemen dan menaiki kendaraan roda duanya. Sebelum itu ia sempat menengok ke segela penjuru arah melihat situasi sekitar bangunan tua yang tak terpakai itu.

Tak ada siapa-siapa. Mungkin hanya perasaanku saja, gumam Sky. Setelah itu ia lirik jam digital yang terpampang pada kacamatanya kemudian segera ia hidupkan mesin sepeda motor dan melajukannya.

Selang beberapa detik muncul sekelabat bayangan seseorang muncul dari balik salah satu bangunan apartemen. "Tidak disangka kita bisa bertemu lagi. Memang benar pepatah dunia itu tak sesempit daun kelor. Tak sabar menunggu hari pertarungan kita."

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top