Bab 28 - Serpihan Potongan... (Part 2)

"Seperti de ja vu ya Pak." Langit hanya tersenyum menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya berusaha menenangkan dirinya.

"Iya Tuan, meski tempatnya berbeda saat ini," jawab Pak Jenggot datar menatap pemandangan dari loteng rumah sakit. "Sepertinya memang takdir selalu mempertemukan kita dalam kondisi yang tak menyenangkan ya Tuan."

Langit tak menanggapi dan memilih memilih menutup mata. Ia paham cepat atau lambat memorinya akan kembali baik itu dengan sendirinya maupun orang lain, dan kali ini ia harus siap mendengarkan segalanya dari orang tua walinya itu. Dalam hati Langit, kalimat terakhir Pak Jenggot mengindikasi kalau dirinya dan pria tua di sampingnya itu pernah bertemu dimasa lalu dalam keadaan yang buruk.

"Sekarang saya akan menceritakan semuanya dari awal. Awal dari semua yang ingin anda tahu."

Tepat setelah kalimat itu diucapkan Pak Jenggot, Langit mengencangkan genggamannya pada pagar pembatas di loteng tersebut dan jantungnya berdetak lebih cepat. "Ya Pak, ceritakan semuanya."

Pak Jenggot mulai angkat bicara. "Tujuh belas tahun yang lalu..."

*** Pak Jenggot POV ***

Tujuh belas tahun yang lalu tepatnya tahun 2018, terjadi sebuah kasus hilangnya anak-anak kecil kisaran usia 7 hingga 10 tahun. Awalnya kejadian ini dianggap sebatas human trafficking biasa karena mereka yang menghilang hanya dari golongan anak-anak jalanan yang tak memiliki tempat tinggal dan identitas jelas. Namun seiring berjalannya waktu, korbannya mulai merambah pada mereka yang juga berasal dari keluarga normal bahkan kalangan elit pun juga menjadi target sasaran mereka.

Akhirnya negara mengambil langkah serius dalam mencari bahkan menangkap pelaku dari kasus penculikan ini. Berbagai media tak henti-hentinya mengabarkan berita serupa agar peristiwa ini segera berakhir. Pemerintah juga telah mengupayakan segala kekuatan untuk menuntaskan masalah ini. Mulai dari kepolisian, militer, bahkan bantuan dari luar negeri juga dikerahkan karena beredar isu kalau anak-anak yang menghilang itu di kirim ke luar negeri.

Sayangnya, mereka tak cukup bukti dan petunjuk untuk menangkap para pelaku penculikan tersebut. Pasalnya, para pelaku ini menangkap anak-anak tersebut secara random dan kondisi yang tak diketahui polanya oleh aparat. Bahkan saking minimnya petunjuk yang tertinggal, orang-orang ini dianggap sebagai penjahat professional.

Kejadian ini hanya berlangsung kurang lebih tiga bulan, dan selepas itu tak ada lagi kasus penculikan anak-anak. Segalanya seolah lenyap dari bumi. Aparat keamanan yang kurang petunjukpun menyerah. Hingga semua berakhir dengan ditutupnya kasus ini secara sepihak oleh pemerintah.

***

Semua anak-anak itu dikumpulkan dalam suatu tempat yang sifatnya rahasia. Sebuah tempat yang begitu asing di mata mereka. Penjaganya begitu keras hingga anak-anak itu tak mampu menahan tangis mereka menghadapi perlakukan seperti itu.

Kurang lebih berjumlah sepuluh ribu anak dikumpulkan dalam satu lapangan besar tertutup. Hingga satu ketika mereka berhadapan dengan sekelompok orang dewasa lengkap dengan seragam kebesaran masing-masing. Kemudian maju salah satu dari mereka menyampaikan pidato.

"Selamat datang! Saya ucapkan selamat pada kalian sebagai anak-anak terpilih. Karena nantinya kalian akan menjadi ujung tombak pengubah masa depan Indonesia. Kalian adalah anak-anak yang akan menjadi pahlawan dimasa depan." Kemudian pria paruh baya bertopi baret itu melanjutkan,"Disini kami akan membentuk kalian menjadi pahlawan sesungguhnya seperti yang selalu kalian impikan dalam film kartun yang selalu kalian saksikan di hari minggu pagi. Maka dari itu, sebagai penutup kami doakan semoga kalian semua selamat hingga akhir dan menjadi pahlawan sesungguhnya bagi negeri kita tercinta." Lalu lelaki itu mundur diiringi tepuk tangan dari bawahan dan pasukan yang mengawal anak-anak itu. Tanpa ada aba-aba, para penjaga berseragam khusus itu langsung menggiring para tawanan itu dengan begitu kasar, bahkan perlakuan mereka tidak sepantasnya mereka terima di usia sedini itu.

Identitas mereka di dunia nyata dilenyapkan dan digantikan dengan sebuah kode unik. Berawalan huruf 'Alpha' dari A hingga Z diikuti angka unik berurutan. Diantara mereka tak diizinkan sekalipun untuk menyebutkan nama mereka yang lama dan diwajibkan untuk selalu menggunakan identitas yang baru. Jika tidak, anak-anak yang melanggar akan diberi hukuman berupa siksaan baik itu pemukulan maupun kurungan hingga tak diberi makan.

Selama dua tahun pertama, orang-orang misterius itu memaksakan anak-anak itu melalui serangkaian uji coba biologis. Tak jarang dari mereka berteriak kesakitan yang begitu parah ketika zat kimia itu di suntikkan ke dalam tubuh mereka. Tak jarang dari mereka yang tak kuat langsung meninggal di tempat atau mengalami cacat fisik maupun mental.

Hingga suatu hari, ketika semua rumus dan data telah digunakan hingga yang terakhir. Andai percobaan tersebut gagal, seharusnya percobaan ini ditutup dan seisi tempat beserta para tawanan akan dihancurkan. Ternyata tidak, semua berubah menjadi sebuah mukjizat ditengah kemustahilan, seolah menjawab doa para ilmuwan dan petinggi yang telah bekerja keras mengucurkan semua jerih payah dan dana yang tak sedikit.

Satu orang anak laki-laki mengubah kondisi lab kala itu. Anak itu berbeda dari yang lainnya. Ketika ia dikeluarkan dari kamar tahanan, tak ada sama sekali jerit tangis yang terdengar. Yang ada hanya wajah dingin nan kelam. Begitu pula saat ia tiba dan naik ke atas ranjang operasi, ia tak menampakkan rasa takut sama sekali.

Pemimpin dari para ilmuwan itu, Ja'far yang langsung memimpin operasi itu sekaligus menandai akhir dari projek tersebut andai kali ini gagal. Setelah melakukan suntikan itu, sekilas anak laki-laki itu merasakan kesakitan luar biasa. Teriakan itu kembali membahana di dalam lab, namun tak lama kemudian anak itu perlahan mengecilkan nada teriakannya. Wajahnya yang tengah dilanda sakaratul maut hilang seketika dan kembali ke ekspresi wajahnya. Ternyata percobaan itu berhasil, semua tanda-tanda vital pada tubuhnya juga menampakkan gejala normal.

Serum terakhir yang menuai keberhasilan itu kami namai dengan kode 'Stark' dan jumlah tawanan yang selamat saat itu tersisa sekitar tiga ribu anak...

Serum itu berhasil meningkatkan kemampuan fisik seseorang hingga dua kali lipat dari manusia biasa. Tak hanya itu, intelejensi seseorang juga meningkat sehingga ia dapat merekam berbagai memori serta reflek dan kepintaran dalam berbagai kondisi.

Namun itulah awal dari mimpi buruk yang tak pernah kami harapkan.

***

Tahun 2020 pun tiba. Fase percobaan kini berganti menjadi fase pelatihan ala militer. Mereka yang telah mendapatkan serum tersebut dipaksa melakukan serangkaian pelatihan fisik serupa dengan tentara. Latihan yang mereka jalani tidak hanya pemakaian senjata, tapi juga penggunaan teknik beladiri dari berbagai belahan dunia. Silat? Kung fu? Wushu? Karate? Muaythai? Kendo? Judo? Gulat? Semua diajarkan disini.

Selain melakukan pelatihan, secara random anak-anak tersebut akan menghadapi latih tanding baik itu dari kelompoknya sendiri maupun dengan Alpha lainnya. Namun bila kita mengira latihan ini sebatas sparring biasa, itu salah besar. Lebih tepatnya menjadi ajang saling bunuh satu sama lain. Jika tidak bisa membuat lawannya pingsan atau hampir tewas, maka pasukan penjaga yang sebaliknya akan menghukum keduanya.

Mereka yang tak kuat dipaksa bahkan disiksa hingga mau mengikuti program tersebut. Jika memang tak mau, maka anak tersebut akan di kurung bersama para anjing ganas yang siap menyantap mereka. Hal itu bukan tanpa tujuan, tapi juga masih bagian dari tahap lanjutan penelitian dari serum Stark berdasarkan tingkat emosi seseorang.

Kami dapati perkembangan para tawanan itu luar biasa. Berkat dorongan mental yang mereka dapatkan, kekuatan dan kemampuan yang dihasilkan masing-masing personal naik 3 kali dari kondisi normal. Artinya, semakin tinggi dorongan emosi dan motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, serum dalam tubuh akan bereaksi lebih kuat serta meningkatkannya selangkah menuju manusia super.

Saat itu ada satu anak yang sangat unik diantara teman-temannya. Ia memiliki kebiasaan untuk memperhatikan kawan-kawan dari aliran beladiri yang berbeda. Entah itu karena iseng semata atau untuk memata-matai, namun yang jelas perkembangan anak itu dari segi fisik dan beladirinya begitu unik.

Ia tak terpengaruh dengan besar kecilnya tubuh lawan, yang pasti setiap kali latih tanding yang mempertaruhkan nyawa itu diadakan pasti hanya ia yang terakhir berdiri di arena. Seorang anak laki-laki yang tak pernah ada keraguan di wajahnya, sedangkan tangannya tak pernah sudi untuk terpercik darah sedikitpun, sehingga semua lawan-lawannya hanya mengalami luka-luka saja bahkan sampai pingsan saja. Dan di setiap akhir pertarungan, ia selalu menyisakan pukulan terakhir untuk tidak di berikan pada lawannya.

Anehnya jika anak-anak lainnya hanya memikirkan dirinya sendiri untuk semakin kuat, anak ini malah tak segan untuk membantu rekan yang ia anggap teman, walau ia tak pernah memunculkan senyum atau ekspresi lain di wajahnya.

Jika diingat-ingat, anak itu berasal dari Alpha kode S. Awalnya ia berada di angka 3 digit, namun perlahan peringkatnya terus naik seiring banyaknya kemenangan yang ia raih. Dengan tidak menetap peringkatnya, maka ia selalu dipanggil dengan panggilan S tanpa kode digit dibelakangnya untuk memudahkan kawan maupun lawannya meski kala itu ia belum sampai pada peringkat puncak.

Perlu diperhatikan bahwa siapa saja yang mencapai peringkat tertinggi, maka ia akan berada di puncak kode Alpha tersebut tanpa embel-embel angka digit yang mengikuti sekaligus menjadi pemimpin dari kelompok Alpha tersebut. Begitu pula anak itu, ia berhasil mencapai peringkat tertinggi pada Alpha S dan ia menggenapkan nama yang ia miliki tanpa pernah di rebut oleh satupun bawahannya.

***

2025, tepat 5 tahun telah ditempuh anak-anak yang kini beranjak remaja. Namun dibandingkan dengan remaja biasa di luar sana, mereka yang telah mendapati pelatihan bagai di neraka itu sudah jauh bisa disandingkan dengan pasukan elit luar negeri, bahkan bisa jadi lebih hebat.

Kini mereka terlahir menjadi pasukan elit dibalik bayang-bayang aparat negara, dengan kode nama 'Jack'. Mereka bukanlah tentara atau unit khusus milik kepolisian maupun militer, melainkan bayang-bayang mereka. Ketika kedua pasukan milik negara ini terdesak, maka di balik bayangan entah darimana akan muncul pasukan hantu yang akan membantu dan kembali menghilang tanpa jejak. Merekalah Jack, meski nama itu hanya diketahui oleh kami saja.

Pasukan ini terdiri dari 26 tim yang dipimpin para kapten dengan kode alphabet mulai dari A hingga Z. Di setiap operasi yang dikerjakan Jack, takkan pernah kalian temui keributan dalam aksi mereka. Itu berkat latihan beladiri tangan kosong yang telah ditempa selama bertahun-tahun hingga tak menyisakan satupun petunjuk di TKP.

Dengan adanya keberadaan pasukan Jack inilah hampir-hampir militer dari luar negeri kagum dengan perkembangan pasukan bersenjata Indonesia, bahkan sampai ada negara yang rela meminta pertolongan pada presiden untuk mengirimkan tentara bantuan untuk menyelesaikan konflik yang tengah terjadi di dalam negeri mereka.

Namun bukan berarti Indonesia menjadi negara yang damai seperti mimpi para pendahulu kita, sebaliknya kekacauan semakin banyak bermunculan...

*** Author POV ***

"Para pengedar itu berhasil melarikan diri!"

"Cepat kejar! Mereka tidak boleh sampai lolos dari perairan Indonesia atau kita akan kehilangan mereka!" seru nahkoda berpakaian polisi itu. Kejar mengejar di antara perairan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura terus berlangsung sengit. Pihak kepolisian kewalahan menyaingi kecepatan kapal pengangkut ikan yang terus menembaki mereka dengan senapan peluru tajam. Beberapa awak kapal sudah terluka parah menerima hujan peluru yang diarahkan pada mereka sehingga pihak aparat terus menghindari hingga memperlambat kecepatan, sedangkan kurir narkoba yang beranggotakan kurang lebih 10 orang itu terus saja tertawa karena posisi mereka yang sudah terlanjur diatas angin.

"Heh! Tembak ini aja! Pasti langsung hancur tuh para polisi," seru salah satu awak kapal menunjuk peluncur rudal yang tersimpan di balik peti kayu.

"Ide bagus!" preman berbaju singlet itu langsung mengambil dan membidik kapal pihak kepolisian. "TEMBAK!"

BOOOM!!!

Kapal itu segera hancur berkeping-keping tanpa ada lagi tanda-tanda kehidupan dari pihak pengejar. Para preman-pun bersorak gembira atas kemenangan mereka. Satu persatu dari awak kapal mulai larut dalam kebahagiaan dengan mengambil botol-botol arak oplosan yang telah disiapkan sebelum mereka melaut. Sebagian dari mereka juga sedang asyik menikmati barang haram itu untuk menambah gairah imajinasi menikmati indahnya laut di malam hari.

Tiba-tiba saja sebuah benda misterius jatuh di tengah-tengah kapal itu. Tak sampai satu detik, benda mencurigakan yang hanya sebesar genggaman tangan orang dewasa itu meledak dan memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan.

Panik, terkejut, kebingungan, itulah yang dirasakan para penumpang kapal pengangkut narkoba itu. Setelah mata mereka dapat terbuka lagi, segerombol orang berseragam lengkap telah menodongkan senjata senapan di depan mata mereka. Tak lagi berkutik, satu persatu penumpang kapal itu berlutut sambil mengangkat tangan mereka ke atas tanda menyerah.

Namun masih ada saja pelaku yang berusaha melarikan diri. Dengan celana penuh berisikan kantung-kantung narkoba, ia berusaha menceburkan diri. Aksi itu berhasil dicegah oleh salah satu pasukan yang menangkap bahu pelaku yang berusaha kabur. Alhasil kontak fisik tak bisa dihindari. Pelaku berusaha memukul petugas yang akan menangkapnya, dan saat satu tinjunya ditangkap langsung saja lengan pemuda itu diputar serta dibuat bertekuk lutut sehingga kedua tangannya dapat diborgol. Seluruh aksi ini berjalan tak lebih dari 1 menit.

"Lapor, seluruh awak kapal berhasil kita amankan, Kapten!" seru salah satu anak buah pasukan khusus itu.

"Baik, kurung dan tutup mata mereka."

Orang yang dipanggil Kapten itu segera menarik lengan anak buahnya. Kurang dari satu detik barulah sebuah peluru hampir saja mengenai tubuh anak buah pasukan tersebut dan sang kapten melempar balok kayu tepat mengenai kepala penembak barusan. Langsung saja pimpinan pasukan itu memerintahkan anak buah lainnya mengejar sisa pelaku tersebut.

"Terima kasih Kapten!" anak buah pasukan Jack itu melepaskan topeng yang menutupi kepalanya itu. Ternyata sosok wanita cantik mengibaskan rambut panjang coklatnya itu.

"Jangan lengah A-5. Kamu tahu bahwa siapapun yang berada dibawah komando saya tak boleh sampai kehilangan nyawa."

"Siap! Maaf atas kelemahan saya Kapten S!"

Dibukalah topeng yang menutupinya hingga terlihat wajah seorang pemuda berambut hitam dengan mata tajam. Kharisma seorang ketua terpancar hingga siapapun yang menatapnya tunduk segan, sehingga siapapun yang ada disekitar orang itu semakin meningkat pula rasa loyalitas kepada pria tersebut.

"Ingat semboyan tim S, berani berkorban, pulang dengan selamat! Ingat itu!"

"Siap!" seru seluruh pasukan Jack memberi hormat.

***

"Lapor, semua pelaku yang kabur berhasil kami tangkap. Silahkan kalian ambil mereka di titik pertemuan." S menutup komunikasi tanpa banyak basa-basi sedangkan anak buahnya sibuk membawa satu-persatu pelaku ke dalam gudang tua dermaga.

"Kreeek, ada musuh dari arah pintu masuk dermaga menyerang masuk. Jumlah mereka begitu banyak. Kami butuh pertolongan!"ujar seseorang yang tengah melapor dalam alat komunikasi pasukan Jack.

Ini pasti dari kepolisian, dan yang menyerang saat ini ingin mengambil kembali barang haram ini beserta anak buah mereka, gumam S. Tangan kanannya diangkat ke atas memanggil pasukan Jack dan dalam sekejap mereka sudah berada di hadapan berbaris memanjang ke samping.

"Lindungi tahanan dan barang bukti! Jangan sampai ada yang lolos ke tangan mereka. Lakukan formasi lingkaran dan siapkan tiga orang sniper di atas atap!"

"Siap!" pasukan tersebut langsung bergerak ke segala penjuru arah mengikuti instruksi yang diberikan Kapten S.

Serangan dimulai. Ledakan dari jauh telah terlihat jelas disertai teriakan gerombolan penjahat yang begitu antusias membantai kepolisian yang berusaha menahan mereka. AK-47, pistol, golok serta granat botol menjadi senjata utama.

Pasukan Jack juga memulai aksi mereka dengan menembaki sejumlah orang yang berusaha menembus garis pertahanan. Satu persatu preman jatuh berguguran, namun bukan berarti mereka lemah. Tiba-tiba saja dari belakang preman tersebut muncul tiga orang dengan wajah tertutup slayer merah maju menghindari tembakan pasukan Jack, bahkan dengan bermodalkan tangan kosong dan sebilah pisau berhasil melumpuhkan anak buah S. Gerakan yang mereka tunjukkan bukan berasal dari orang normal.

Melihat kondisi ini tidak bisa dibiarkan, S dan A-5 maju menghadang ketiga orang tersebut. Saat keduanya menodongkan senjata, dengan mudah senapan milik S dan A-5 dihempaskan.

Teknik ini? Hanya kami yang tahu! S langsung memutar pisau yang digenggam salah satu preman tersebut dan memukul dengan keras tepat di dada lawannya. Saat ada satu lagi preman yang akan menendangnya dari belakang, S hanya berlutut menghindari tanpa melirik sama sekali. Satu preman lainnya yang baru saja S pukul melakukan serangan balasan dengan tendangan sapuan yang diarahkan ke kaki S, namun tak berhasil melukai kapten tim tersebut.

Saat kedua preman itu memukul bersamaan, S hanya menahan dengan kedua tangannya. Lalu diputarnya hingga tangan kedua preman itu terlilit dengan tangan kawannya, dan diakhiri dengan satu pukulan siku memutar ke belakang pada lawan di sisi kiri sedangkan lawannya yang lainnya menerima tendangan memutar ke belakang dari S.

A-5 juga tak mau kalah. Adu pukul-pun terjadi dan satu serangan siku mendarat tepat pada dagu lawan wanita bertopeng itu. Ketika celah untuk mengakhiri serangan itu terlihat, langsung saja A-5 meloncat ada leher lawan dan bergalayut memutari tubuh preman itu seperti ulat membelit mangsanya hingga gaya berat tubuh lawan mulai mempengaruhi keseimbangannya hingga jatuh dengan tangan telah tertarik oleh A-5, dan diakhiri dengan satu tarikan kuat sehingga lengan preman itu patah. A-5 menarik pistol di pinggangnya dan mengakhiri perlawanan preman itu dengan menembak kepala lawannya.

Satu tendangan lutut S mengenai kepala preman yang ia hadapi hingga lawannya itu pingsan seketika, sedangkan yang lainnya menerjang dengan pisau terhunus ke belakang kepala pimpinan pasukan bertahan itu. Dengan mudah, S menundukkan kepalanya, lalu menyiku perut lawannya itu dan mencengkram kepala preman itu, dilanjutkan satu tarikan keras dan diakhiri pukulan uppercut. Sontak lawannya itu terpelanting ke angkasa dan jatuh telentang. Belum sempat preman itu membuka matanya, perut dan dadanya sudah kejatuhan satu tendangan keras untuk memantapkan S agar preman itu tak bisa bangkit kembali.

"Katakan siapa bos mu!" S mengangkat kepala preman itu dengan menyiapkan satu tinju terkepal.

"T-tid-ak ta-hu."

BRAAK!

Satu pukulan mendarat pada aspal keras di samping kepala preman itu. Keringat dingin mulai mengucur, sedangkan mata penjahat itu melebar bagai menghadapi maut.

"KATAKAN!"

"S, a-amp-un j-ja-ngan bu-nuh a-a-a-ku..."

Mendengar itu, S tak menyangka kalau preman ini menyebut kode namanya. Tak mungkin orang luar mengetahui kode rahasia nama yang ia sembunyikan sejak awal. Setiap operasi yang ia jalani, tak pernah sepatah katapun ia bocorkan kode nama miliknya maupun anggota timnya. Penasaran akan orang yang ada dihadapannya itu, S menarik masker yang dikenakan pria ini.

"Tidak mungkin! Kamu kan S-17 yang sudah mati terbunuh?!" mata S membelalak. Tak disangka kalau salah satu pasukan Jack yang juga anggota timnya menjadi penjahat.

"S!" panggil A-5 yang sudah berdiri di belakang pria itu. "Lapor! Orang yang menyerang kita barusan..."

"Adalah salah satu tim kita. Begitu yang ingin kamu katakan?" Belum sempat A-5 membuka mulut, ia juga tak percaya dengan apa yang ia lihat. Kapten S hanya bisa berdiri mematung begitu saja setelah mengatakan itu.

Tak peduli bagaimana kondisi anak buah yang lainnya meluluh lantakkan pasukan penerobos maupun ledakan yang memekakkan telinga disekitarnya, hati S begitu bergemuruh menolak dengan kenyataan di depannya. Namun itulah faktanya, salah satu anggota Jack membantu oknum kejahatan. Perlahan mata S menunjukkan gejolak amarah.

***

"Semakin lama kepolisian terlihat lebih lemah daripada kita."

"Ya iyalah, semua kejahatan yang ada saat ini berhasil ditumpas berkat adanya kita." Lelaki itu kembali menghisap cerutu yang ada di tangannya.

"Tapi bagaimana dengan SDM lapangan? Mereka masih bisa kita kendalikan bukan?"

"Oh tenang, hahaha! Mereka sudah kita sokong dana agar tetap menjalankan tugas mereka sehingga polisi tetap selalu bekerja dan meminta bantuan kita.

"Bagus!" pria itu langsung berdiri dan memadamkan sisa cerutu di tangannya dengan telapak tangannya sendiri. "Tetap jaga ritme ini! Kita harus menjaga kebaikan dan keburukan di negeri ini seimbang! Demi terbentuknya negara ideal yang kita cintai." Pidato itu ditutup dengan tepuk tangan empat orang lelaki tua di ruangan itu. Begitu gembiranya hingga semuanya hanyut dalam kenikmatan cerutu dan minuman berwarna kuning jernih itu dan saling mendentingkan gelas satu sama lain. Tawa bahagia terus menyelimuti ruang pertemuan itu.

Yang pasti dari empat orang itu, salah satu dari mereka adalah petinggi pasukan Jack.

***

"Bagaimana? Kamu sudah puas?" A-5 menatap S yang masih terdiam akan fakta yang baru saja ia lihat dari layar PC. "Ini adalah rekaman kamera pengawas yang baru saja ku bajak dari ruang pertemuan di pusat markas. Mereka memang selalu bertemu setiap hari Sabtu tengah malam."

Ruangan dengan penuh rak belanja itu menjadi saksi bisu dari kedua manusia yang ada disana. S dan A-5 mencari tempat yang aman untuk bersembunyi setelah operasi penangkapan bandar narkoba. Tanpa memberi kabar pada anggota timnya, S memerintahkan A-5 diam-diam meninggalkan tim setelah briefing akhir operasi dan anak buahnya diperintahkan untuk bubar.

Ruko bekas toko swalayan menjadi pilihan mereka berdua untuk bersembunyi sementara waktu. Tak ada yang menyangka jika bangunan tua dan rusak itu akan dijadikan tempat persembunyian. Dengan hanya bermodalkan komputer kasir, A-5 mengubahnya menjadi pc yang siap untuk membajak komunikasi markas. Ditemukanlah rekaman mencurigakan pada setiap hari yang sama.

"Maaf kalau anda terkejut dengan ini Kapten. Tapi memang sepertinya semua kasus kejahatan yang bermunculan saat ini memang merupakan rekayasa dari orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan tertentu dari hal ini." A-5 lalu memutar posisi tempat duduknya menatap ketua timnya itu, "jadi apa anda sudah puas dengan rekaman ini? Apa yang akan anda lakukan?"

"Sebenarnya," S mengeluarkan secarik potongan kertas perak bertuliskan dengan tinta darah dari kantung celananya, "sebelum operasi ini, aku menemukan kertas ini di balik seragamku." Lalu S menunjukkan tulisan yang terpampang pad kertas tersebut.

Jangan percaya siapapun

Kita dijebak

"Mungkinkah orang yang sama?" A-5 juga mengeluarkan kertas yang serupa dengan yang ditunjukkan oleh S. "Aku juga menemukan kertas ini."

S meraih kertas itu dari tangan A-5, dan kedua kertas itu ditulis dengan gaya serupa. Pastinya pesan misterius ini datang dari orang yang sama. Namun kenapa di waktu yang tepat dan hanya S dan A-5 saja yang menerima?

"Coba aku lihat kertas milikmu A-5." S kemudian membandingkan kedua kertas itu di tangannya. Sekilas ada bekas sobekan diantara kedua kertas itu, meski terlihat samar. S berinisiatif menghubungkan kedua kertas itu dan hasilnya benar, keduanya berasal dari satu kertas yang disobek.

Sejenak S membandingkan kedua kertas yang serupa di tangannya dengan yang dimiliki A-5. Setelah beberapa detik, ia menyadari di bawah pesan tersebut terdapat garis lurus. Pemuda itu lalu mengambil senter pada seragamnya. Setelah di sorotkan cahaya biru terang, barulah mereka temukan sebuah pesan rahasia yang ditulis dengan tinta khusus. Bertuliskan

0100011006001018

C1027

"A-5, sepertinya kita harus mengakhiri tugas ini selamanya."

"Apa maksud anda Kapten?"

"Kita akan menyerang markas. Aku tidak mau lagi mengotori tangan ini dengan darah orang-orang yang tak bersalah." Jawaban dingin itu mendiamkan keduanya hingga angin malam berhembus. Keputusan yang bulat dari seorang ketua tim dan itu adalah keputusan yang begitu berat namun ia harus mengakhirinya.

"A-5, kamu tidak perlu ikut. Sebaiknya kamu pergi dari sini dan hiduplah sebagaimana manusia normal. Biar aku yang mengakhiri semua ini."

"Tunggu!" sebelum S berbalik, A-5 menahan tangan pria itu. Matanya begitu tajam ketika S menatap wanita itu. "Anda sudah banyak sekali menolong ketika masa pelatihan kita di waktu kecil, dan sekarang sudah waktunya saya," A-5 berdiri dan menundukkan kepalanya seraya memeluk lengan S, "untuk membantu anda kali ini."

Dekap wanita itu begitu hangat, meski tidak begitu erat namun perasaan yang perempuan ini sampaikan terasa jujur dari dalam hatinya bahwa ia ingin membantu S. Perlahan angin malam kembali menerpa dan kedua pemuda ini hanyut dalam benak masing-masing.

"Anda tahu saat kita kecil kala pelatihan keras menempa kita? Saat itu ada anak laki-laki yang begitu baik menolongku dari hukuman," ujar A-5.

"Kamu tidak perlu terlalu formal." Kata-kata itu mengangkat kepala A-5 untuk kembali menatap S. "Panggil saja dengan sebutan S." A-5 menjawab dengan anggukan.

***

BRAAAK!!

Kedua tubuh pasukan khusus itu kembali menghantam pintu dan tak sadarkan diri, dan di depannya telah berdiri dua orang yang telah mengalahkan mereka. S dan A-5.

"S, kamu yakin kita sudah di jalan yang benar? Kita seharusnya melarikan diri bukan malah berjalan ke dalam markas. Kalau kita terlalu lama, nantinya bom yang telah kita tanam akan membunuh kita juga!" Mata A-5 masih tetap awas sambil memasang kuda-kuda.

"Kamu masih ingat pesan tadi? Sebelum kita lari sebaiknya kita bebaskan dan tanya padanya kenapa ada pengkhianat diantara pasukan dan petinggi Jack."

"Siapa yang kamu maksud S? Kita tidak punya banyak waktu!"

"Professor Ja'far. Dialah yang harus kita selamatkan sekarang!"

"Tapi dimana?" A-5 menurunkan kedua tangannya dari posisi kuda-kuda. "Kamu tidak lihat kita sedang dimana S? Jika memang benar Professor ditahan, maka seharusnya ia berada di ruang tahanan bawah tanah tempat prajurit yang bermasalah," seru A-5 dengan nada penuh emosi.

"Tenangkan emosimu A-5!" S menerawangi seisi ruangan yang barusan saja mereka masuki. "Tidak semua yang tergambar pada denah sebuah ruangan benar-benar bentuk akhir bangunan tersebut. Karena bisa jadi pemiliknya menyembunyikan celah-celah tertentu demi suatu tujuan. Contohnya," S menarik salah satu meja komputer hingga terlihatlah tembok polos dengan cat warna silver, "adalah ruangan ini."

A-5 tak menanggapi apa yang dikatakan S hingga temannya itu menendang tembok itu hingga sebuah lubang terbentuk. Cukup untuk orang dewasa masuk ke dalam pintu rahasia itu. Perempuan itu baru menyadari bahwa dirinya belum mengetahui keseluruhan markas ini.

Tak jauh dari dinding yand dihancurkan S, terlihat sebuah pintu dengan susunan tiang-tiang besi melingkar dengan di dalamnya terkurung pria tua tengah melingkarkan kedua tangannya pada lutut kakinya. Lelaki itu menaikkan kacamata dan menangkap imaji dua orang yang tengah mendekati ruang penjara itu.

"Professor Ja'far?" tanya S.

"Ternyata tidak salah saya menaruh pesan itu pada kalian berdua." Pria tua itu berdiri, "cepat kalian bebaskan saya agar kita bisa lari sebelum waktunya habis."

"Sabarlah orang tua! Kami sedang berusaha!" A-5 tersulut emosi karena dirinya tengah berusaha membuka pintu penjara dengan bermodalkan dua kawat besi.

"Apa maksud anda 'waktunya habis'?" tanya S.

"Sebenarnya sejak kedatangan kalian kemari barusan, saya langsung mengaktifkan sistem keamanan terakhir markas ini berupa bom waktu. Sekali diaktifkan, tidak bisa dihentikan!" Mata S dan A-5 melebar mendengar penjelasan Professor di depan mereka. Kini ancaman tak hanya datang dari bom yang mereka tanam sendiri, juga dari sistem keamanan markas pula.

"Kalau kalian ingin tanya alasan saya sebaiknya tidak sekarang. Ayo kita segera lari dari sini!" ujar Professor Ja'far setelah pintu penjara terbuka. Tanpa banyak tanya, S dan A-5 mengikuti pria tua itu berlari.

Satu demi satu koridor mereka lewati. Setiap ada pasukan yang menghadang, kedua pemuda itu segera melumpuhkannya meski itu adalah teman-teman seperjuangan sesama prajurit Jack. Tak jarang S dan A-5 menunjukkan kekompakan mereka dalam melakukan teknik beladiri. Meski keduanya hanya bermodalkan baton dan tangan kosong, namun tak menyurutkan kekuatan mereka untuk mengalahkan pasukan bersenjata sekalipun itu sekelas Jack.

Satu demi satu pintu keluar dicoba namun sayangnya terkunci oleh sistem sehingga mereka bertiga harus mencari pintu lainnya meski keadaan begitu mendesak. Sedangkan tak henti-hentinya derap kaki terus berkejaran mencari para buronan karena telah membebaskan tahanan yang statusnya rahasia. S yang paling banyak mengalami luka luar karena harus melindungi Professor Ja'far dan A-5. Hingga mereka sampai pada salah satu ruang laboratorium, S menghentikan langkah A-5 dan Professor.

"Kalian pikir bisa lolos dari sini?" seru seseorang dari balik pintu. Saat pintu besi itu terbuka, muncul serdadu Jack dipimpin dua orang Kapten dengan helm berwarna hijau dan merah gelap.

"Ya ya ya, ketua salah satu Jack berkhianat dan membebaskan tawanan. Dimana akal sehatmu Kapten?" seketika seorang Kapten yang mengatakan itu membuka helm hijaunya.

"C! Yang aku lakukan adalah mengakhiri rantai kerusakan pasukan kita!" S menaikkan nada suaranya.

"Ho? Yang namanya maling tetap saja maling. Kalau maling mengaku dirinya pencuri, maka negeri ini hanya akan di isi oleh para penjahat saja." Orang bernama C itu segera mengangkat tangannya dan memberi kode kepada pasukan untuk menyergap ketiga orang dihadapan mereka.

S dan A-5 maju memasang posisi siap tempur. Masing-masing pasukan penyergap menyimpan pistol mereka dan menggantinya dengan baton. Begitu pula dengan S dan A-5. Tak perlu waktu lama, sepuluh orang pasukan Jack tak sadarkan diri setelah bertarung kurang dari 1 menit.

"S, seharusnya kamu kembali dan ikut dengan kami. Lagipula apa yang bisa kau perbuat dengan melepas jabatanmu sebagai salah satu Kapten tim Jack diluar sana?" wajah pemuda bernama C memberi senyum sinis pada lawannya itu. "Bukankah kita adalah kawan semasa pelatihan? Seharusnya kamu memilih teman-teman seperjuanganmu ketimbang bersama orang tua yang telah menyiksa kita."

"Jangan pernah berkata kita kawan! Minggir atau kau akan bernasib sama dengan timmu C!"

"Hmm? Bwuahahaha! Berani kamu mengancam sesama Kapten? Lucu sekali ya jiwa keadilanmu S, hahaha."

Sebelum C melangkah, pria dengan helm merah gelap menghalangi dengan tangan kanannya. "Jangan, biar aku yang hadapi S." Pria itu segera menanggalkan helmnya. Terlihat wajah garang namun dingin menatap ketiga orang di depannya.

Mendadak mata S melebar menatap wajah pria itu. "Kamu juga bersama mereka? K!?"

"Mati kau S," suara dingin itu mendorong S memasang kuda-kudanya. Kali ini mata S begitu awas karena yang ia hadapi adalah Kapten, yang itu berarti sesama ketua tim tak bisa diremehkan kekuatannya.

"A-5, jaga Professor!" seru S yang kemudian melancarkan tiga tinju beruntun diakhiri satu cakar pada rahang K, namun berhasil dihindari dan dibalas satu pukulan keras. S saat itu membelit tangan K dan menahan kepalannya sehingga dampak pukulan berkurang ketika mendarat pada dada S. Satu tendangan salto S berhasil memisahkan keduanya dan memberi luka pertama pada K.

"Tak salah bila kau dijuluki jenius. Tapi tak lama lagi kau akan menjadi mayat!" K melanjutkan serangannya. Kini kecepatan dan kekuatan pria itu meningkat sehingga S semakin lama terpojok karena menahan semua serangan K.

Ketika satu tendangan lutut menghantam rusuk S, pemuda itu mundur akibat lukanya. Tak berhenti sampai situ saja, K memukul S berupa uppercut, namun dihindari begitu saja oleh S dan menarik lengan K hingga tubuh Kapten tersebut kehilangan keseimbangan. Satu tendangan berputar diarahkan pada dagu K membuat pria berwajah dingin itu jatuh.

Namun tak disangka, C menyerang dari belakang dengan baton menghantam kepala S, sehingga lelaki itu jatuh dengan kepala bersimbah darah. Ditatapnya C yang tengah tersenyum licik yang kemudian mendaratkan beberapa pukulan dari tongkat logam itu. Kerasnya senjata yang tengah dipegang C mendesak S susah payah menahan serangan sesama Kapten itu. Satu pukulan mengenai paha S sehingga menciptakan celah untuk C memberi tendangan pada perut lawannya itu.

Mata C menangkap objek yang menurutnya pas untuk mengakhiri pertarungan ini. Ia angkat tubuh S hingga lawannya berdiri, lalu C menarik lawannya itu hingga membelakangi satu objek yang menurutnya pas untuk memenangkan pertarungan ini.

"Selamat tinggal, anak pintar," C memukul perut S hingga terpental masuk ke dalam kapsul yang tengah terbuka disusul satu pukulan baton menghantap pelipis lawannya itu dengan keras. Sistem pada kapsul menangkap subjek terluka parah sehingga kapsul yang pada posisi berdiri itu menutup pintu tabung dan menahan S di dalamnya. Beberapa detik setelah mesin itu menyala, air dalam jumlah besar membasahi tubuh S hingga dirinya seolah tengah tenggelam dalam air sedangkan dirinya belum menyiapkan nafas. Mati-matian pemuda itu memukul tabung kapsul itu namun usahanya sia-sia saja.

"S!" teriak A-5.

Tak mau keadaan ini bertambah parah, Professor Ja'far menarik lengan A-5. Lalu di tangan kanannya ia tekan tombol pada kotak hitam yang ia keluarkan.

DUARRR!!!

Satu ledakan bom meruntuhkan langit-langit diatas kepala C hingga Kapten licik itu terkubur dalam reruntuhan.

"S! S!" teriak perempuan itu mendekati kapsul tersebut. Namun sayangnya satu ledakan menyusul hingga kapsul itu terpental menuju tembok dibelakangnya diiringi jatuhnya reruntuhan puing-puing. Bayang-bayang S semakin pudar dalam kapsul itu.

"Professor! Kita harus menyelamatkan S sekarang juga! Kalau tidak..."

"Terlambat! Kita harus segera menyelamatkan diri!" lelaki paruh baya itu menarik tubuh A-5 sedangkan dirinya masih meronta-ronta dengan tangan menjulur ke depan seolah ingin meraih kawannya yang terjebak dalam kapsul penyembuh. Tak sampai beberapa detik, ledakan lainnya menyusul hingga bangunan yang disebut markas itu runtuh terkubur tanah.

Bersambung...

Akhirnya bisa menyapa pembaca lagi. Halo semuanya! Maaf menunggu lama karena part ini butuh banyak ide agar tidak mengecewakan anda para pembaca sekalian. Semoga tidak bosan untuk selalu klik vote untuk Sky ya, hehe. Sampai bertemu di bab berikutnya ya...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top