Bab 24 - Malam Berikutnya...


Hah, akhirnya tiba waktunya kembali ke Jakarta untuk menuntaskan KoRF. Tunggu saja King! Aku pasti akan mengalahkanmu! Batin Langit sambil menengadahkan kepalanya.

"Lang, barang bawaanmu sudah siap?"

"Ah ya, semuanya sudah lengkap," sahut Langit segera meraih tas ransel di sampingnya.

Pagi itu, Langit dan Mey telah menghabiskan waktu hampir dua minggu lamanya di rumah pria tua bernama Pak Guntur. Meski memang Langit mengakui masih betah ingin berlama-lama disana, namun ia paham bahwa kedatangannya saat ini adalah untuk mendapatkan kekuatan yang baru dan setelah itu ia harus kembali ke Jakarta demi menuntaskan pertarungannya yang tertunda sebelumnya. Jika terlalu lama maka akan menyebabkan Langit di diskualifikasi karena tidak melakukan pertandingan berturut-turut.

Kini di depan Langit telah berdiri Mey dengan kaos merah dan jaket denim biru gelap, selaras dengan celana jeans abu-abu yang ia kenakan. Meski memang selama ini gadis yang dikenal sebagai perempuan tomboy, namun semakin lama kedekatan dirinya dengan Mey semakin dekat saja. Terbukti dengan penampilan begitu saja sudah membuat Langit tersenyum memandang gadis itu.

"Ih Lang kenapa kamu senyum-senyum seperti itu? Aku jelek ya pakai baju seperti ini?"

"Hmm? Tidak-tidak, kamu pantas pakai baju itu. Aku hanya heran saja kamu itu suka ya memakai pakaian yang sederhana seperti itu?" ledek Langit.

"Sederhana? Owh kamu mau aku berpakaian lebih 'berani' seperti yang dipakai Bu Erika ya?" Mey sekarang berbalik menggoda Langit.

"Ah tidak lah, kenapa juga harus mengingat Erika atau si Alice itu?" Wajah Langit berubah masam dan berbalik memunggungi Mey.

"Kamu ini Lang!" Mey memukul dengan pelan pada bahu Langit, "ya tidak mungkin aku juga memakai pakaian seperti Bu Erika. Toh kamu tahu sendiri pakaianku ya seperti ini saja, tidak perlu make up atau pakai yang aneh-aneh lah."

"Tapi wajah kamu aneh," Langit memasang wajah konyol di depan Mey. Alhasil Mey yang sudah terpancing emosi segera memukul-mukul dada Langit saking gemasnya pada temannya yang satu ini. Meski begitu, senyum itu masih tetap terpancar di kedua pemuda ini. Yah mungkin memang kedekatan mereka selama di daerah Puncak Bogor ini telah menambah keakraban keduanya.

"Mey? Langit? Sudah siap untuk pulang?" kata Pak Guntur yang sudah di berada di depan daun pintu tengah melipat kedua tangannya.

"Ya Om, kami sudah siap berangkat." Mey segera merapikan penampilannya dan meraih tas kopernya.

"Baiklah, Mey kamu hati-hati di jalan ya nak. Om kapan-kapan akan mengunjungi kalian di Jakarta ya," kata Pak Guntur dengan suara begitu lembut sembari mengusap-usap rambut keponakannya itu.

"Iya Om, nanti kami tunggu kedatangannya."

"Dan untuk kamu Langit," Pak Guntur mengalihkan pandangannya pada pemuda yang berdiri di samping Mey, "ingat selalu ilmu yang telah kamu dapatkan disini. Saya tidak bisa mengajarkan kamu banyak hal, tapi yang jelas tetap berjuanglah dan raih kemenanganmu di Jakarta."

"Ya Pak, sekali lagi terima kasih sudah mau memberi saya ilmu yang baru."

"Kalau begitu hati-hati di jalan ya nak. Nanti kalau tersasar di jalan, kalian cukup teriak saja nama saya," kata Pak Guntur mulai mengembangkan seringainya.

"Memangnya Om bisa dengar teriakan kami nanti di tengah hutan nanti?" Mey memasang wajah curiga karena kelihatannya sebentar lagi akan ada lelucon garing yang muncul.

"Ya tidak kedengaran lah, toh saya sebentar lagi tinggal tidur selepas kalian pulang nanti. Hahahaha!" tawa konyol itu kembali memekik meski kedua anak muda itu sudah terlihat bosan mendengar suara tawa itu.

Sudah kuduga pasti jawabannya begini, batin Mey dan Langit.

"Baiklah, kami pamit dulu ya Pak," kata Langit yang kemudian bersama Mey perlahan mulai melangkah sambil melambaikan kedua tangannya.

Meski terbilang baru, namun Pak Guntur tetap terus memantau kedua pemuda itu berjalan. Mungkin untuk pertama kalinya ia mendapati tamu yang menarik sehingga hari-harinya selama ini sedikit lebih berwarna dengan adanya Langit dan Mey, keponakan cantiknya itu.

Beberapa langkah sebelum mencapai teras rumahnya, Pak Guntur kembali berbalik dan memandangi salah satu dahan pohon. "Hei! Sudah aman nih cantik! Kamu bisa turun kalau mau atau jadi monyet di atas pohon sana nak! Hahaha!"

Sedikit demi sedikit muncullah imaji seseorang dengan pakaian serba hitam dengan wajah yang tertutup dengan tudung hitam dan masker. Orang itu kemudian meloncat ke bawah pohon.

"Anda tidak perlu meledek saya dengan sebutan 'monyet' begitu!" sosok misterius itu langsung membuka tudung dan masker yang menutupi wajahnya hingga terlihatlah rambut panjang tergerai warna kecoklatan serta wajahnya yang ayu bagai bidadari.

"Nah, kan jadi terpancar kecantikanmu wahai Erika alias A-5. Hahaha!"

Erika yang sudah keburu naik pitam langsung mengarahkan tendangan pada kepala pria tua itu, namun dengan mudah sepatu boot itu ditangkap oleh Pak Guntur hanya dengan satu tangan, bahkan tangannya yang lain langsung menangkup dagu Erika.

"Heh," senyum sinis itu mulai terbit pada wajah Pak Guntur, "untukmu mengalahkan saya masih 100 tahun terlalu cepat, sayang. Hahaha!"

Langsung saja Erika menarik kembali kakinya dan melepaskan wajahnya dari tangan besar lelaki tua itu. "Cih! Inilah kenapa aku tidak mau kembali kemari!"

"Hehe, kalau saya tebak kamu diperintahkan oleh si 'Pak Jenggot', betul bukan?"

"Hmph!" Erika segera memalingkan wajahnya. Dengan begitu artinya Erika membenarkan pernyataan lelaki tua di hadapannya itu. "Bagaimana perkembangan S?"

"Ya ampun, langsung menanyakan S? Tidak tanya kabar gurumu ini wahai Erika yang cantik? Haha!"

"Ish! Jawab saja Pak! Saya tidak punya waktu banyak saat ini!" Erika semakin emosi dan bersiap dengan mengepalkan kedua tangannya. "Saya tidak punya waktu untuk meladeni lebih lama Pak atau saya akan menghajar anda lagi Pak!"

"Iya iya baiklah," Pak Guntur lekas duduk pada kursi teras dan kembali menatap Erika. "S sudah semakin kuat, bahkan bisa jadi ia melampaui dirinya yang dulu. Hanya saja saya rasa dia belum cukup kuat untuk menandingi K saat ini."

"Apa yang anda bilang barusan? Tidak mungkin S yang sekarang tidak bisa mengalahkan K!" wanita itu segera mendatangi pria paruh baya itu.

BRAAAK!!!

"Coba anda katakan lagi! Apa benar S belum bisa mengalahkan K?" wajah Erika kali ini benar-benar murka seusai memukul meja di hadapan Pak Guntur.

"Siapa yang lebih tahu kemampuan anak didiknya? Kamu? Atau saya sebagai guru kalian yang telah bertahun-tahun mendidik kalian?" Mendengar pernyataan itu, Erika menarik mundur kedua tangannya meski wajahnya masih saja menahan amarah yang ia tumpahkan.

"Kenapa anda begitu yakin dengan apa yang anda katakan barusan?" Pak Guntur hanya diam dan menatap wajah Erika.

***

"Pak, bagaimana dengan kabar KoRF selama saya tinggalkan?"

Pak Jenggot dengan tenang menatap anak asuhnya itu sambil meletakkan koran yang ia baca sebelumnya, "apa anda tidak beristirahat terlebih dahulu?"

"Benar juga Pak, tapi saya hanya penasaran saja dengan perkembangan KoRF selama saya tinggalkan, itu saja Pak." Wajah Langit menunjukkan keseriusannya. Merasa tidak bisa menjawab apa-apa, Pak Jenggot mengeluarkan tablet dan mengakses situs KoRF. Setelah beberapa saat, muncul beberapa list komentar maupun pesan dari para petarung yang ditujukan pada Sky alias Langit.

"Semenjak pertarungan anda dengan King, banyak pemain yang mengirimi pesan maupun request bertarung dengan anda. Selain itu juga beberapa pujian dan cemooh dalam pesan tersebut kepada anda dan King juga mulai bermunculan. Dengan begitu, saat ini posisi anda di KoRF benar-benar diperhitungkan."

Pak Jenggot melanjutkan penjelasannya, "selain itu juga mulai ada beberapa forum sosial media yang membahas taruhan siapa yang menang jika suatu saat Sky kembali berhadapan dengan King. Jika anda lihat," Pak Jenggot menunjuk salah satu forum, "tak tanggung-tanggung harga pertaruhkan saat ini sudah mencapai ratusan juta."

"Kalau begitu kita langsung saja tantang pemain berikutnya ya Pak untuk besok malam," sahut Langit dengan santai sambil berlalu meninggalkan Pak Jenggot begitu saja.

"Maaf tuan, apa saya tidak salah dengar? Anda yakin ingin langsung menantang pemain lain? Anda baru saja pulang dari latihan dengan Guntur bahkan...,"

"Pak," Langit membalikkan badan dan tak disangka malah senyum yang tenang dari pemuda ini, "tidak perlu khawatir, yang jelas saya tidak akan mati. Kali ini saya percaya bisa segera naik peringkat dan menyelesaikan pertandingan ini. Sekali untuk selamanya."

"Tuan Langit, saya ingatkan sekali lagi sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Mungkin pertarungan sebelumnya anda lolos dari maut ketika berhadapan dengan King, tapi yang berikutnya? Kita tidak pernah tahu apakah anda masih tetap bertahan dari kekuatan yang dimiliki orang itu. Saya sarankan anda untuk tetap bertahan dengan posisi yang ada saat ini dan menunggu tantangan dari pemain lainnya saja."

"Lalu menunggu antara Mey, Pak Jenggot atau Sekolah Angkasa yang dihancurkan? Begitukah yang anda inginkan Pak?" sorot mata Langit mendadak tajam.

Begitu ya? Jadi selama berlatih dengan Guntur, ia kini lebih mudah mengeluarkan perasaan yang ia pendam? Apakah ini juga akan mempengaruhi kekuatannya pula? Batin Pak Jenggot sambil membelai jenggot yang menggantung di dagunya itu. "Baiklah Tuan, saya lihat dulu perkembangan anda dari pertarungan berikutnya. Bila ternyata anda sudah dirasa cukup kuat, saya akan izinkan anda untuk menantang kembali King."

***

"Tuan, peserta bernama Sky kembali aktif," seru pekerja berbaju tuksedo dan berkacamata itu.

"Begitu, apa yang sedang dilakukannya kali ini?" lelaki tua itu masih santai membelai kucing kesayangannya yang tengah tertidur di pangkuannya itu.

Pria berkacamata itu masih sibuk mengamati tablet yang ada di tangannya itu, melihat pergerakan akun bertuliskan Sky sampai ia tahu apa maksud dari si pemilik akun tersebut. 10 menit, 20 menit bahkan hampir satu jam namun tak ada satupun pergerakan yang menurutnya menarik untuk dilaporkan pada majikannya itu. Sedari tadi yang ia lihat akun Sky hanya melakukan aktivitas membuka pesan spam yang dikirimkan pemain lain.

"Aku terpikir ide yang menarik, apa kamu mau mendengarnya?"

"Silahkan Tuan, ide apa yang ingin anda sampaikan?" pria berkacamata itu membungkukkan badan sebagai tanda hormat.

"Bagaimana kalau kita buat KoRF kali ini lebih menarik untuk memancing minat Sky?"

Tak ada jawaban, hanya ada dengkuran kucing sang majikan saja yang terdengar. Beberapa detik kemudian barulah satu-satunya lelaki muda itu angkat bicara, "ide yang bagus Tuan, tapi kita harus membuat apa supaya pemain itu tertarik.

"Hmm untuk itu, tolong panggilkan 'Si Badut' agar saya bisa berkonsultasi dengannya. Saya lebih suka saran-saran yang ia berikan."

"Baik Tuan, saya akan panggilkan dia," jawab pelayan itu dengan membungkukkan kembali badannya. Namun di balik itu tersimpan satu senyum licik yang pelayan itu sembunyikan.

***

"Menarik, tak kusangka rencanaku memasang alat penyadap membuahkan hasil." King menatap dengan penuh kemenangan pada kotak radio yang terus mengeluarkan suara percakapan antara dua orang yang sibuk dengan kembalinya Sky. "Jadi Sky sudah kembali aktif dan siap bertarung lagi? Sudah tidak sabar rasanya untuk kembali menguji kekuatanmu Sky!" lelaki itu mulai meremas telapak tangannya.

"Sayang, ayo diminum dulu wine yang sudah kutuangkan ini." Cyntia kembali datang hanya dengan baju kimono dan kepala yang masih terlilit handuk. Di kedua tangannya kini terdapat dua gelas wine merah.

"Terima kasih."

"Iiih kamu ini!" Cyntia menunjukkan wajah kecewanya, "aku sudah baik hati dan memberimu minuman kesukaanmu sayang. Kenapa kamu masih dingin sih sayangku?" wanita itu mulai duduk manja dan menidurkan kepalanya diatas paha King.

"Hmph, yang aku butuhkan sekarang adalah kabar dari Sky. Sudah lama keinginanku bertarung terpendam, dan ketika aku berhadapan dengan Sky sebelumnya," King mengangkat kepalan tangannya itu tepat diatas kepala Cyntia, "rasanya benar-benar kembali ke masa lalu!"

"Nostalgia sekali ya sayang kalau kita mengingat kenangan waktu kita..,"

"Kenangan sewaktu pertarungan adalah makanan kita sehari-hari," potong King. Cyntia yang mendengar hal itu terucap dari mulut King hanya bisa bermuram durja karena perasaannya tidak sampai mengetuk pujaan hatinya itu.

"Sayang."

"Hmm," King barulah menatap wanita yang sedari tadi sudah memanjakan dadanya itu.

"Haha! Lihat Tuan! Sky telah mengirim tantangan yang ditujukan pada Ringgo! Hahahaha!"

"Hah? Ringgo? Si peringkat 8?" King kembali mengabaikan Cyntia yang ada di pangkuannya itu dan mengalihkan fokusnya pada suara radio barusan. "Jika sudah semakin dekat, maka semakin cepat pula aku bertemu kembali dan bertarung dengan Sky!"

***

"Anda yakin? Ini tidak seperti pertarungan sebelumnya karena yang anda hadapi kali ini adalah salah satu dari '3 Penjaga' yang sudah tentu bukan pemain sembarangan," kata Pak Jenggot.

"Apa ada informasi tentang orang ini?" Langit menunjuk pemain bernama Ringgo pada tab milik orang tua dihadapannya itu.

"Hmm sudah saya duga," Pak Jenggot kemudian melepaskan kacamata yang melekat pada kepalanya itu hingga terlihat kantung mata orang tua tersebut begitu nampak tebal yang bisa jadi ia benar-benar lelah dengan kehidupannya yang sudah lebih dari enam dekade. "Baiklah saya akan jelaskan siapa itu 3 Penjaga berikut Lucky Seven." Mendengar itu, Langit segera mengambil salah satu kursi di dekat Pak Jenggot untuk mendengar penjelasannya.

"Rumor ini seharusnya sudah menjadi informasi umum di kalangan pemain KoRF. Rumor tentang kerajaan besar dalam KoRF ini dengan sebutan 'Kerajaan KoRF'. Mungkin anda masih ingat peraturan pada KoRF bahwa siapapun yang ingin menantang peringkat 7 ke atas haruslah berada diantara peringkat 8 hingga 10. Jika sudah berada di posisi itu maka pemain tersebut berhak menantang pemain yang berada pada peringkat 7 keatas yang dijuluki dengan nama Lucky Seven."

"Mereka yang berada pada peringkat 10 hingga 8 disebut sebagai 3 Penjaga. Para pemain yang telah ditunjuk oleh King secara khusus untuk dilarang naik ke peringkat atas maupun turun peringkat demi menjaga posisi Lucky Seven agar tidak ditantang oleh pemain-pemain kacangan. Sejak King menjadi peringkat pertama hingga hari ini, posisi 3 Penjaga sama sekali belum pernah tergantikan. Ada yang mengabarkan bahwa salah satu diantara 3 Penjaga adalah mantan tentara atau mantan anggota kepolisian."

Pak Jenggot melanjutkan kembali, "sedangkan 'Lucky Seven' adalah mereka yang menduduki peringkat 7 hingga 1 yang dipimpin oleh King sebagai raja. Mereka adalah orang-orang yang berhak memperebutkan posisi King sekaligus memberi perintah pada salah satu peserta KoRF di peringkat bawah."

"Inilah yang disebut sebagai Kerajaan KoRF," Pak Jenggot mengakhiri penjelasan panjangnya.

Mendengar itu, Langit tersenyum lebar dan itu membuat Pak Jenggot terheran-heran. Informasi yang seharusnya menggetarkan siapapun yang mendengarnya, pemuda yang satu ini malah terlihat senang. Pemandangan ini malah berbanding terbalik dengan Pak Jenggot yang masih tegang dengan apa yang telah ia ucapkan barusan.

"Kenapa anda begitu senang Tuan? Padahal bagi saya ini adalah rumor yang mengerikan lho."

"Itu malah menambah semangat saya untuk segera bertemu salah satu dari 3 Penjaga ini Pak. Ini malah menjadi ajang yang bagus untuk membuktikan pada anda bahwa saya sudah semakin kuat dan pantas untuk menantang kembali King!"

PING!

Kedua pria ini langsung tertuju pada tab yang baru saja berbunyi menandakan ada satu notifikasi yang masuk. Setelah Langit mengecek dan ternyata ada notifikasi status dengan format berbentuk video live dengan nama Sky yang ditandai pada postingan tersebut. Tanpa lama menunggu, Langit segera membuka pesan tersebut.

Pada video itu, muncul seorang badut dengan pakaian tuksedo berwarna dominan hijau dan ungu. "Hahaha! Hai! Kembali lagi dengan aku, masih ingat kan! Hahaha!" Lalu badut itu bergeser dan menampilkan salah satu screenshot request yang Langit ajukan untuk menantang pemain peringkat 8 itu, "kamu baru saja melakukan request tantangan pada salah satu anggota 3 Penjaga, maka dari itu kami selaku panitia akan membuat penawaran yang lebih menarik, hahaha!"

Badut itu kemudian menari-nari kegirangan lalu disusul dengan terbukanya sebuah tirai merah dibelakang pria konyol ini. "Ta-da!!! Kami selaku panitia akan memberimu tantangan untuk menantang seluruh anggota 3 Penjaga! Dan hadiah yang bisa kamu adalah..."

"TIGA KALI LIPAT!!!" bersamaan dengan munculnya pop up tulisan besar berupa angka 3x. "Itu artinya hadiah yang kamu dapatkan nanti setelah naik peringkat dikali 3 menjadi emm," badut itu memasang wajah serius sambil menghitung-hitung jarinya, "WOW!!! Sebanyak 471 juta rupiah! Sekali lagi, EMPAT RATUS TUJUH PULUH SATU JUTA RUPIAH!!! WOW! Banyak sekali ya? Hahaha!"

Mendengar nominal sebanyak itu membuat Langit dan Pak Jenggot membelalak tak percaya akan tawaran yang barusan mereka simak. Belum lagi sambutan para netizen yang memberikan komentar live, ada yang terkejut bahkan meminta agar tantangan ini juga diberikan pada mereka yang berada pada peringkat bawah namun ingin mendapatkan uang yang banyak.

"Bagaimana? Menarik bukan? Ini adalah penawaran khusus hanya untuk pemain bernama Sky. Batas konfirmasi tantangan ini adalah," kemudian muncul lagi satu pop up berupa penanda waktu, "hanya 5 MENIT! HAHAHA! Bersamaan itu muncul pula menu pilihan antara menu YES atau NO.

KLIK! Dengan mudahnya Langit langsung memilih menu YES.

"Tuan Langit!" Pak Jenggot sekonyong-konyong langsung berdiri melihat keputusan anak muda yang ia bina dan ia jaga itu. "Anda..."

"SELAMAT!!! Peserta bernama Sky telah menerima tantangan melawan 3 Penjaga sekaligus! Nah, nantikan pertarungan mereka besok jam 9 malam! Selamat menikmati! HAHAHAHAHA!" kemudian tayangan video live tersebut berakhir. Sontak beberapa detik kemudian forum sosial media pada situs KoRF meledak membahas pertarungan Sky melawan 3 Penjaga sekaligus. Sebuah momen langka dimana seorang pemain yang telah memulai debutnya dengan menantang pemain dengan peringkat 200 diatas dirinya, kini ia berani menantang tiga peserta sekaligus yang notabenenya menjaga 'kerajaan' KoRF.

"Tuan! Sadarkah dengan pilihan anda kali ini? Kita tidak tahu rencana apalagi yang dilancarkan pihak KoRF. Jadi saya sarankan anda untuk segera mundur dari pertarungan barusan!" seru Pak Jenggot ketika menarik tab yang masih digenggam erat Langit. Namun segitu erat tab itu di pegang pemuda itu hingga Pak Jenggot menegangkan urat ototnya namun tetap saja gadget tersebut tak dapat direbut. Tuan! Lepaskan! Saya ingin membatalkan pertandingan anda!

Meski sudah berusaha keras, wajah Langit malah terlihat dingin mendengar Pak Jenggot malah ingin membatalkan pertandingannya itu. Saling tarik menarik memang tidak Nampak secara jelas, namun dibalik itu keduanya sudah mengeluarkan masing-masing kekuatannya.

KRAAK!

Retakan kecil membekas dari tempat jempol Langit menekan saking kerasnya genggaman pemuda itu. Mata pria tua itu kembali melebar sehingga ia memutuskan untuk melepaskan kedua tangannya.

"Pak, saya mohon untuk biarkan saya memilih jalan ini. Apapun resiko yang muncul nantinya, maka cukup saya saja yang bertanggungjawab." Mata Langit bagai elang yang siap menerkam mangsa, serius dan begitu tajam hingga Pak Jenggot sendiri tak bisa berkata apa-apa. Setelahnya, Langit kembali memutar badannya dan meninggalkan lelaki paruh baya itu di tengah ruangan.

"Kalau begini, A-5 juga harus bertindak!" gumam Pak Jenggot menatap tab yang kini tergeletak di atas meja berikut retakan pada layarnya yang masih membekas.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top