Bab 2 - New Player

"Kamu mau main pahlawan disini hah?"

"Bosan hidup nih orang," kata salah satu dari mereka sambil mengeluarkan sebilah pisau lipat dari sakunya.

Sampai kesekian detikpun Langit masih belum memantapkan hatinya. Untuk apa tadi dia berlagak sok jagoan demi menyelamatkan seorang wanita tak berdaya? Saat ini yang seharusnya dilakukan manusia normal adalah lari. Sekarang dihadapannya ada tiga orang topeng dengan tatapan mata yang mengerikan. Mau melawan mereka dengan apa? Dirinya bukan superhero di komik.

Sial, aku harus apa? Langit terus bertanya-tanya. Sekejap ia coba ambil momen untuk menengok kebelakang. Wanita tadi telah berlari sambil menenteng sepatu high heelsnya. Jaraknya sudah cukup jauh dari dirinya sekarang. Tak mungkin para topeng ini mengejar dan pastinya target mereka sekarang tinggal Langit seorang. Matanya kini menatap masing-masing penjahat dengan awas. Bisa jadi salah satu dari mereka segera menyergap dari arah lain. Perlahan-lahan Langit mencoba untuk mundur menjauhi Topeng yang sedikit demi sedikit juga mendekati Langit.

Tak ada pilihan lain lagi. Aku harus Lari sekarang!

"Serang!" perintah pria berambut gimbal. Sekejap anak buahnya langsung menerjang Langit sedangkan pada detik itu Ia juga langsung menjatuhkan balok yang ada ditangannya dan melarikan diri.

Seluruh tenaga yang ada Langit kerahkan untuk melarikan diri dari kejaran para Topeng. Namun entah apa motivasi mereka, sungguh tangguh sekali bisa mengejar Langit sekuat ini. Nafasnya mulai terengah-engah.

Apa aku menyerah saja disini? Apa aku akan berakhir disini? Apa aku...

NGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIING

Kau harus tetap hidup nak!

Sekejap Langit langsung membalikkan tubuhnya dan mengarahkan tendangan keras ke arah salah satu dari mereka. Setelah dilihat ternyata tendangan pertama menyasar pada pria berambut gimbal. Tendangan telak yang menyasar tepat di dadanya. Pria tersebut langsung muntah darah saking kerasnya serangan yang ia terima.

Kini mata Langit yang awalnya begitu ketakutan memancarkan keseriusannya.

Suara siapa itu tadi? Aku ingat kata-kata itu sekarang. Satu-satunya cara mengakhiri ini adalah menghadapinya agar aku tetap hidup! Namun suara siapa yang aku ingat tadi? batin hati Langit sambil mengingat-ingat suara pria yang dengan tegas melarangnya lari. Mungkin ada kaitannya dengan masa lalunya yang hilang.

"Kurang ajar!" sumpah pemuda yang mencoba menusuknya dari belakang dengan pisau lipat. Langit yang sekarang kini lebih siaga ketimbang detik-detik sebelumnya. Dengan cepat ia lirik lawannya dari asal suaranya di belakang, lalu tangannya menangkap tangan Topeng tersebut, menendang lawannya sambil menahan tangan sang Topeng hingga dirinya tersungkur dengan tangan masih dalam cengkraman Langit. Lalu dengan sedikit putaran dan tarikan serta menahan tubuh pria tersebut dengan kaki, tangan penjahat tersebut yang awalnya masih masih memegang pisau langsung patah dari tulang selangka bahunya.

"Aaargh!! Sakit! Sakit Aaargh!" yang awalnya wajah si pemegang pisau itu garang kini berubah menjadi anak kecil yang baru saja jatuh dari sepeda. Dengan memegangi bahunya yang patah ia terus mengerang kesakitan.

Kini tinggal satu penjahat lagi yang tersisa. Bila dilihat dari postur tubuhnya hanya seorang lelaki kurus dengan kaos dan celana hitam dengan slayer topengnya yang basah karena peluh diwajah. Entah karena kelelahan atau ketakutan melihat Langit yang berubah drastis. Kedua tangganya mulai bergetar sedangkan sedikit demi sedikit Langit mulai mendekati pria tersebut.

"S..S..Sini kuhajar k..k..kau!" dengan suara gugup dan mulai mengeluarkan kuda-kuda siap untuk berkelahi.

Pria tersebut mulai mengeluarkan tinjunya kearah wajah Langit. Berulang kali tinjunya ditangkis dengan sangat mudah, dan Langit juga mencengkram tinju kanan pria tersebut lalu memukul bagian bawah otot lengan dekat ketiak. Dengan secepat kilat pula ia meraih lengan kanan pria tersebut dan memukul sikunya hingga patah. Belum sempat mengerang kesakitan, Langit mengakhiri peran pria tersebut dengan menendang punggungnya hingga tersungkur keatas trotoar jalan.

Sejenak ia pandangi orang-orang yang telah ia hadapi. Langit mencoba memutar memorinya. Sepertinya kejadian ini pernah ia alami sebelumnya. Momen ketika ia berhadapan dengan banyak orang lalu berkelahi hingga salah satu dari mereka menjadi yang terakhir berdiri. Namun ia masih tak ingat tempat dan kapan itu terjadi.

NGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIING

Lagi-lagi terdengar suara dengung yang keras semakin ia mencoba mencari ingatannya yang hilang sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Perlahan Langit meninggalkan gerombolan Topeng.

"Aaaargh!!!" terdengar suara satu teriakan yang mendekati Langit. Pria berambut gimbal yang tadi tumbang kini telah berdiri kembali menerjang Langit dari belakang.

Tanpa menengok kebelakang, Langit coba merasakan berapa langkah lagi pria tersebut sampai pada jarak pas. Setelah menunggu sampai kesekian detik sampai pada posisi yang pas, Langit memutar posisi tubuhnya sambil mengarahkan tendangan berputar. Alhasil serangan Langit tepat mengenai kepala lawannya hingga terpental mengenai tembok sebuah bangunan. Bahkan saking kerasnya tendangan Langit hingga dinding yang terkena benturan kepala pria tersebut langsung retak. Dengan darah segar mengalir, perlahan kepala pria itu turun dan tersungkur pula di atas trotoar dan tak bergeming lagi.

Ia masih tak percaya. Semua aksi yang telah berlalu tadi apakah usaha Langit sendiri? Gerakan-gerakan ekstrim tadi muncul silih bergantian dalam otaknya seakan sebuah menu jurus yang tinggal Langit pilih berdasarkan kondisi yang akan menimpanya pada detik berikutnya. Reflek dan intuisinya berjalan seperti ia seorang ahli beladiri.

Sambil menyusuri jalan, Langit yang masih tak percaya mencoba melihat kedua tangannya yang masih bergetar. Apakah ini hanya mimpi? Mengapa semua ini terjadi? Dan siapa dirinya yang sebenarnya?

***

"Bagaimana pendapat anda tuan? Pemuda ini juga memiliki talenta menarik, ya kan? Haha."

"Maka peserta terakhir telah diputuskan," jawabnya dengan suara dingin sambil membelai kucing pangkuannya.

"Tidak salah kita mencari pemain terakhir malam ini ya tuan."

***

Kling!

Sebuah pesan baru masuk ke hp nya. Setelah coba Langit buka hp, pesan aneh berisi video dan paket data muncul. Ia coba membuka video.

"Selamat!!! Selamat!!!" kata pria berbaju tuksedo bertopeng badut dalam video sambil meloncat kegirangan diatas panggung bertuliskan Congratulation. "Selamat anda telah terpilih sebagai pemain baru pada pertandingan KoRF, King of Raging Fist," sambung badut tersebut bersamaan dengan kemunculan logo KoRF. "Disini anda akan ditantang untuk mengadu fisik dan beladiri bersama 499 orang lainnya untuk manjadi nomor satu dan meraih gelar King serta hadiah milyaran rupiah. Cukup dengan melakukan pertandingan dan jadilah juara, hihi."

Apa maksud dari semua ini? Pertandingan macam apa ini? Konyol sekali.

"Anda tidak kami paksa untuk mengikuti pertandingan ini. Namun bila anda berminat berani untuk menantang KoRF, maka silahkan..," sebelum video itu berakhir, Langit mematikan hp nya dan beranjak pulang.

Tidak baik berada di tengah jalan selama Night Hour, aku harus segera kembali ke asrama. Tak ada waktu untuk menyaksikan komedi aneh ini.

***

"Aaah videonya sudah keburu ditutup ya. Hmm sayang sekali. Padahal kupikir ia sama dengan pemain lainnya yang bernafsu dengan uang sebanyak itu," sahutnya dengan mengangkat tangan dan menggelengkan kepala memberi kode kecewa.

"Tak perlu khawatir, anak ini unik. Kuyakin pasti cepat atau lambat ia aka nada dijajaran para pemain kelas atas. Kita tunggu saja."

"Meeow", kucing coklat itu mulai mengeong tanda nyaman dengan tuannya.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top