Bab 16 - Tantangan
"Halo?"
"Bagaimana pekerjaanmu disana?" tanya seseorang diseberang telepon itu.
"Ah, kucing manis ini sudah kudapatkan tuan. Tinggal memancing keributan untuk rajaku tersayang," sahut wanita itu dengan senyum dan lirikannya pada seorang manusia yang terikat pada tiang di ujung ruangan itu.
"Menarik. Jangan lupa kamu pulang ya. Kitty harus diberi makan dan rindu kamu."
"Ah tuan ini bisa saja. Nanti saya akan pulang dengan pemain kesayanganmu tuan."
"Pastikan malam ini tetap dingin ya sayang."
"Dengan senang hati."
***
"Apa?! Mey?!" Mata Pak Jenggot membelalak melihat ponsel yang tengah ia genggam itu terpampang foto yang dikirim dari seseorang yang ia tak kenal. Foto itu menampilkan Mey tengah terikat pada sebuah tiang. Kepalanya tertunduk, sepertinya perempuan itu tak sadarkan diri dan di lehernya tergantung sebuah papan dengan tulisan yang membuat Langit naik pitam kala itu.
SEBELUM JAM 19.59 MALAM INI
DATANG SENDIRI
JANGAN HUBUNGI ORANG LAIN!
"Sial! Ulah siapa ini? Kenapa Mey bisa diculik seperti ini?" Keringat itu terus bercucuran dan urat-urat pada tubuh Langit menegang mendengar jeritan pria tua itu. Tidak mungkin ini hanya sekedar ulah gerombolan Topeng biasa. Andai benar maka bisa jadi orang yang melakukan ini memiliki maksud tertentu untuk menculik gadis berseragam tanpa dosa itu.
Sekarang jam 7 kurang lima menit. Tapi aku harus mencarinya dimana?
Ping!
Terdengar pesan masuk pada ponsel Pak Jenggot. Sebuah koordinat tempat yang harus dituju. Terletak pada sebuah gedung tua bekas GOR yang telah lama tak terpakai. Segera Langit kala itu juga melihat pesan yang terpampang pada ponsel lelaki tua itu.
"Pak! Biar saya yang meluncur kesana!"
"Jangan Tuan!" sergah Pak Jenggot. "Itu terlalu berbahaya untuk anda!"
"Tapi Mey sedang dalam bahaya Pak! Saat ini yang bisa diandalkan hanya kita saja Pak!" sejenak mereka berdua terdiam mendengar pernyataan Langit barusan. Detik semakin berjalan namun keduanya tenggelam pada pemikiran masing-masing.
"Tuan," lanjut Pak Jenggot, "tolong bawa anak saya dengan selamat." Pak Jenggot mengatakan itu sambil menundukkan kepala. Ini pertama kalinya orang tua itu meminta tolong pada anak muda tersebut pada sesuatu yang begitu berharga bagi dirinya.
"Iya Pak! Saya akan membawa Mey dengan selamat. Saya janji!"
***
"Lho? Sudah bangun ya?" wanita itu memiringkan kepalanya dengan wajah polos menatap Mey yang tengah meronta-ronta. Kedua tangannya terikat pada sebuah tiang ring basket.
"Heh! Siapa kamu? Lepaskan aku!" teriak Mey.
"Oooh, kamu mau lepas?" tanya wanita itu ketika jarak mereka semakin dekat. Dagu Mey diangkat hingga kedua ia dapat menatap wajah orang yang menyanderanya itu. Wajah itu, wajah yang sepertinya tak asing bagi Mey. Rambut hitam sepanjang tengkuk lehernya, senyum itu serasa bagai ular yang menyimpan bisa beracun sedangkan matanya dapat menipu siapapun yang memandangnya.
PLAK!
"Menangislah dengan kencang!" teriak wanita tersebut setelah menampar pipi kanan Mey begitu kencangnya. Matanya membelalak namun seringai di bibirnya itu menghancurkan kecantikan yang ia miliki.
Mey tak mampu memandang wanita itu, namun dalam batinnya ia berusaha mengingat siapa orang yang dengan berani menangkapnya itu. Dimana aku pernah melihatnya? Rasanya begitu familiar tapi dimana kami bertemu? Batin Mey bertanya-tanya. Sekali lagi ia mencoba melirik wanita yang berdiri dihadapannya itu dan benar saja dalam hati gadis tersebut muncul api kebencian dan cemburu.
Apa dia orang yang pernah menggoda Langit waktu itu? Ya itu pasti ketika berbelanja dengan Langit! gumam Mey ketika menangkap imaji pada memorinya di masa lalu.
"YA AMPUN! MAINANMU DARI DULU TIDAK PERNAH BERUBAH YA!" teriak seseorang dari kejauhan. Suara itu begitu familiar dengan kebiasaannya muncul di saat yang tidak terduga.
"B-BU, eh! BU ALICE!!!" teriak Mey melihat perempuan tengah memainkan rambutnya itu. Langkahnya begitu percaya diri muncul dari balik kegelapan sudut ruang olahraga itu.
PLUK!
"Berapa kali harus dibilangin? Jangan panggil pakai sebutan Ibu!" teriak Alice setelah melemparkan karet penghapus ke kepala Mey. Meski tidak sakit namun Mey yang menunduk menahan lemparan tersebut tepat pada rambutnya itu menyembunyikan senyum bersyukur akhirnya ada orang yang datang menyelamatkannya.
"Owh, namamu sekarang berganti Alice ya? Kekanak-kanakan sekali. Atau aku panggil namamu Alice si seksi dari kegelapan?" wanita asing itu sekarang beralih mendekati Alice.
"Aah, aku jadi tersanjung dipanggil begitu lho C-4," balas Alice dengan seringai kecil di bibirnya.
"Cih!" wanita itu langsung membuang ludah dan mengubah raut wajahnya begitu murka setelah mendengar nama yang disebutkan Alice. "Aku tidak sudi dipanggil dengan nama busuk itu! Panggil aku dengan nama Cyntia!"
Kini kecantikan wanita dihadapan Alice telah hancur di mata Mey. Mungkin dari mimik wajah, perempuan bernama Cyntia itu selalu memasang wajah manis bagai wanita-wanita penghibur di televisi yang memancarkan aura yang menggoda iman setiap kaum adam. Namun mudahnya terpancingnya emosi menyebabkan penilaian Mey menghilang dan menempatkan kembali pada mantan gurunya itu yaitu Alice sebagai wanita cantik dan menggoda (meski wajahnya masih tetap dingin seperti para jenderal tentara namun gendernya perempuan).
"Hah? C-Y-N-T-I-A?" tanya Alice sambil mengeja satu persatu hurufnya sedangkan wajahnya sedang berusaha memprovokasi lawannya itu.
"Kenapa? Namamu kalah cantik?"
"NAMA DAN WAJAHMU TAK SESUAI TANTE!!!" teriak Mey yang juga semakin menambah kekesalan Cyntia.
"Apa katamu bocah? KAU PANGGIL AKU TANTE?!" Cyntia mulai mendekati Mey kembali.
"Ups!" Alice menahan bahu Cyntia, "lawanmu itu aku bukan dia!" Alice melancarkan satu pukulan namun berhasil ditangkap lawannya itu. Kedua pasang mata itu mulai bertatapan serius dan segera mundur beberapa langkah.
"Jangan paksa aku untuk mengalahkanmu lagi seperti dulu ya A-5!" Cyntia mulai memasang wajah senyum licik bersamaan kuda-kuda siap bertarung.
"Jangan sedih bila wajahmu sedikit tergores nantinya," balas Erika. Wajahnya juga mulai serius memasang posisi siap tempur.
***
"Mey!" teriak Sky yang muncul tiba-tiba dari arah pintu gedung GOR. Suara itu mengejutkan ketiga wanita di dalam sana.
"Lang... eh! Sky!" sahut Mey.
Alice? Kenapa dia bisa ada disini juga? Gumam Sky ketika melihat wanita itu tengah berhadapan dengan perempuan lainnya yang tengah menghalangi Alice dengan membentuk kuda-kuda.
Sky? Sial! Kenapa dia kemari juga! Umpat Alice dalam hati. Giginya mulai beradu.
Sky segera berlari mendekati Mey untuk membebaskan gadis tersebut. Namun langkahnya segera dihadang oleh wanita asing di depan Alice dengan memberi tanda berhenti menggunakan tangannya.
"Siapa kau?" tanya Sky.
"Aku? Yah kau bisa panggil aku Cyntia. Kau pasti juga ingin menyelamatkan gadis ini bukan?" tanya Cyntia dengan memberi tanda jempol yang diarahkan pada Mey.
"Sudah jelaskan? Kenapa masih ditanyakan lagi?" sahut Sky yang mulai melanjutkan langkahnya mendekati Mey.
"Tunggu dulu! Jangan terburu-buru begitu!" tahan Cyntia. "Kalau ingin menyelamatkan perempuan cilik ini, kau harus hadapi dia dulu sebagai sesama pemain KoRF." Senyum Cyntia terbit kembali menggoda Sky.
Beberapa detik kemudian suara langkah kaki terdengar perlahan seperti raja yang turun dari langit. Suara itu berasal dari arah tribun penonton dan serentak keempat manusia di lapangan basket itu menghadap ke arah sumber suara. Tampaklah sesosok laki-laki dengan jaket biru dan tudung kepala senada. Pola pada pakaiannya membentuk api berwana emas ditambah sarung tangan sampai siku dan sepatu berwarna merah. Tatapan itu begitu dingin memancarkan kengerian mendalam bagi siapapun yang melihatnya.
"Kau yang bernama Sky?" tanya pria asing tersebut.
"Ya! Kau sendiri?"
Pria tersebut membuka kedua tangannya dengan lebar, "aku adalah raja dari pertarungan yang kau ikuti. Akulah orang yang takkan pernah kalian kalahkan selamanya. Namaku adalah King."
Mendadak kedua mata Sky membesar setelah mendengar nama itu. King. Raja pertarungan KoRF sekarang tepat berada di depan matanya. Seseorang yang dianggap haram untuk ditantang oleh petarung manapun kecuali memenuhi syarat tertentu. Mendengar itu Sky segera mengepalkan kedua tangannya sedangkan giginya begitu kuat beradu.
Sial!? Kenapa K harus berada disini juga!? Ia belum waktunya menghadapi K sekarang ini, gumam Alice. Saat wanita itu bergerak sedikit untuk mendekati Sky, dengan segera Cyntia menghalangi.
"Untuk apa kau menculik Mey?" tanya Sky.
"Untuk apa?" King segera meloncat ke arah lapangan. "Untuk menguji pemula yang mulai mengusik kerajaanku."
Ha? Mengujiku sampai menculik Mey? Yang benar saja! Gumam Sky. Dengan amarah yang memuncak, pemuda itu mulai berlari menerjang lawannya itu. Namun sampai beberapa langkah lagi, King menahan dengan tanda berhenti menggunakan satu tangannya.
Tak disangka King kemudian mengeluarkan ponsel yang ada pada kantung celananya dan menghadapkan pada wajah Sky. "Terima tantanganku atau gadismu akan kubunuh!" tampilan situs KoRF beserta pesan tantangan yang terkirim pada seseorang yang tertulis pada aplikasi bernama Sky. "Waktumu tidak banyak. Bila kau tak segera memutuskan..."
"SKY!!!" teriak Mey yang kala itu sedang meregang nyawa karena Cyntia tengah menghadapkan mata pisau pada leher Mey sedangkan Alice tak bisa berkutik apa-apa.
"Lepaskan anak itu sekarang Cyntia!" seru Alice.
"Haha, itu tergantung pemain bernama Sky yang ada disana," jawab wanita itu melirikkan pandangannya pada pemuda yang tengah berdiam diri tak berkutik di hadapan King.
Hanya dengan cara ini saja aku bisa menyelamatkan Mey!
Tak hanya itu, aku juga bisa sekaligus menyelamatkan SMA Angkasa!
Mengalahkan orang terkuat dalam pertandingan KoRF!
Dan menjadi pemenang!!!
Udara pada ruangan itu memanas dalam beberapa detik menanti keputusan Sky. Masing-masing pasang mata memandang pemain baru itu di tengah lapangan, menanti pilihan yang akan menentukan nasib mereka di masa depan dalam waktu kurang dari satu menit karena saat itu jam pada ponsel telah menunjukkan pukul 7.58.30 PM. Beberapa detik lagi bila Sky tak menentukan pilihan maka ia takkan bisa menyelamatkan Mey.
"SKY! JANGAN TERIMA TANTANGAN ITU!! SEMUA INI JEBAKAN!!!" teriak Alice. Namun sayang teriakan itu tidak sama sekali digubris oleh pemuda bertopeng itu.
King masih tetap memasang wajah dingin. Raut wajah Alice begitu khawatir dengan Mey dan Sky serta masih terus berpikir bagaimana mereka bertiga bisa segera lolos dari situasi ini. Berbeda dengan Cyntia yang bertahan pada seringai itu untuk memprovokasi lawannya. Sedangkan Mey hanya bisa memejamkan matanya menahan kesedihan itu serta berharap semua ini segera berakhir dengan happy ending tanpa ada yang terluka.
Tersisa 20 detik...
19
.
.
10
.
.
7
.
.
KLIK!
"Ayo kita bertarung, KING!!!" teriak Sky memecah keheningan. Sistempun mengumumkan pertarungan antara King melawan Sky tepat pada pukul delapan malam ini.
Satu menit berikutnya. Pertarungan yang menentukan takdir akan dimulai!!!
Bersambung
Bagaimana? Mulai penasaran dengan pertarungan Sky? Jangan lupa follow akun penulisnya, lalu di baca, vote dan komentar serta ajak teman-temanmu yang lain untuk ikut mengikuti pertarungan Sky yang tak kalah menarik. Sampai bertemu lagi di bab berikutnya ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top