➛Persiapan

Matahari pagi bersinar dari ufuk timur, burung-burung berkicau dengan merdu, hewan-hewan sudah mulai beraktifitas. Sama seperti Catrine dan Karen yang tengah berlari pagi dengan pakaian training mereka, untungnya tak ada siapapun yang melihat mereka karena mereka pasti akan diperhatikan karena pakaian mereka yang sangat berbeda.

Dengan nafas terengah-engah, keduanya langsung masuk ke dalam rumah, suhu sejuk langsung dirasa mereka karena rumah yang ditempati mereka sudah di pasang sihir es milik Catrine. Tentunya dengan pengendalian Catrine, kalau tidak, rumah ini pasti sudah beku.

"Darimana saja kalian?" sebuah suara bariton mengisi ruangan yang hening, membuat Catrine dan Karen langsung terdiam.

Suara ini? Tak salah lagi? Pikir keduanya yang langsung berlari kearah sumber suara.

"Kakek!" seru keduanya secara bersamaan.

Seorang pria lanjut usia yang masih kuat untuk bertarung dan mengurus sebuah keluarga terkenal, Styford Nebbia. Kini tengah berdiri dengan gagahnya di dengan jendela terbuka, membuat kharismanya terlihat, mau dari sudut manapun.

"Sudah lama, Catrine, Karen," ucap Styford yang membentangkan tangannya.

Bruk!

Dengan cepat keduanya langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Styford yang kini terkekeh. "Kakek merindukan kalian."

"Kami juga, Kakek," balas keduanya secara serempak.

"Bagaimana kalau kita duduk dulu, punggung Kakek sakit sekali ketika dipeluk kalian berdua secara bersamaan," saran Kakek dengan sedikit candaan.

Kini keduanya tengah duduk di sofa dengan Styford yang duduk di sofa single sedangkan Catrine dan Karen yang duduk secara berhadapan.

"Catrine, Karen, mengenai pertanyaan kalian di surat tentang Dugeon Infy, Kakek harap kalian tidak memasuki lantai terakhir." Ucapan Styford membuat Catrine dan Karen mengernyit heran.

"Memangnya ada apa dengan lantai terakhir itu, Kek?" tanya Kare.

"Kakek tidak bisa memberitahu kalian, Kakek khwatir kalian tetap melanjutkan pergi kesana," jawab Styford.

"Kami akan tetap kesana Kek, karena ini tugas dari ketua Guild," timpal Catrine.

Styford menghela nafas pelan, rambut nya yang sudah memutih ia rapihkan ke belakang dengan jari. "Kalian ini."

"Tapi, apa kekuatan kami sudah cukup untuk memasuki Dungeon itu?" tanya Catrine.

"Sepertinya iya, mata-mata Kakek bilang di misi pertama kalian, kalian berhasil melawan sekelompok Ghoul bukan?"

"Catrine, kau bilang kalau kau sudah menemukan seseorang yang menarik dan sudah kamu tes?" tanya Styford dengan mata berbinar.

"Ya dan dia lulus sesuai dengan apa yang aku tulis di surat," jawab Catrine.

"Kau memberinya ujian apa?" tanya Styford dengan mata menyelidik.

Catrine hanya menghela nafas lelah, bagaimana tidak? Dirinya baru saja lari pagi dan kini harus menghadapi Kakek nya yang tengah antusias hanya karena dirinya menemukan seseorang yang menarik?

Karen yang menyadari kalau Catrine tengah kelelahan langsung mengalihkan pembicaraan. "Kakek, bagaimana kalau Kakek berkeliling rumah dulu, kami berdua ingin berganti pakaian dulu, lihat! Kami ini penu keringat."

Styford langsung diam dan tanpa curiga langsung mengangguk. "Baiklah, Kakek akan menunggu kalian."

Selamat, pikir Karen yang bersyukur di dalam hati. Catrine langsung menoleh kearah Karen dan mengirimkan satu kata melalui telepati.'Bagus.'

Bangkit dari posisi duduk, Catrine dan Karen lantas langsung memasuki kamar masing-masing dan memulai ritual pagi mereka.

***

"Ayo kita berangkat, Kakek!" seru Karen yang sudah menarik Styford bagaikan anak kecil berusia lima tahun.

Styford hanya bisa terkekeh dan mengikuti langkah cucunya yang hiperaktif, sedangkan Catrine? Dirinya hanya berjalan satai dengan telinga yang dipasang earphone.

"Apa kalian tidak menaiki kereta kuda?" tanya Styford. Pasalnya mereka terus bejalan tanpa menaiki kereta kuda.

"Kami lebih suka teleport atau berjalan," jawab Catrine yang melepas sebelah earphone nya, rambutnya yang tergerai membuat orang-orang tidak akan menyadari kalau Catrine tengah menggunakan earphone.

"Cucuku sudah mandiri hiks...aku bangga dengan kalian," tutur Styford dengan air mata yang keluar, membuat Karen dan Catrine menatap datar.

Mulai lagi, pikir mereka secara bersamaan ketika mellihat sifat Kakek mereka yang satu ini.

"Kek, kami ini sudah besar!" seru Karen yang cemberut dan Catrine yang mengangguk setuju.

"Tapi dimata Kakek, kalian tetap cucu kesukaan Kakek," balas Styford tak mau kalah.

"Tapi Kak Tyros dan Kak Kyle juga cucu Kakek, belum lagi Cart yang sudah berumur empat tahun!" Catrine mengernyit heran ketika mendengar satu nama yang tak ia ketahui.

Tyros Nebbia dan Kyle Nebbia Drake dua orang laki-laki berusia delapan belas tahun yang terkenal di kalangan masyarakat ataupun bangsawan.

Tyros adalah Kakak Karen, sedangkan Kyle adalah Kakak Catrine. Keduanya kini tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Contohnya seperti Tyros yang ingin menjadi kepala penyihir seperti Ayahnya, Haris dan Kyle yang sibuk dengan urusan nya sebagai putra mahkota. Satu tahun yang lalu mereka berdua baru saja lulus dari Akademi membuat mereka berdua disibukan dengan tugas mereka.

"Cart?" bingung Catrine, membuat Karen dan Styford terdiam, membuat Catrine semakin curiga.

"Karen, kau belum memberitahu, Catrine?" yang ditanya hanya bisa menyeringai tanpa dosa, membuat Styford menggelengkan kepalanya.

"Ya, Cart, Cart Nebbia Drake, adikmu yang lahir empat tahun lalu."

Catrine langsung membeku, bagaimana tidak? Catrine saat ini sama sekali tak tahu kalau dirinya memiliki seorang adik apalagi empat tahu lalu? Bukankah itu saat Catrine dikirim ke Bumi.

Styford yang tahu kalau Catrine tengah kebingungan karena informasi dadakan yang diberikan olehnya langsung mengangkat tangannya ketika sebuah kereta kuda lewat.

"Tolong antarkan kami menuju restoran terbaik di Kota ini." Dengan cepat ketiga nya langsung menaiki kereta kuda itu.

Hening, tak ada yang membuka pembicaraan hingga....

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau aku sudah menjadi seorang Kakak?" aura mencengkam langsung menguar, membuat siapapun yang merasakan nya akan merasa tercekik, kecuali Styford dan Karen yang hanya menitihkan keringat dingin.

"Salahkan Karen," tunjuk Styford membuat Karen melotot.

"Karen, bisa kau jelaskan ini?"dengan penuh penekanan Catrine langsung menatap Karen dengan sengit.

Karen hanya bisa menghela nafas pelan guna menghilangkan ketegangan nya ketika behadapan dengan Catrine yang tengah marah. "Ketika kau dibawa ke Bumi, Bibi Elina rupanya tengah hamil, sepertinya Paman dan Bibi ingin merahasiakan ini darimu untuk membuat kejutan untukmu yang akan menjadi Kakak, tapi sayangnya pasuka Black forest menyerang Istana dan kau tahu sendiri kelanjutan nya apa."

"Lalu? Kenapa kau tidak memberitahukan ini padaku ketika kau sampa di Bumi?" tatapan tajam masih terlihat jelas di wajah Catrine.

"Maaf, aku lupa memberitahumu, aku juga baru mengingatnya tadi," cicit Karen.

Catrine hanya bisa mengela napas kasar dan menyandarkan dirinya di kursi penumpang, manik birunya kini sudah melihat Kota Leza yang mulai padat, sebelah earphone nya sudah ia pasang kembali, perasaan nya masih kacau ketika tahu kalau dirinya memiliki seorang adik.

"Kakek, adikku itu laki-laki apa perempuan?" tanya Catrine yang masih fokus keluar jendela.

Dia masih kesal rupanya, pikir Styford. Styford hanya bisa menjawab apa yang ditanya cucunya yang satu ini karena tahu kalau Catrine masih marah. "Dia laki-laki dan mirip sepertimu, bisa dibilang dirimu versi laki-laki dan dia akan menjadi kepala keluarga Nebbia yang selanjutnya."

"Tuan, kita sudah sampai di tujuan." Suara kusir terdengar sampai dalam membuat ketiganya sontak turun dari kereta kuda.

Merogoh uang yang ia simpan di saku celananya, Styford lantas memberikan biaya perjalan mereka. Kereta kuda yang mereka tumpangi juga kini sudah menjauh.

"Ayo masuk," ajak Styford yang sudah melangkah masuk diikuti oleh Catrine dan Karen.

Kring!

"Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu Tuan dan Nona?" seorang pelayan pria datang dengan senyuman manis.

"Tolong satu meja di lantai teratas restoran ini," titah Styford datar.

Masih dengan senyumnya, pelayan itu lantas menuntun ketiga nya. "Mari ikuti saya."

***

Kota Leza mulai ramai, hal itu dapat dilihat dari lantai lima Restoran yang tengah mereka tempati dan lantai lima adalah lantai teratas mereka. Suasana di lantai lima pun cukup sepi membuat tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk berdiskusi.

"Jadi, Catrine ujian apa yang sudah kamu berikan ke orang yang menurumu menarik itu?" tanya Styford to the point.

Catrine langsung menoleh dan memperlihatkan cincin perak dengan ukiran rumit yang ia pakai.

"Itu akan aku bahas nanti Kek, alasan kenapa aku menganggapnya menarik karena orang itu bisa mengubah batu penyimpan menjadi cincin seperti ini tanpa menghilangkan kegunaan nya." Styford langsung melotot tak percaya dan kini perhatiannya berfokus kepada cincin perak yang Catrine kenakan.

"Lalu, soal ujian yang aku berikan kepadanya." Catrine lantas mengelurkan koper panjang yang kini membuat Styford melihat kearah koper yang baru saja ia keluarkan dari cincin nya.

Clack!

"Aku menyuruhnya membuat senjata ini dalam waktu setahun dan hasilnya sangat memuaskan, Kakek menurutku dia sangat pantas untuk menjadi pembuat senjata di kediaman Nebbia." Catrine langsung memperlihatkan senapan berwarna hitam itu kepada Styford dan disaat itu pula Styford sudah memasang wajah berbinar.

"Bagus! Dimana kita bisa bertemu dengan orang itu!" seru Styford yang sudah bersemangat.

"Akan kuberitahu nanti Kek, tapi sebelum itu aku ingin sarapan," balas Catrine yang sudah memasukan senapan miliknya kedalam cincin.

"Permisi, ini pesanan kalian. Silahkan dinikmati!" panjang umur, seorang pramusaji datang dan memberikan pesanan mereka bertiga, membuat mau tak mau pembicaraan mereka terhenti.

"Kalau begitu, selamat makan." Dengan begitu ketiganya menikmati pesanan masing-masing tanpa ada yang berbicara.

***

"Disini tempatnya." Kini keduanya tengah berdiri di Toko senjata milik Gill, dengan suasana sepi seperti ini sudah pasti orang-orang tidak akan tahu kalau sang pemilik adalah seorang pembuat senjata yang sangat berbakat.

Kring!

"Selamat datang! Oh, Nona Catrine! Apa yang bisa saya bantu?" sapa Gill dengan senyum ramahnya.

"Ini orangnya, Kek," ucap Catrine, manik biru nya kini menatap Tuan Gill dan menyapanya. "Selamat pagi Tuan Gill, aku disini ingin memperkenalkanmu pada Kakek ku."

Kakek? Kalau Kakek berati, pikir Gill yang langusng tahu siapa orang yang ada di hadapan nya.

"Sungguh sebuah kehormatan bisa bertemu anda, Duke Nebbia!" seru Gill yang sudah berlutut di depan Styford.

"Hahaha! Sepertinya kau sudah tahu siapa aku," tawa Styford ketika melihat Gill yang langsung berlutut.

Siapa yang menyangka kalau seorang Duke Nebbia sekaligus mertua dari Raja Xander bisa berdiri di hadapanku, apalagi ada tiga orang anggota keluarga Nebbia, pikir Gill yang masih terkejut.

"Berdilah Tuan Gill, kami disini dengan tujuan Kakek yang ingin menemuimu," tutur Karen.

"Ha?" Gill bingung, bagaimana tidak? Tentu saja untuk apa seorang kepala keluarga Nebbia datang kemari untuk menemuinya.

Styford tahu kalau Gill kini kebingungan, malah Styford menikmati raut wajah Gill yang kebingungan itu. Sayangnya Catrine langsung tahu niat Styford dan malah menyikut perut Kakek nya, membuat sang empu mengaduh.

"Itu benar Tuan Gill, saya disini ingin menemui anda," tegas Styford karena tak ingin kena amukan cucunya.

"Untuk apa anda menemui saya yang hanya seorang rakyat jelata ini, Yang Mulia Duke?" tanya Gill.

Mendengar balasan Gill sontak saja mengundang tawa keras Styford. "Tak perlu merendah Tuan Gill, justru saya kesini karena saya memiliki sebuah penawaran untuk anda."

Kini raut wajah Styford berubah menjadi lembut, membuat siapapun dapat tahu kalau kepala keluarga Nebbia ini memiliki sisi yang sangat lebut.

"Tuan Gill, aku secara pribadi ingin kau bekerja di kediaman Nebbia sebagai pembuat senjata."

Diam, Gill langsung terdiam, pikirannya masih kacau karena ucapan Styford tadi hingga....

"Saya terima tawaran anda! Sungguh sebuah kehormatan bisa bekerja dengan anda!" seru Gill. Styford tersenyum puas, Karen tersenyum, Catrine hanya tersenyum kecil.

"Bagus! Besok saya harap anda sudah bersiap-siap kereta kuda milik keluarga Nebbia akan datang untuk menjemput anda." Gill langsung mengagguk, tak menyangka kalau dirinya bisa bekerja di kediaman Nebbia yang diinginkan orang-orang.

"Tuan Gill, apa anda memiliki sebuah dagger?" tanya Catrine yang melihat-lihat sekitar.

"Saya memilikinya Nona Catrine, anda bisa tunggu sebentar."

Hening. Tak ada yang membuka suara hingga sebuah decakan kagum keluar dari mulut Styford. "Luar biasa, aku tak menyangka bisa membawa seorang jenius kedalam Nebbia, sepertinya aku sangat beruntung."

Sedangkan Karen? Jangan ditanya lagi, dirinya kini tengah gelisah akibat Catrine yang masih marah kepadanya karena baru diberitahu tentang adiknya.

"Catrine," panggi Karen.

"...." tidak ada jawaban, kali ini Catrine benar-benar mengabaikannya.

"Catrine, aku minta maaf," ucap Karen yang kini tertunduk.

"Hah...!" helaan napas kasar keluar dari mulut Catrine, lantas Catrine membalikan badan dan kini, keduanya dalam posisi berhadapan.

"Jangan ulangi lagi, kalau ada sesuatu yang penting atau menyangkut keluarga segera beritahu aku." Karen lantas tersenyum sekaligus lega Catrine mau memaafkan nya.

"Tapi, kalau kau mengulanginya lagi, awas saja! Aku akan langsung menghampirimu dan membekukan mu di tempat." Tatapan tajam langsung dilayangkan Catrine.

Karen langsung mengagguk cepat disertai wajah yang sudah pucat pasi.

"Nona Catrine, ini pesanan anda," ucap Gill yang menyerahkan sepasang  dagger.

Dagger itu memiliki warna hitam di gagang nya, dengan bilah tajam. Sekilas, seringai kecil muncul di wajah Catrine. Tanpa ada yang menyadarinya.

"Anda bisa mencobanya, kalau ada sesuatu yang kurang saya akan berusaha untuk menyesuaikan nya."

Catrine mengangguk dan langsung mencabut dagger itu dan melakukan beberapa gerakan sederhana.

"Tidak, ini sesuai dengan yang saya inginkan, terimakasih Tuan Gill," ucap Catrine yang kembali menyarungkan pisaunya dan memasukan benda itu ke dalam cincin.

"Ini uang nya Tuan Gill," ucap Catrine yang menyerahkan satu koin emas dan langsung ditolak oleh Gill.

"Anda tidak perlu membayarnya Nona, anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih saya karena anda sudah membantu saya selama ini." Catrine hanya bisa tersenyum kecil."Terimakasih."

"Nah, Tuan Gill kami permisi dulu dan ingat, anda harus sudah berkemas karena kereta kuda Nebbia akan datang besok," ucap Styford.

"Baik!" seru Gill yang langsung memasang posisi tegak.

***

"Catrine, untuk apa kau membeli dagger? Bukankah kau sudah memiliki busur dan senapa?" tanya Karen. Kini ketiganya tengah berjalan di tengah Kota, jika kalian tanya kenapa? Itu karena Styford yang bilang ingin melihat-lihat Kota yang ditinggal keduanya satu tahun terakhir ini.

"Kau bodoh, ya?" sarkas Catrine, dengan sekali lihat Karen langsung tahu kalau sepupunya ini tengah mengejeknya.

"Hei! Aku hanya bertanya!" protes Karen.

"Kalau begitu pikirkan sendiri."

"Sialan!" umpatan langsung keluar dari mulut Karen, membuat Catrine bersorak dalam hati karena bisa membuat sepupunya jengkel.

"Itu karena busur dan senapan termasuk senjata jarak jauh, Catrine sepertinya khwatir kalau dirinya tidak bisa menggunakan kedua senjatanya." Sebuah jawaban Kare dapatkan dari Styford. Karen hanya termangut-manggut mengerti.

"Lihat, Kakek saja dapat menjawabnya," ejek Catrine.

"Diam!" seru Karen yang mulai jengkel.

"Sudah-sudah, kalian jangan berdebat terus, Kakek lelah melihat kalian seperti ini," keluh Styford yang sudah memegang kening nya.

Catrine dan Karen langsung diam, karena kalau mereka sampai membuat Kakek mereka marah, hukuman yang akan mereka dapatkan adalah menjadi lawan latih tanding untuk Kakek nya dan itu adalah hal yang paling mereka benci.

Bagaimana tidak? Kakeknya kalau sudah mengajak latih tanding pasti tidak akan segan-segan, sampai saat ini hanya Tyros, Kyle dan mereka berdua yang bisa meladeni latih tanding itu, para ksatria Nebbia juga pasti akan langsung tumbang ketika berhadapan dengan Kakek mereka.

Kini matahari sudah berada di puncaknya, beberapa orang ada yang mengeluh dan itu semua adalah bangsawan. Para warga yang memang tinggal disini hanya diam karena sudah terbiasa dengan panasnya.

"Kalian berdua kapan akan pulang?" tanya Styford.

"Seusai penelusuran, kami akan pulang Kek," jawab Catrine.

"Baguslah. Kalian tahu, Kyle dan Tyros selalu saja bertanya kepada Kakek kapan kalian akan pulang, Kakek cukup salut dengan mereka berdua karena masih bisa fokus dengan tugas mereka."

"Biarkan saja mereka Kek, Kak Tyros dan Kak Kyle selalu saja berlebihan," balas Karen yang sudah memutar bola matanya malas.

"Aku setuju," timpal Catrine.

"Hahaha! Sungguh, aku ingin sekali bilang ini kepada mereka berdua, terutama Kyle yang dari kecil selalu overprotektif terhadapmu, Catrine," tutur Styford, membuat Catrine meringis dalam hati.

Sungguh, kalau bisa Kak Kyle tidak perlu tahu aku pulang, runtuk Catrine dalam hati.

"Kakek, jangan pernah beritahu siapapun kalau aku dan Karen sudah pulang," tandas Catrine dan Karen mengagguk setuju.

"Baiklah, Kakek tidak akan memberitahu," balas Styford membuat Catrine dan Karen bersorak dalam hati.

"Tapi hanya sampai penelusuran kalian selesai," lanjut Styford membuat keduanya terdiam.

"Tapi Kek-"

"Tidak ada tapi-tapian," tegas Styford yang memotong ucapan Karen.

"Hah...!" keduanya menghela nafas kasar secara bersamaan karena tak bisa membujuk sang Kakek.

➢➢➢

Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top