➛Misi Pertama
Langit berawan di pangi yang sejuk, matahari tak terasa panas menyengat karena angin berhembus dengan lembut, daun-daun menmpel di ranting pohon ikut terbang, mengikuti arus angin.
Ini adalah hari ketiga dimana Catrine dan Karen sampai di Element World, sekaligus hari terakhir mereka menginap di penginapan Otalia milik Eliza, dengan pakaian kasual yang mereka beli kemarin sore sebelum pulang Karen dan Catrine kini memakai gaun berwarna ungu dan abu-abu yang sederhana yang bisa membuat orang-orang mengira kalau mereka hanya rakyat jelata. Kini mereka keluar dari kamar dengan barang-barang mereka yang sudah mereka masukan ke dalam cincin Catrine.
"Selamat pagi Nona Catrine, Nona Karen," sapa Eliza yang baru saja memberikan pesanan kepada salah satu pelanggan.
"Selamat pagi juga, Eliza," balas Karen dan anggukan singkat Catrine.
"Eliza, kami akan pergi sekarang. Terimakasih untuk pelayanannya, aku cukup puas," tutur Karen.
"Terimakasih karena kamu sudah menunjukan toko senjata terbaik," ucap Catrine. Karen yang mendengar sepupunya mengucapkan kata 'terimakasih' langsung menoleh dan menatap Catrine dengan tatapan tak percaya.
Catrine yang sadar kalau dirinya ditatap Karen langsung ikut menoleh. "Apa?"
Karen hanya menggelengkan kepalanya pelan, Siapa yang sudah merasuki sepupu es ku ini hingga dapat mengucapkan kata terimakasih terhadap orang lain, begitulah isi kepala Karen.
"A-ah, saya hanya melakukan hal yang biasanya, seharusnya saya berterima kasih terhadap kalian berdua terutama Nona Catrine yang sudah membantu saya dan sepupu saya," ucap Eliza yang sudah gelapan karena dirinya sudah tahu kalau Karen dan Catrine adalah anggota keluarga Nebbia.
"Sampai jumpa lagi Eliza! Kuharap pertemuan kita yang selanjutnya kau dapat berbicara dengan santai kepada kami berdua!" seru Karen yang sudah keluar dari penginapan diikuti oleh Catrine.
Suasana Kota Leza masih ramai, banyak orang-orang yang berlalu-lalang, para pedagang sibuk mengangkut barang dagangan mereka dari kereta kuda. Para bangsawan yang datang sibuk dengan kegiatan mereka yang bisa membuang-buang uang secara percuma.
"Kau sudah tahu kita akan tinggal dimana?" tanya Karen yang memecah keheningan diantara keduanya.
"Di bagian utara kota Leza, disana Kakek sudah membelikan kita satu rumah," jawab Catrine dan Karen langsung melotot tak percaya. "Ha?! Sejak kapan Kakek tahu kalau kita sudah kembali?"
"Kemarin, Wren datang kepadaku dan langsung memberikan surat dari Kakek, tadi malam juga aku meminta Kakek untuk membelika kita rumah yang akan kita pakai hari ini dan aku baru dapat balasan nya tadi pagi," jelas Catrine datar sekaligus memperlihatkan dua amplop yang berasal dari Kakek mereka. Dengan cepat Karen langsung merebut kedua amplop itu dan membacanya, urat-urat halus langsung muncul di jidat Karen dan Catrine hanya acuh,
"Lalu? Kenapa kau tidak memberi tahuku?!" kesal Karen. Catrine hanya mengendikan bahu. "Merepotkan."
"Kau ini!" Karen berseru tertahan.
"Kakek memberi pesan kepada kita kalau menemukan orang yang menarik untuk diberi tahu kepadanya," ucap Catrine yang sudah mengganti pembicaraan.
"Apa kau sudah menemukannya? Kau tahu kan kalau Kakek seperti apa orangnya," bisik Karen.
"Tentu dan kini orang itu sedang aku tes kemampuan nya, kalau orang itu sanggup melakukan apa yang aku pinta dia akan langsung aku rekomedasikan ke Kakek."
"Kuharap orang yang kau temui itu bisa melakukannya," gumam Karen yang masih bisa didengar Catrine.
***
"Nona Blue, Nona Cat, selamat pagi! Apa kalian ingin mengambil misi pertama kalian?" tanya Rea sang respsionis wanita yang kemarin memberi arahan mendaftar kepada Catrine dan Karen.
Mereka berdua kini berada di Guild Petualang untuk mengambil misi pertama mereka, topeng kucing yang digunakan untuk menutupi identitas suda mereka pakai. Semenjak kemarin mereka berdua memutuskan untuk selalu membawa topeng kucing itu dimanapun dan kapanpun itu. Pakaian mereka pun sudah berganti dari gaun menjadi kemeja putih dengan celana hitam panjang, sepatu boot berwarna coklat yang serasi dengan pakaian yang mereka pakai.
"Ya, apa kau memiliki misi untuk kami berdua, Rea?" tanya Karen yang sudah memanggil Rea dengan akrab.
"Tunggu sebentar." Rea lantas membuka beberapa buku yang berisi permintaan para penduduk.
"Ini dia! Mungkin ini cocok untuk kalian berdua Nona Cat, Nona Blue!" seru Rea bersemangat.
"Apa misinya?" tanya Catrine yang malas mendengar ocehan Karen, belum lagi Rea yang sepertinya sama berisiknya seperti Karen.
"Di bagian barat hutan Leux, terdapat banyak pohon dan tanah yang hangus, para petualang rank B yang diberikan misi ini langsung menghilang dan tak kembali. Kami mengira kalau ini terjadi akibat seekor moster yang memiliki rank A, tugas kalian adalah mencari tahu monster apa itu dan membunuhnya," jelas Rea panjang.
"Berapa imbalannya?" tanya Catrine yang tertarik dengan misi yang diberikan.
"Sepuluh koin emas," jawab Rea.
"Kami terima misi itu,"terang Catrine yang berjalan keluar dari Guild, diikuti oleh Karen.
***
Hening.
Tak ada suara apapun di dalam hutan Leux, Catrine dan Karen yang tengah mengawasi hutan dari atas pohon terus mengawasi apa yang sedang terjadi. Karen yang siap dengan tombak nya, sedangkan Catrine yang siap dengan busur miliknya, panah? Itu tidak diperlukan karena Catrine akan menggunakan sihir nya untuk membuat anak panah.
"Ini tidak wajar," gumam Karen yang masih di dengar oleh Catrine.
"Kau benar, seharusnya masih ada beberapa Magical Animal yang berkeliaran disini," timpal Catrine, manik biru nya bercahaya menandakan dirinya mengaktifkan ability see the aura.
"Tapi, kemana mereka semua pergi? Seolah-olah mereka tengah bersembunyi atau kabur dari sesuatu yang berbahaya," cetus Karen, yang masih fokus melihat sekitar.
"Karen diam! Ada yang datang." Mendengar ucapan Catrine langsung membuat Karen diam dan mengikuti arah pandang Catrine yang mengarah ke arah utara.
Srak!
"Pantas saja para petualang rank B tidak ada yang kembali," bisik Karen yang tengah melihat monster yang baru saja muncul.
"Ghoul," desis Catrine. Sekumpulan Ghoul yang cukup besar kini tengah berjalan entah kemana hingga....
"Gawat! Mereka mengarah ke Kota Leza," gumam Catrine yang sudah bersiap dalam posisi memanah, mau bagaimana pun mereka berdua harus bisa membunuh sekumpulan Ghoul ini.
"Karen, aku buat kabut untuk menghalangi pandangan mereka," tutur Catrine.
"Kalau kita buat kabut, bukankah aku akan kesulitan?" tanya Karen yang sadar akan akibat dari membuat kabut, yaitu dapat menghalangi pandangan Karen sendiri.
"Kemarilah," titah Catrine yang menyuruh Karen untuk mendekat. Kini mata mereka berdua berhadapan. Bagaikan mendapat aliran mana yang mengalir ke dalam matanya Karen lantas langsung menjauh.
"Ini," ucap Karen yang tengah terkejut.
"Cat, kenapa aku bisa melihat aura sekitar?" tanya Karen yang masih terkejut karena bisa melihat aura sekitar miliknya. Catrine hanya menatap datar Karen dan menjelaskan apa yang baru saja ia lakukan. "Aku sedikit memberikan manaku padamu, kau kini bisa melihat aura walau hanya sementara."
"Karen bersiaplah, aku akan mulai membuat kabut." Karen langsung bersiaga. Tangan Catrine langsung terulur keatas.
Brzz!
Sebuah bongkahan es langsung keluar dari telapak tangan Catrine dan langsung melesat keatas, tak berselang lama sebuah bola api biru juga ikut melesat membuat keduanya bertabrakan membuat es itu mencair dan menjadi kabut yang cukup tebal.
"Sekarang!" teriak Catrine.
Crash!
Dua Ghoul langsuung tumbah ketika berhadapan dengan tombak milik Karen, tak sampai disitu Karen langsung melesat dan membunuh Ghoul yang ia lihat hingga tak sadar kalau ada Ghoul lain yang berdiri di belakang Karen, hendak menyerang.
Wush!
Ghoul yang hendak menyerang langusng hangus terbakar secara tiba-tiba, Karen langsung menoleh ke belakang dan melirik kearah pohon yang menjadi tempat persembunyian dirinya dengan Catrine.
Disana, Catrine sudah memasang siap dengan busur dan panah api biru yang siap ditembak kapan saja.
"Dia itu," gumam Karen yang menyeringai dan kembali fokus membunuh Ghoul yang lain.
Crash!
Whosh!
Tebasan dan lesatan anak panah terus mereka lakukan, hingga dua jam setengah berlalu, Karen mulai terengah-engah karena sudah hampir mencapai batas, sedangkan Ghoul yang mereka lawan masih tersisa setengah.
Catrine yang melihat kondisi Karen yang mulai tengah-engah dengan cepat langsung melompat dari atas pohon, mendarat tepat di belakang Karen seraya menepuk pelan pundaknya. "Kerja bagus Karen, serahkan sisanya padaku."
Karen hanya tersenyum seraya, membalas tepukan pundak Catrine. "Kuserahkan padamu."
Karen mulai berjalan menjauh seraya menebas Ghoul yang menghadang jalannya. Suhu di sekitar Catrine mulai dingin, beberapa butiran salju mulai turun.
"[Cold air blows]." Kabut yang awalnya menutupi pandangan kini sudah berubah menjadi udara dingin yang membekukan apapun, para Ghoul yang dalam radius serangan Catrine langsung membeku dan hancur, menyisakan pohon-pohon yang membeku dalam radius lima ratus meter.
"Seperti biasa, sekali kau mengeluarkan sihir es mu pasti dampaknya luas," celetuk Karen yang muncul di belakang Catrine.
"Ya, dan itu alasan mengapa aku lebih suka menggunakan senjata untuk menyerang daripada sihir."
"Lalu? Kenapa kamu menggunakan sihir es mu saat tes kemarin?" tanya Karen yang mengernyitkan dahi.
"Hanya ingin mencoba seberapa kuat sihir es ku saat ini." Jawaban yang diberikan Catrine langsung membuat Karen geleng-geleng kepala.
"Sudahlah ayo kita pergi, jangan lupa bawa lima kepala Ghoul yang sempat kau tebas," titah Catrine yang sudah berjalan menjauh dari lokasi.
"Dasar," gumam Karen yang juga ikut menyusul Catrine dengan tangan kanan yang membawa lima kepala Ghoul dan tangan kiri yang masih memegang tombak.
***
"Rea, kami selesai dengan misinya," ucap Karen yang langsung menyerahkan lima kepala Ghoul, membuat Rea memekik kaget akibat kepala Ghoul yang tiba-tiba ada di atas mejanya.
"Ghoul? Tapi kenapa hanya lima?" bingung Rea karena dirinya tahu tidak mungkin lima Ghoul bisa menghabisi para petualang rank B.
"S-sebenarnya yang kami lawan itu sekelompok Ghoul yang jumlahnya cukup banyak, aku menebas setengah dari sekelompok Ghoul itu, lalu sisanya B-blue membekukan nya," cicit Karen membuat Rea melongo.
"Kalau kau tak percaya, kau bisa pergi kesana, dalam radius lima ratus meter kau bisa melihat pohon-pohon yang membeku akibat ulahku," sela Catrine. Rea hanya bisa menghela nafas pelan dan mengeluarkan sebuah kantung kecil berisi sepuluh koin emas.
"Ini bayarannya, soal kalian yang sudah menghabisi sekelompok Ghoul itu aku percaya."
Muka Karen langsung cerah dan menerima kantung itu dan dimasukan ke dalam cincin Catrine agar aman.
"Apa masih ada misi yang lain?" tanya Catrine datar.
"Apa?! Blue kau tak lelah setelah melawan sekelompok Ghoul?" tanya Rea yang terkejut.
Catrine hanya menggeleng pelan seraya menunjuk Karen. "Tidak, lagipula manaku masih banyak, kalau Cat aku tak tahu dia masih kuat atau tidak."
"Hei! Tentu saja aku lelah, kalau kita lanjut yang ada kau akan dikira monster karena tidak merasa lelah setelah melawan sekelompok Ghoul!" seru Karen.
"Oh, jadi kau ingin bilang kalau aku monster?" tanya Catrine yang masih tak menunjukan emosi nya.
"Bukan begitu! Aku tahu kalau kau kuat dan memiliki kapasitas mana yang banyak, tapi aku tidak sama sepertimu, aku itu pengguna tombak yang membutuhkan banyak energi," jelas Karen. Catrine langsung diam.
"Oke, kita istirahat dulu." Karen langsuung menghela nafas lega tapi hanya sesaat sebelum Catrine melanjutkan perkataan nya. "Hanya dua puluh menit, setelah itu kita kembali melanjutkan misi."
"Dasar gila!" teriak Karen. Rea yang melihat keributan kecil yang diantara keduanya hanya terkekeh pelan karena baginya perdebatan antara keduanya cukup menghiburnya disela-sela pekerjaan nya yang banyak.
➣ ➣ ➣
Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top