➛Mengendalikan dan Melatih

Tegang.

Suhu di taman belakang Istana mulai menurun secara perlahan, beberapa pohon dan bunga mulai membeku, angin dingin pun mulai berhembus bersamaan dengan salju yang tak seharusnya turun dari semua kejadian itu hanya ada satu penyebabnya.

Cart. Anak itu sepertinya baru mengetahui kalau dia memiliki atribut es yang terkenal langka dan tadi pagi saat sarapan, atribut miliknya lepas kendali membuat Catrine mau tak mau membawanya menjauh dari yang lain agar mereka tak terkena dampak atribut es yang tak terkendali.

Hanya sedikit buku yang membahas bagaimana mengendalikan atribut es yang sangat susah dikendalikan karena kebanyakan buku hanya memberitahu kalau atribut es disebut atribut 'pengekang' karena bisa menahan atribut seseorang yang tak tekendali.

Mereka tak tahu kalau atribut es pun bisa lepas kendali dan hanya satu cara untuk mengendalikan atribut es yang tengah hilang kendali. Catrine menemukan caranya ketika tak sengaja membaca buku kuno milik Frank yang tak sengaja ia temuka di loteng rumah.

Masih mempertahankan ability see the aura miliknya agar dapat mengetahui kondisi Cart, Catrine secara lembut mengusap surai putih milik adiknya yang merintih kesakitan. Tangan satunya ia gunakan untuk menggenggam tangan Cart yang tarasa dingin. Perlahan tapi pasti sebuah cahaya lembut mulai bersinar di genggaman mereka berdua.

Mereka berdua tak menyadari kalau sudah ada banyak pelayan, ksatria yang melihat kejadian ini. Derap langkah kaki terdengar, para pelayan dan ksatria langsung membungkuk hormat ketika tahu yang datang kemari adalah Xander, Elena, Haris, Auri, Kyle, Tyros dan Karen.

Elena yang ingin kembali berjalan memasuki area taman yang bagaikan diterjang badai salju langsung dihentikan oleh Xander.

"Kenapa kau menghentikanku?" tanya Elena, raut wajah cemas tak bisa ia sembunyikan ketika melihat kedua anaknya berada dalam badai salju.

"Kalau kau masuk kesana, kau akan membeku. Kita baru tahu kalau Cart memiliki artibut es, belum lagi atribut nya hilang kendali, satu-satu nya cara adalah mempercayakan Cart pada Catrine," jelas Xander.

"Tapi mereka berdua anakku! Mana mungkin aku membiarkan mereka berada dalam badai ini!" amuk Elena.

"Elena, tolong percayakan Cart pada Catrine." Kali ini Haris yang angkat bicara.

"Kakak!" seru Elena marah, wajahnya pun sudah merah padam akibat emosi yang sudah ia tahan.

"Aku tak peduli apa yang terjadi padaku! Selama anakku baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku!" kesabaran Elena sudah habis. Kakinya sudah mulai melangkah masuk, tapi sayang, seseorang sudah menghantam tengkuk nya hingga sang empu pingsan.

"Maafkan aku, Elena," bisik Xander yang menggendong Elena ala brindal style.

"Aku akan segera kembali." Dalam sekejap Xander sudah menghilang, menyisakan Haris, Auri, Kyle, Tyros dan Karen.

***

Sedikit lagi, pikir Catrine yang masih menyalurkan mana nya pada Cart.

Ya. Menyalurkan mana adalah satu-satunya cara untuk mengendalikan atribut es yang tak terkendali, bukan sembarang menyalurkan mana. Menyalurkan mana memiliki sebuah syarat dan itu adalah yang menyalurkan nya harus memiliki atribut yang sama.

Tak mudah menyalurkan mana kepada seseorang karena pengendalian nya harus sempurna, kalau tidak, resiko yang di dapat adalah kematian. Seram? Tentu iya, tapi bagi Catrine yang melihat Cart yang seperti ini membuat hatinya sakit.

Apa ini yang disebut kasih sayang seorang Kakak? pikir Catrine yang masih fokus menyalurkan mana nya.

Setengah jam sudah berlalu, badai yang awalnya menerjang taman Istana mulai berhenti, pohon dan bunga yang membeku mulai mencair, ditambah atribut es milik Cart yang sempat hilang kendali kini mulai tenang. Catrine menghela nafas lega dan mulai berhenti meyalurkan mana nya.

"Kak Catrine," panggil Cart lirih. Dada kirinya yang sempat sakit kini mulai merasa baikkan. Manik biru miliknya pun mulai mengejab-ngejab karena sempat hilang kesadaran. Hal pertema yang ia lihat adalah pemandangar Catrine yang tersenyum.

Tes!

Mata Cart langsung membulat ketika melihat darah yang keluar dari mulut Catrine dan menetes tepat di wajah nya.

"Syukurlah," lirih Catrine. Dalam sekejap Catrine sudah kehilangan kesadaran dengan posisi yang menghadap Cart.

"Kak!"

"Kak Catrine!" teriak Cart yang mengguncang-guncang tubuh Kakak nya yang hilang kesadaran, air mata nya langsung tumpah dan dirinya mulai terisak.

"Catrine!" seru Karen yang berlari menghampiri Catrine dan Cart disusul dengan yang lain.

"Hiks...tolong Kak Catrine," isak Cart. Karen lantas mengelus surai Cart dengan lembut dan memeluk nya. "Kau tenang saja, Kakakmu itu kuat, jadi kau tak perlu khawatir."

Hup

Sosok Xander langsung muncul di samping Cart, membuat Cart sempat terkejut sesaat dan langsung digantikan dengan tangisan yang lebih keras.

"Ayah! Kak Catrine hiks...tolong Kak Catrine." Xander mengelus surai Cart lembut, guna menenangkan nya yang masih histeris akan Catrine yang pingsan.

"Cart tenang saja, Ayah akan melakukan yang terbaik." Usai mengucapkan hal itu Xander langsung membopong tubuh Catrine ala brindal style dan men-teleport menuju kamar Catrine.

Membaringkan nya dengan lembut di atas kasur, Xander langsung memerintahkan Marry untuk memanggil dokter kerajaan. Manik biru yang sama seperti Catrine dan Cart kini menyendu ketika menatap Catrine yang tak sadarkan diri. Darah yang sempat menetes telah ia usap dengan tangan nya sendiri.

"Ayah harap kau cepat sadar, Catrine," lirih Xander seraya mengelus suari putih Catrine. Warna rambut khas kerajaan Lyos.

"Yang Mulia, saya sudah memanggil dokter kerajaan," ucap Marry yang muncul dibalik pintu bersama seorang pria yang memakai jas putih.

"Kau boleh pergi." Marry langsung membungkukkan badan dan menghilang di balik pintu yang sudah tertutup. Menyisakan dia dengan dokter itu.

"Gray, bisa kau periksa kondisi putriku?" Xander menoleh kearah dokter itu.

Gray, dokter kerajaan itu langsung mengagguk dan berjalan menghampiri kasur king size yang ditiduri Catrine. Memeriksa nya dengan teliti, Gray hanya bisa menghela napas pelan dan menoleh kearah Xander.

"Putrimu kehabisan banyak mana dan wajar saja kalau dia kehilangan kesadaran," jelas Gray.

"Hahhh!" helaan nafas gusar langsung di keluar dari mulut Xander. Surai putih yang awalnya rapih kini mulai berantakan karena Xander yang mengacak-ngacak nya.

"Sebenarnya kenapa putrimu ini bisa kehilangan banyak mana, Xander?" tanya Gray.

"Cart, putra keduaku. Dia memiliki atribut es dan tadi hilang kendali. Catrine yang menyadari nya lebih dulu langsung membawanya ke taman belakang Istana dan menolong Cart yang hilang kendali. Sepertinya Catrine menyalurkan mana nya untuk Cart," jelas Xander yang duduk di tepi kasur.

"Wow! Menyalurkan mana?! Putrimu ini pasti memiliki banyak kapasitas mana dan pengendalian yang sempurna hingga berani mengambil keputusan seperti itu," decak Gray kagum dan langsung di hadiahi tatapan sengit dan Xander.

Gray hanya bisa tersenyum kikuk, dan berjalan menghanpiri Xander. Menepuk pundak nya pelan.

"Kau tenang saja, menurut pemeriksaanku putrimu akan sadar dua atau tiga hari lagi karena dia yang tengah mengumpulkan mana kembali," jelas Gray.

"Ya. Aku percaya, kalau Catrine akan segera sadar," ucap Xander yang mengelus kembali mengelus surai putih Catrine.

"Yasudah, kalau begitu aku pergi dulu," ucap Gray yangg berjalan keluar ruangan. Menyisakan dirinya dengan Catrine.

***

Tiga hari sudah berlalu dan di tiga hari itu pun suasana kerajaan Lyos yang sangat suram karena Catrine yang masih belum sadarkan diri.

Cart yang paling murung diantara semuanya, selalu memaksa untuk tidur dan merawat Catrine selama tiga hari itu. Elena terkadang menangis dalam diam dan langsung ditenangkan Xander, Haris hanya diam dengan Auri dan Karen yang menampilkan aura suram yang terlihat.

Tyros sama seperti Haris, Kyle? Jangan ditanya, dirinya bisa dibilang orang yang memiliki aura paling suram nomor dua setelah Cart, beberapa pekerjaan nya sempat ia tunda karena ikut merawat Catrine bersama Cart.

Kejadian tentang Cart yang hilang kendali pun sudah dirahasiakan, pelayan dan ksatria yang melihat kejadian itu langsung dihilangkan oleh sihir Haris, mereka hanya tahu kalau Catrine tak sadarkan karena kalah sehabis latih tanding dengan Kyle. Selain itu kabar tentang Catrine yang tak sadarkan diri juga sudah sampai di telinga Styford, respon yang diberikannya dirina yang langsung datang melalui teleport tepat di kamar Catrine.

"Kak," lirih Cart yang menggenggam tangan Catrine. Walau baru bertemu tiga hari, Cart sudah langsung tahu kalau Kakak perempuan nya sangat menyayangi nya dan itu dibuktikan dari Kakak nya yang rela menyalurkan mana untuknya yang hilang kendali. Dari kejadian itu Cart sudah bertekad untuk melindungi Kakak nya dari bahaya apapun.

"Eungh...." sebuah erangan kecil terdengar di kamar yang sunyi ini, membuat Cart langsung menolot dan menoleh kearah Catrine. Manik biru milik Catrine yang tiga hari sudah tertutup kini mulai mengejap-ngejap pelan.

Sosok yang pertama kali dilihat Catrine adalah sosok Cart yang tengah menahan tangis.

"Cart," lirih Catrine.

Bruk!

Tanpa aba-aba Cart langsung menghamburkan dirinya kedalam pelukan Catrine dan terisak. "Hiks...Kak Catrine hiks...."

Rasa tekejut yang menggerogoti Catrine ketika mendapat pelukan Cart langsung hilang, digantikan dengan kekehan pelan, tangan nya ia gunakan untuk membalas pelukan Cart sekaligus mengelus surai nya.

"Hei, lihat, Kakakmu ini baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir lagi Cart," ujar Catrine dengan nada lemah karena baru saja sadar.

"Hiks...bagaimana aku tak kahwatir Kak! Kakak sudah tidak sadar selama tiga hari!" Catrine langsung tersentak ketika mendengar ucapan Cart.

Tiga hari? Apa selama itu aku tak sadarkan diri? Pikir Catrine.

"Kak, lain kali tolong jangan membahayakan nyawa Kakak seperti itu," ucap Cart yang masih setia memeluk nya.

"Maaf Cart, Kakak tak bisa melakukan permintaan itu,"sesal Catrine dengan mata sendu nya.

"Kenapa?!"

"Kakak tak bisa memberitahumu, tapi Kakak akan berjanji akan satu hal."

"Apa itu?"

"Kau akan menjadi orang pertama yang akan Kakak temui, bagaimana?"

"Janji?!" mata Cart langsung berbinar dan dibalas dengan anggukan. "Tentu saja."

"Oh ya! Kakak tunggu disini, aku akan memberitahu Ayah, Ibu dan Kak Kyle kalau Kakak sudah sadar," ujar Cart yang turun dari kasur dan berlari menuju pintu kamar.

"Ya. Kakak akan menunggumu." Dengan begitu Cart langsung menghilang dibalik pintu, menyisakan Catrine yang bangkit dari tidur nya dan menyandarkan diri di kepala kasur.

Brak!

Catrine langsung tersentak dan menoleh kearah sumber suara. Disana berdiri Kyle dengan napas terengah-engah.

"Kak Kyle," panggil Catrine yang tersenyum simpul. Kyle langsung berlari dan memeluk Catrine dengan erat, membuat sang empu tekejut.

"Kak," panggil Catrine yang masih tekejut. Tak berselang lama Xander dan Elena muncul dengan kondisi terengah-engah.

"Ayah, Ibu. Bisa bantu aku untuk melepas pelukan Kak Kyle." Bukannya menuti permintaan Catrine. Elena dan Xander malah ikut memeluknya dengan erat. Membuatnya tekejut.

"Biarkan seperti ini dulu," lirih Kyle yang masih didengar oleh Catrine yang mau tak mau menerima pelukan tiba-tiba ini.

Lima menit sudah posisi pelukan itu dilakukan. Kini mereka berlima dengan Cart yang baru saja datang masih berdiam diri di kamar Catrine.

"Cart, kemari," titah Catrine seraya menepuk-nepuk kasur nya pelan dan langsung dituruti.

"Hanya Cart? Bagaimana denganku?" tanya Kyle yang menunjuk dirinya sendiri.

"Kakak diam saja disitu, lagipula aku hanya ingin Cart." Jawaban pedas dari Catrine langsung membuat Kyle tertohok.

"Bagaimana dengan Ayah?" kali ini Xander juga ikut-ikutan, Catrine langsung membalas nya dengan tatapan polos.

"Bagaimana apanya? Ayah juga diam saja disitu, lagipula sejak kapan Ayah jadi manja begini?" Xander langsung membeku ketika mendengar penuturan putrinya, Elena hanya bisa tetawa pelan ketika melihat ekspresi suaminya yang jarang ia lihat.

Kyle dan Xander langsung menatap tajam Cart yang juga tersenyum culas kearah keduanya. Seolah-olah bilang kalau dia adalah pemenang untuk mendapatkan perhatian Catrine.

"Bagaimana kondisi atributmu? Apa sudah tekendali?" tanya Catrine lembut.

"Umh, Paman Haris bilang kalau atributku sudah tekendali, hanya tinggal melatihnya," jawab Cart dengan mata berbinar.

"Begitu ya, bagaimana kalau Kakak yang melatihmu?" mendengar tawaran Kakak nya Cart sontak mengangguk cepat dengan mata yang lebih berbinar saking antusiasnya.

"Bagus! Kalau begitu besok kita mulai latihan nya pukul delapan pagi," ucap Catrine.

"Tidak boleh! Kau masih sakit, kau harus istirahat," sela Kyle dan disetujui oleh Xander yang juga enggan akan keputusan Catrine.

Catrine memutar bola matanya malas ketika melihat Kakak dan Ayah nya yang memasang wajag enggan. "Oh ayolah! Aku hanya melatih, lagipula hanya manaku saja yang belum pulih, kalau aku istirahat sekarang, manaku pasti sudahh pulih lagi besok."

"Catrine benar, mana akan lebih cepat pulih kalau pengguna nya istirahat, jadi kalian jangan menyuruhnya seperti itu, lagipula menurutku menyerahkan Cart dalam pelatihan Catrine bukanlah ide yang buruk," ujar Elena yang berada satu kubu dengan Catrine.

"Lihat! Bahkan Ibu saja tahu dan mendukungku," sengit Catrine.

Xander dan Kyle langsung terdiam, menandakan mereka berdua sudah kalah akan argumen Catrine karena Elena yang setuju dengan usulan melatih Cart. Mereka tidak berani membatah Elena karena menurut mereka membuat Elena marah akan menjadi bencana bagi mereka berdua terutama Xander.

➢➢➢

Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top