➛Kompetisi Berburu dan Keributan

Udara dingin mulai terasa, daun-daun yang awalnya berwarna hijau kini mulai kemerahan dan beberapa ada yang berguguran karena kini tengah musim gugur.

Suasana hening kini memenuhi ruang makan yang diisi oleh Catrine dan keluarganya. Hanya terdegar suara pisau dan garpu yang bergesekan dengan piring. Xander yang selesai pertama dan disusul yang lain lantas mengelap bibirnya dengan serbet.

"Catrine, Karen," panggil Xander.

Keduanya lantas menoleh, menatap Xander dengan tatapan seolah mengatakan 'apa?'

"Apa kalian ingin belajar di Akademi?" tawar Xander.

"Apa nama Akademi itu?" tanya Catrine.

"Sky Night Akademi," jawab Haris datar.

"Jadi, apa kalian ingin ikut? Kalau kalian ingin ikut kalian bisa mengikuti tes masuknya, hanya saja kalian akan tertinggal materi pembelajaran."

Mendapat tawaran dari Xander membuat Catrine menimang-nimang.

"Bukankah putra John belajar di Akademi itu juga?" ucapan Elena membuat Catrine menoleh kearah sang Mama. "Apa yang Mama maksud Nicolas Skyer?" tanya Catrine memastikan.

Elena mengangguk meng'iya'kan, membuat Catrine tersenyum tipis dan melirik kearah Karen yang terdiam.

"Boleh juga, aku ingin masuk Akademi," putus Catrine.

Xander tersenyum tipis, "kalau begitu persiapkan dirimu untuk mengikuti tes nya, usahakan untuk mendapat nilai tinggi."

"Tentu saja, memangnya aku mau dikalahkan begitu saja? Maaf saja, kata mengalah dalam ujian atau pertempuran tak ada dalam kamusku," ucap Catrine datar.

Elena menghela napas pelan. Jengah ketika melihat interaksi putrinya dengan sang suami yang terkesan datar. "Kalian ini bisa tidak jagan terlalu datar, aku tak ingin keluargaku isinya manusia es."

Auri yang duduk dihadapan tertawa pelan. "Sepertinya keluargamu dan keluargaku tak ada bedanya, Elena."

Yang Auri maksud adalah Haris dan Tyros yang juga memiliki sifat dingin, walau tak separah keluarga Elena.

"Kau benar. Sifat dingin Xander benar-benar menurun kepada Kyle dan Catrine, aku harap Cart tidak seperti itu," keluh Elena.

"Elena, sepertinya harapanmu itu tak akan terkabulkan," celetuk Auri, bersamaan dengan teh yang ia letakan di atas meja, usai meminumnya.

Elena mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Kau harus tahu, kemarin aku melihat Cart yang sempat di bertemu dengan anak perempuan Marquess Zyn di taman Istana, dan kau tahu? Dia bersikap dingin dan acuh, anak perempuan itu langsung menangis dan berlari menjauhinya, aku hanya bisa melihat dari jauh karena saat itu aku hendak pergi ke pesta teh."

Elena membeku dan menoleh kearah Cart yang hanya diam.

"Cart, apa yang Bibimu katakan itu benar?" tanya Elena dengan sengit.

Xander, Kyle dan Catrine merinding seketika, ketika merasakan aura berbahaya yang menguar dari tubuh Elena.

"Ibu, anak kecil itu berisik dan terus menerus mengekoriku, bahkan dia langsung bilang padaku kalau dia menyukaiku, padahal usianya lebih tua dariku," jelas Cart yang bahkan menyebut anak seorang Marquess dengan sebutan 'anak kecil.'

"Astaga! Kenapa aku dikelilingi manusia es, bahkan anakku yang baru berusia lima tahun sudah bersikap dingin kepada orang lain," gumam Elena yang memijat pelipisnya pelan karena sempat terasa nyeri.

"Ibu, Ayah mewarisi sifat dingin nya pada kami, sedangkan Ibu mewarisi sifat ambisius nya pada kami," ujar Kyle mengingatkan.

Selain sifat dingin, Kyle, Catrine dan Cart memiliki sifat ambisius tak ingin kalah dalam apapun, mau hal akademik maupun non akademik. Untungnya sifat ambisius yang mereka miliki masih dalam batas normal karena mereka bersaing dengan sehat.

"Kak Kyle benar," timpal Catrine diikuti oleh Cart yang mengangguk setuju.

"Pftt!" Auri berusaha keras menahan tawanya agar tak meledak, Tyros dan Karen pun sama.

"Menyerah saja sayang, kau sudah kalah," celetuk Xander.

Elena mengehela nafas kasar, menyadari kalau dirinya sudah kalah. "Hah...! Ibu menyerah."

"Oh ya! Bukankah minggu depan akan ada kompetisi berburu," ucap Auri yang sudah mengganti topik.

Haris mengangguk meng'iya'kan. "Memangnya ada apa?"

"Bagus! Elena bukankah nanti kita bisa cuci mata." Elena yang awalnya masih kesal langsung berubah ceria ketika mendengar kata cuci mata.

"Kau benar! Akan ada banyak yang bisa kita lihat disana," ucap Elena menggebu-gebu.

"Ibu!" panggil Catrine dan Karen serempak. Membuat kedua wanita yang tengah bersemangat itu menoleh.

"Ada apa, Karen?" tanya Auri dan dibalas dengan tunjukan tangan Karen.

Catrine pun melakukan hal yang sama, membuat Elena dan Auri mengikuti arah tunjuk mereka dan menemukan Xander dan Haris yang menatap mereka dengan tajam

"Auri apa maksud dari kata 'cuci mata' itu?" tanya Haris datar sekaligus tajam.

Auri dibuat kikuk, begitupula dengan Elena yang tengah berhadapan dengan Xander yang juga menatapnya tajam.

Mereka yang menyaksikan Elena dan Auri yang tengah berhdapan dengan suami mereka hanya bisa terkikik geli, begitupula dengan para pelayan.

***

Hamparan rumput luas yang indah dipandang, angin berhenbus dengan pelan bersamaan dengan daun-daun yang ikut berterbangan, dari jauh dapat terlihat beberapa tenda dan meja yang terpasang di padang rumput itu dengan beberapa orang yang asik dengan kesibukan mereka masing-masing

"Wah...bukankah itu tempatnya," ucap Karen yang sempat membuka jendela kereta kuda, membuat angin berhembus masuk ke dalam.

"Karen, tutup jendelanya," tegur Catrine yang cukup terganggu dengan angin yang berhembus masuk.

Karen mendengus. "Tapi aku ingin melihat area kompetisi."

"Bukankah tanpa dibuka jendelanya kau tetap bisa melihatnya."

Skakmat, Karen dibuat bungkam. Tyros dan Kyle yang berada satu kereta dengan mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Cih!" decak Karen sebal.

Catrine hanya bisa mengela nafas pelan, bersandar pada kursi dan melihat pemandangan sekitar denga datar.

Bosan, pikirnya yang jenuh dengan suasana.

"Catrine," panggil Karen.

Catrine tak menjawab dan hanya melirik kearah Karen.

"Pinjam I-pod mu dong...," pinta Karen yang langsung ditolak oleh Catrine. "Gak."

Karen mencibir. "Lagian kau tidak memakainya."

Catrine tak merespon, malah dirinya langsung mengeluarkan I-pod beserta earphone miliknya dan langsung memakainya, Catrine melirik kearah Karen seraya menunjuk I-pod nya. "Lihat, aku memakainya."

"Curang! Kau baru memakainya!" pekik Karen tak terima.

"Berisik Karen! Suaramu sampai terdengar walau aku memakai earphone," ketus Catrine.

"Hahahaha!" tawa Tyros langsung pecah ketika mendengar ucapan ketus Catrine, Kyle memalingkan wajahnya dengan bahu yang bergetar. Ketahuan kalau dirinya tengah menahan tawa.

Karen kembali berdecih, menyerah dengan Catrine yang memiliki watak keras kepala.

Tyros yang baru saja selesai tertawa langsung menoleh kearah Catrine dengan mata memicing. "Catrine, benda apa yang ada di telingamu itu?"

"Earphone, benda ini membantuku untuk mendengar lagu dari I-pod ku," jawab Catrine singkat.

"Jadi, benda yang kau sebut I-pod itu berisi lagu dan earphone yang kau pakai membantumu untuk mendengarnya," ucap Kyle yang berhenti tertawa sebelum Tyros.

Catrine mengangguk singkat.

Wajar kalau Kyle dan Tyros menanyakan itu karena benda miliknya berasal dari dimensi yang berbeda.

"Boleh kami pinjam?" tanya Kyle.

"Tentu." Jawaban pendek dari Catrine membuat Karen menoleh dengan tatapan tak percaya. "Kenapa kau meminjamkan nya sedangkan aku tidak?!"

Dengusan kecil keluar dari mulut Catrine dengan tangan yang sudah memeberikan I-pod beserta earphone nya pada sang Kakak. "Aku tak ingin meminjamkan nya padamu karena kau pernah tidak mengembalikan nya selama setengah tahun, bukankah kau menjelaskan nya ketika kau mengembalikan I-pod ku."

"Itu berbeda," cibir Karen dengan sebal, "aku hanya ingin meminjamnya sebentar karena aku sudah lama tak mendengar lagu."

"Akan kupinjamkan nanti," ucap Catrine datar, menyerah dengan Karen yang terus berbicara.

"Benarkah?" tanya Karen dengan mata berbinar.

"Ya," jawab Catrine pendek, kembali menoleh kepada Kyle dan Tyros yang sepertinya sangat menikmmati lagu yang tengah mengalun di telinga mereka.

"Ini keren," gumam Kyle.

"Aku suka lagunya," gumam Tyros yang menoleh ke Catrine ."Apa kau memiliki lagu lain?"

Catrine mengangguk "Ya, ketika lagu yang kalian dengar itu selesai secara otomatis lagunya akan berganti."

Tyros berseru takjub. "Itu keren, aku jadi ingin tinggal di Bumi saja."

Catrine sontak terkekeh, Karen hanya menggelengkan kepalanya ketika mendengar ucapan Kakak nya.

"Yang Mulia, kita hampir sampai di lokasi tujuan." Suara kusir mengintrupsi membuat mereka berempat menoleh dan mengangguk bersama.

"Catrine, ini I-pod mu," ucap Kyle menyerahkan I-pod miliknya dan diterima langsung oleh Catrine.

Kurang dari lima menit, kereta kuda yang mereka tumpangi berhenti, menandakan mereka telah sampai di lokasi kompetisi berburu yang diadakan setiap musim gugur.

Kyle dan Tyros turun lebih dulu dan mengulurkan tangan nya kepada Catrine dan Karen yang menerima uluran tangan itu.

Beberapa bangsawan yang berdiri tak jauh dari lokasi mereka menoleh, penasaran dengan sosok yang akan keluar dari kereta kuda selain Kyle dan Tyros.

"Kalian ingin kami mendapat cibiran gadis bangsawan yang hadir, ya?" gumam Karen sebal tapi tetap menerima uluran tangan sang Kakak.

Tyros terkekeh, tak merespos ucapan Karen. Berbeda dengan Catrine yang langsung menerima uluran tangan Kyle dan berjalan di samping nya.

'Siapa yang ada di samping Pangeran Kyle?'

'Bukan hanya Pangeran, Tuan Muda Nebbia juga membawa seorang gadis.'

'Sepertinya ini akan menjadi berita hangat.'

'Tapi bukankah mereka mirip, apa mereka bersaudara?"

'Kau benar, mereka mirip satu sama lain.'

Beberapa bisikan terdengar oleh Catrine yang hanya diam, pemilik surai putih bagaikan salu itu terus berjalan bersama Kyle yang juga sama-sama tak peduli.

"Kak, dimana Ayah, dan Ibu?" tanya Catrine yang sama sekali tak menoleh.

"Mereka sepertinya sampai lebih dulu dari kita, ayo kita ke tenda," jawab Kyle yang tengah melihat sekitar.

Mereka berdua terus berjalan, tak mempedulikan beberapa pasang mata yang melirik kearah mereka.

"Cart!" panggil Catrine ketika sosok Cart yang tengah berdiri di depan tenda paling besar.

Mendengar namanya disebut Cart lantas menoleh, seringai senang senang langsung terpampang, tanpa membuang waktu lagi Cart lantas berlari kearah Catrine dan langsung memeluknya dengan erat. "Kakak!"

Catrine terkekeh pelan, memangku Cart dan kembali berjalan bersama Kyle hingga masuk ke dalam tenda, Catrine langsung melihat dimana Xander yang sudah siap dengan anak panah, busur dan pedang yang tersampir di pinggang.

Sedangkan Haris tak mengenakan senjata apapun yang artinya Haris masih memakai jubah khas penyihir.

"Apa Paman tak ikut kompetisi?" tanya Catrine.

Haris menoleh dan mengangguk singkat. "Aku harus tetap disini untuk berjaga-jaga."

Catrine mengangguk, lantas menoleh kearah Kyle. "Apa Kakak ikut kompetisi?"

"Tentu," jawab Kyle.

"Berhati-hatilah," ucap Catrine singkat dan langsung berjalan keluar tenda bersama Cart yang masih ia gendong.

"Perasaanku tak enak," gumam Catrine yang sama sekali tak didengar siapapun, termasuk Cart yang ada di dekat nya.

***

Padang rumput yang awalnya ramai kini mulai sepi, para pria sudah pergi ke dalam Hutan untuk berburu menyisakan para wanita yang menunggu.

"Catrine, apa kau tak ingin ikut tea time bersama gadis lain?" tanya Karen yang berdiri di sebelahnya.

"Entahlah, kalau kau mau kau bisa pergi duluan. Aku akan menyusul," jawab Catrine.

"Yasudah, kalau begitu aku duluan, ya." Karen mulai berjalan menjauh dari Catrine, mendekati meja yang diisi oleh gadis bangsawan lainnya yang tengah asik berbincang.

Surai putih yang ia biarkan tergerai kini bergoyang, mengikuti arus angin yang kini tengah berhembus. Adiknya yang awalnya bersamanya beberapa waktu lalu, memaksa ikut dengan Kyle ke dalam hutan, menyisakan dirinya yang mulai jenuh.

Ibu dan Bibi nya juga tengah ikut tea time dengan wanita bangsawan lain.

"Jadi, kalau saya boleh tau Lady ini berasal dari bangsawan mana?" sebuah suara yang bisa dibilang sinis terdengar hingga telinga Catrine, membuatnya melirik kearah meja yang diisi oleh gadis bangsawan yang tengah berbincang, tapi manik biru nya langsung melihat kearah Karen yang sepertinya tengah menahan amarah.

Penasaran dengan apa yang tengah mereka bicarakan membuat Catrine berjalan menghampiri.

"Bagaimana anda bisa bersama bangsawan seperti Tuan Muda Nebbia dan Pangeran Kyle, bahkan gadis yang bersama Pangeran Kyle juga tak ikut minum teh dengan kami." Suara bernada sinis itu kembali terdengar, membuat Catrine tersenyum sinis.

Pembicaraan yang mudah ditebak, pikir Catrine yang terus melangkah.

"Apa anda kekasih nya?" tanya gadis bangsawan yang Catrine yakini sebagai pemimpin nya.

"Sepertinya anda su-" ucapan Karen yang hendak menjelaskan langsung terpotong oleh satu orang lagi gadis bangsawan.

"Nona, sepertinya anda tidak pernah belajar sopan santun, ya? Dari cara anda berbicara sepertinya anda dari kaum rakyat jelata, bagaimana anda bisa menarik perhatian Tuan Muda Nebbia," ucap salah satu gadis yang duduk tak jauh dari posisi Karen.

Karen yang sudah jengkel dengan semua ucapan omong kosong mereka, secara tak sadar sudah mengepalkan kedua tangannya hingga kuku nya memutih

Byur!

Semua langsung heboh ketika dua cangkir teh tumpah dan mengenai gaun milik dua gadis bangsawan yang menyudutkan Karen. Mereka semua langsung menoleh, dan mendapati sosok Catrine yang menatap mereka dengan datar.

"Karen, kembali ke tenda," titah Catrine datar.

"Tapi bagaimana dengan me-"

"Biar aku yang urus, aku ingin membuat mereka tahu dimana posisi mereka saat ini," sela Catrine

"Tapi ucapan mereka benar, nada bicaraku sepert-"

"Karen!" Karen tersentak kaget, melihat wajah Catrine yang sudah diisi oleh amarah. "Ingat apa yang Kakek bilang pada kita? Tidak peduli apa yang kau lakukan, mereka tak boleh membicarakan kita, karena apa? Kita adalah Nebbia, bangsawan nomor satu dan mereka tak pantas untuk mengomentari kita."

Karen langsung terdiam, tapi didalam hati Karen membenarkan ucapan Catrine.

"Sekarang pergilah ke tenda dan biar aku yang urus sisanya." Karen mengangguk tanpa protes dan langsung berjalan menjauh.

Catrine langsung melihat para gadis bangsawan yang menatap dirinya dengan tatapan tak suka. "Ada apa?"

"Nona, perlakuan anda sudah masuk ke dalam kategori tidak sopan, apalagi anda yang sudah menyiram gaun milik Lady Lowin dan Lady Mayori," ucap salah satu Nona yang menatap Catrine dengan tajam.

Catrine kembali menatap nya dengan tajam. "Apa urusan anda? Saya kesini karena saya mendengar dua Lady ini menghina sepupu saya."

"Anda sudah keterlaluan, Lady!" ucap Lady Lowin dengan nada kesal.

Catrine mendengus. "Keterlaluan? Bukankah kalian berdua yang sudah keterlaluan, kalian sudah menghina sepupu saya."

"Nona, anda harus ingat posisi anda saat ini," ucap Lady Mayori yang juga menampilkan raut wajah kesal.

"Memangnya anda siapa? Saya tahu kalau Lady adalah putri dari Marquess Mayori dan Lady Lowin adalah putri dari Count Lowin dan asal kalian tahu, posisi keluarga anda masih dibawah saya." Usai mengucapkan hal itu Catrine membalikan badan dan mulai berjalan menjauh.

Baru mengambil setengah jalan, Catrine memberhentikan jalan nya dan menoleh sedikit ke belakang. "Oh ya, saya belum memperkenalkan diri, perkenalkan saya Catrine Nebbia Drake, Putri pertama dari Raja dan Ratu Lyos, sedangkan sepupu saya yang tadi Karenina Nebbia, putri dari penyihir agung, Haris Nebbia. Salam kenal."

Para gadis bangsawan yang mendengar perkenalan Catrine langsung menahan napas mereka, terutama Lady dari keluarga Lowin dan Mayori yang juga medengar ucapan Catrine.

Mereka memang tahu kalau Kerajaan Lyos memiliki satu orang Putri dan mereka berharap mereka bisa memiliki koneksi dengan Putri tersebut. Sepertinya harapan mereka langsung pupus ketika mendengar ucapan Catrine dan dari situ para gadis bangsawan yang menghadiri pesta teh tak bisa berkomentar apa-apa lagi, karena mereka sudah tak memiliki kesempatan untuk memiliki koneksi dengan Catrine atau Karen yang status nya lebih tinggi dari mereka.

➣ ➣ ➣

Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top