➛Keputusan

Sring!

Trang!

Terpukau.

Para ksatria yang ada di arena lantihan hanya bisa menatap pertarungan yang tengah mereka tonton dengan mata berbinar. Kagum? Tentu iya. Tekejut? Tak bisa dipungkiri. Kenapa? Karena pertarungan yang tengah mereka tonton adalah pertarungan Catrine dan Karen yang sangat sengit.

Arena latihan yang dikelilingi pohon rindang agar dapat berteduh kini mulai berantakan, untungnya pohon-pohon yangg mengelilinginya tidak hancur karena sudah dilindungi oleh pelindung yang dirancang Haris.

Kini atensi para ksatria masih berfokus kepada Catrine dan Karen yang betarung satu-sama lain.Catrine dengan kedua dangger nya, dan Karen dengan tombaknya. Keduanya saling melesat dan menyerang.

Bahkan percikan bunga api sempat terlihat ketika kedua senjata bergesekan.

"Kau merepotkan," ucap Karen ditengah-tengah pertarungan.

"Terimakasih," balas Catrine datar yang kembali melesat, menghunuskan pisaunya dengan kecepatan tinggi.

Trang!

Lagi-lagi serangan Catrine sudah Karen tepis, Catrine tersenyum kecil dan tanpa aba-aba....

Brak!

Bruk!

Karen langsung tumbang dengan Catrine yang menindih tubuhnya, karena Catrine yang men-sleding kakinya dengan kuat hingga jatuh lalu menindihnya.

Catrine terkekeh pelan."Kau kalah."

"Baiklah, kau menang, bisa kau bantu aku bangun," ujar Karen yang menghela nafas pasrah.

"Sini." Catrine mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Karen, disaat itu pula decakan kagum mereka dengar dari para ksatria.

Catrine hanya acuh dan berjalan menuju pohon rindang, dimana terdapat Marry yang berdiri menunggunya. Sedangkan Karen yang kembali berlatih menggunakan tombaknya.

"Ini handuk anda, Nona," ucap Marry yang menyerahkan handuk putih dan langsung diterima oleh Catrine. "Terimakasih, Marry."

"Pertarungan tadi anda sunggu luar biasa!" Catrine melirik kearah Marry, dimana manik miliknya yang berbinar.

"Terimakasih atas pujiannya, sebenarnya aku ini petarung jarak jauh." Catrine terkekeh pelan.

"Itu tetap hebat, Nona!" seru Marry semangat. Angin sepoi-sepoi berhembus, surai putih yang diikat ponytail sedikit bergoyang. Kemeja putih basah akibat keringat mulai kering akibat angin yang berhembus.

"Sepertinya pohon-pohon ini dilindungi sihir angin, ya?" manik birunya menoleh keatas, dimana langit biru cerah yang harus ia lihat tertutupi oleh daun-daun pohon.

"Itu benar Nona, Tuan Haris yang merancang sihir ini agar para ksatria dapat menikmati latihan dengan baik," jelas Marry.

"Salam kepada Putri Kerajaan Lyos." Sebuah suara bariton terdengar, membuat Catrine menoleh, berjarak satu meter darinya berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan raut wajah tegas kini tengah membungkuk hormat, dengan remaja laki-laki yang juga membungkuk kearahnya.

"Berdiri." Intonasi tegas langsung Catrine keluarkan, membuat ketiga orang yang ada disekitarnya tersentak kaget.

Jadi ini intonasi tegas seorang Putri Lyos, pikir pria itu yang sempat tersenyum tipis.

"Siapa anda?" tanya Catrine datar.

"Saya komandan pasukan utama ksatria, John Skyer dan ini anak saya Ni-"

"Nicolas Skyer," potong Catrine, membuat John sempat terkejut.

"Apa anda pernah bertemu dengan anak saya?"

"Ya. Hanya sekali," jawab Catrine yang meneguk minumnya hingga tandas, manik birunya langsung melirik kearah Nicol yang juga kini tengah menatapnya.

"Nicolas Skyer, setelah ini temui saya di taman belakang Istana." Usai mengucapkan hal itu Catrine langsung membungkuk dan berjalan melewati keduanya, disusul dengan Marry yang mengekori dirinya.

"Hah...sepertinya semua anak Xander memiliki sifat dingin dirinya," gumam John yang mengehela nafas lelah.

Kalian bertanya-tanya kenapa John berani memanggil Xander tanpa embel-embel Raja? Itu karena John dan Xander sudah menjadi sahabat karib semenjak kecil, membuat mereka berdua akrab hingga sekarang.

"Nicol, apa kau pernah bertemu Putri Catrine?" John menatap putra satu-satunya.

Nicol menggeleng pelan."Tidak, setahuku ini adalah petemuan pertama kami."

"Tapi kenapa Putri bilang kalau kalian pernah bertemu sekali?" Nicol terdiam, kembali mengingat-ngingat apa dirinya pernah bertemu dengan Catrine.

Apa mungkin....Nicol langsung menggeleng keras, menampik kemungkinan yang sempat ia pikirkan.

Aku harap apa yang aku pikirkan bukan kenyataan, pikir Nicol.

Sayangnya pikiran yang baru saja Nicol tampik adalah sebuah kebenaran.

***

"Saya memenuhi panggilan, Yang Mulia Putri Catrine," ucap Nicol yang membungkuk hormat dihadapan Catrine yang tengah menyeruput teh dengan anggun. Kemeja putih yang sempat ia pakai kini sudah ia ganti dengan gaun berwarna kuning dengan motif bunga.

Taman belakang Istana yang awalnya tak ada meja dan kursi kini sudah di sediakan semenjak Catrine meminta Xander untuk menyediakannya.

Manik birunya melirik kearah Nicol dan langsung ia pejam, guna menikmati sensasi teh yang ia hirup."Silahkan duduk."

"Marry, bisa kau tuangkan teh untuk Tuan Nicol," titah Catrine.

Marry langsung mengagguk patuh dan mulai menuangkan teh utuk Nicol.

"Ini Tuan, silahkan dinikmati." Marry menyerahkan teh dan langsung diterima Nicol dengan ramah.

"Marry, bisa kau panggil Karen kemari, kalau dia tidak mendengarkanmu seret saja dia." Nicol langsung melotot ketika mendengar perintah Catrine.

Hei! Apa pelayan itu akan menurutimu untuk menyeret seorang bangsawan,seru Nicl dalam hati.

Diluar dugaan, Marry langsung membungkuk hormat, menerima perintah yang diberikan tuannya. "Akan saya laksanakan."

Merry langsung berjalan, menjauh dari posisi Catrine. Menyisakan Catrine dan Nicol dalam suasana canggung.

"Maaf kalau ini lancang, apa tidak apa-apa menyuruh seorang pelayan untuk menyeret orang?" Catrine langsung menoleh, menatap Nicol dengan tatapan datarnya.

"Itu bukan masalah, dia pasti akan kemari tanpa perlu diseret." Panjang umur, baru saja Karen dibahas kini orangnya telah datang dengan nafas terengah-engah akibat berlari, disusul dengan Marry yang berjalan dengan tenang.

"Cat, punya minuman dingin? Haus nih," keluh Karen yang duduk di sebelah Catrine.

"Tuh, minum saja teh," tunjuk Catrine dengan dagunya.

Karen hanya bisa mendengus dan mulai menuangkan teh miliknya sendiri dan menyondorkan nya kepada Catrine.

"Apa?" tanya Catrine datar.

Karen langsung menyeringai, masih menyondorkan teh nya ke Catrine. "Buat teh ini dingin."

Menghela nafas lelah, Catrine lantas mengulurkan tangannya, tak berselang lama dua bongkahan es berukuran kecil mengambang di cangkir Karen.

"Makasih!" tanpa membuang-buang waktu Karen langsung meminum teh yang baru saja Catrine dingin nya dengan anggun.

Bagaimana kabar Nicol? Jangan ditanya, dirinya kini tengah melihat interaksi Catrine dan Karen dalam diam, sesekali terkikik geli ketika melihat tingkah Karen yang menurutnya lucu.

"Tuan Nicol? Apa minuman anda ingin saya dinginkan juga." Suara Catrine langsung mengisi telinganya membuat sang empu menoleh dan tersenyum.

"Tidak perlu, Putri," tolak Nicol yang kembali menyeruput teh nya.

"Jadi, Tuan Nicol, bagaimana keputusan anda?"

Uhuk!

Nicol langsung terbatuk, terkejut ketika mendengar suara Catrine.

"Marry bisa kau menjauh, karena kami akan berbincang sedikit." Marry langsung membungkuk, berjalan menjauh dari meja ketiganya.

"Apa maksud anda, Putri?" kini manik hitamnya menatap Catrine dan Karen secara bergantian.

"Keputusan, keputusan apakah Guild Informasi akan bekerja sama dengan Guild Petualang." Nicol langsung mematung, cangkir teh yang hendak ia minum kembali langsung terhenti di tengah jalan.

Menyadari Nicol yang masih memproses apa yang baru saja terjadi membuat Catrine menghela nafas. "Kami, Blue dan Cat."

"Hah!" gumaman Nicol terdengar hingga telinga Catrine.

Tatapan datar masih ia pertahankan. "Percaya tidak percaya, saya adalah Blue dan Karen adalah Cat."

Nicol langsung tersadar, terlalu banyak kejutan yang baru saja ia dapati, membuat dirinya menyimpan cangkirnya dan masih menatap Catrine dan Karen bergantian.

"Tidak perlu terkejut, reaksi anda masih lebih baik dari Ketua Guild Petualang yang sampai menumpahkan minumannya," celetuk Karen.

"Maaf, saya hanya masih terkejut saja." Nicol hanya bisa tersenyum kikuk.

"Bagaimana kalau dimulai dari perkenalan dan itu akan kumulai dariku," usul Catrine datar.

"Boleh juga tuh!" timpal Karen dan dibalas anggukan Nicol.

"Namaku Catrine Nebbia Drake, seorang Putri dari kerajaan Lyos juga sekaligus petualang tingkat S yang menggunakan nama Blue," ucap Catrine, tangan yang terbalut sarung tangan ia simpan di depan dada. Memperkenalkan dirinya.

"Namaku Karenina Nebbia, seorang putri dari kepala penyihir Kerajaan Lyos sekaligus petualang tingkat S yang menggunakan nama Cat," ucap Karen dengan nada riangnya.

Hah, pikir Nicol yang kembali terkejut.

"Jadi? Bagaimana? Apa kalian ingin bekerjasama?" pertanyaan Catrine sukses menyadarkan Nicol dari rasa terkejutnya.

Berdeham pelan, Nicol kembali fokus akan topik yang dibicarakan. "Sudah lima hari semenjak pertemuan kita saat itu, kami juga sudah memiliki keputusan."

"Lalu? Apa keputusannya?" tanya Karen tak sabar.

"Kami menerima kerjasama itu, mengingat ini menyangkut semua benua, kami memutuskan untuk bekerjasama dengan Guild Petualang," tutur Nicol.

"Apa Ketua Guild Petualang sudah tahu?" tanya Catrine.

Nicol mengangguk. "Sudah, kami menjelaskannya apa yang baru saja terjadi."

"Bagus!" ucap Catrine yang tersenyum tipis.

"Masih sulit dipercaya, kalau petualang tingkat S yang misterius itu adalah seorang Putri kerajaan dan bangsawan Nebbia," ucap Nicol yang tertawa kikuk.

"Yah, mau bagaimanapun ini identitas kami sebenarnya. Tapi kami harap kau bisa merahasiakan identitas kami, kau tidak boleh memberitahunya kepada siapapun termasuk teman-temanmu." Aura Catrine yang awalnya ramah kini berubah menjadi mencengkam, penuh dengan rasa haus darah dan membunuh, membuat Nicol meneguk salivanya susah payah.

Inikah aura seorang Putri Kerajaan Lyos? Auranya terlalu kuat, pikir Nicol.

"Catrine!" seru Karen galak.

"Apa?" tanya Catrine datar.

"Auramu, kau harus menahannya! Kau tak ingin semua penghuni Istana merasakannya nya bukan?" Catrine langsung menghela nafas pelan, mengembalikan auranya menjadi ramah dan tenang. Membuat Nicol mengela nafas lega.

"Maafkan saya." Catrine membungkuk sopan.

"Itu bukan apa-apa, saya sudah pernah merasakan aura seperti ini kok," ucap Nicol. Apa yang baru saja ia ucapkan memang benar, karena salah satu sahabatnya memiliki aura yang tak kalah mengerikan dari Catrine.

"Jadi, Tuan Nicol kalau ada informasi terbaru mengenai penyelidikan itu anda bisa memberitahu saya atau Karen karena kami juga ikut dalam penyelidikan," jelas Catrine.

"Saya mengerti, kalau begitu saya permisi. Sepertinya Ayah saya akan mencari-cari saya karena terlalu lama menghilang." Tak membutuhkan waktu lama Nicol mulai bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh.

"Entah berapa lama penyelidikan ini akan berakhir," gumam Karen yang masih di dengar Catrine.

"Lama sebentar nya itu tak penting, yang harus kita pikirkan adalah kita harus siap dengan kemungkinan terburuk," ujar Catrine, cangkir teh yang ia minum kini tersisa setengah dan sudah menjadi dingin.

➢➢➢

Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top