➛Kembali Bertarung

Brak!

"Catrine!" pintu kamar Catrine di dobrak, memperlihatkan sosok Karen yang memasang wajah serius bercampur khawatir.

"Apa surat yang diberikan Nicol itu benar?" tanya Karen yang berjalan menghampiri Catrine.

Beberapa menit yang lalu, Catrine baru saja mendapat surat yang dikirim Nicol untuk dirinya dan Karen. Ketika membaca inti dari surat itu langsung membuat aura disekitar Catrine menjadi mencengkam.

Marry yang berada di belakang Catrine hanya bisa diam dengan keringat dingin yang mengucur di pelipisnya, disaat itu pula Catrine langsung menyuruh Marry untuk memberikan surat yang dipegang nya kepada Karen.

"Itu benar dan kini kita harus turun tangan, siapkan dirimu, kita akan pergi ke Dungeon Fyrix sekarang juga," tegas Catrine yang mulai besiap.

Karen mengangguk mantap, mulai berlari ke arah kamanya. Bersiap menuju Dungeon Fyrix.

Tak dapat dipercaya kalau situasinya lebih gawat dari perkiraanku, belum lagi Ayah sudah hampir turun tangan, kami harus menyelesaikan ini sebelum Ayah turun tangan, pikir Catrine.

Kurang dari lima menit, keduanya sudah siap dan berkumpul di kamar Catrine.

"Kau siap?" tanya Catrine.

"Lebih dari siap," jawab Karen mantap.

Kini, mereka yang ada yang Dungeon Fyrix akan melihat sebuah pertarungan. Sebuah pertarungan antara dua orang petualang tingkat S dengan monster yang selama ini meresahkan Kerajaan.

"Ayo!" tak perlu membuang-buang waktu lagi Catrine langsung melompat lewat jendela kamar, disusul dengan Karen.

Berlari kearah kandang kunda, Catrine lantas bersiul. Memanggil kuda miliknya yang sudah lama tidak ia temui, disusul dengan Karen yang langsung menaiki kuda hitam yang berdiri tak jauh dari dirnya.

Sebuah ringikan kuda langsung terdengar. Catrine tersenyum kecil, berjalan menghampiri kuda putih miliknya yang tengah berlari kearahnya.

"Senang bertemu denganmu lagi, Lyron," sapa Catrine yang langsung menaiki Lyron. Kudanya.

"Hiya!" keduanya langsung memacu kudanya. Berlari melewati gerbang yang tidak dijaga ksatria.

***

Ramai.

Suasana depan Dungeon Fyrix yang diisi oleh banyak petualang yang hendak masuk, tapi dihadang oleh Jack. Tangan kanan Perd.

"Hei, kami ingin masuk! Kenapa kau menghalangi jalan masuknya!" teriak seorang petualang yang memaksa ingin masuk.

"Maafkan saya, tapi kalian tidak boleh masuk. Kondisi di dalam Dungeon sedang tidak stabil," balas Jack seraya menggelengkan kepalanya keras.

Bebagai seruan protes terus dilontarkan, Jack yang mendengarnya mulai merasa jengah. Higga suara pacuan kuda terdengar kencang, membuat atensi mereka teralihkan.

Dua ekor kuda yang dipacu oleh dua orang, langsung berhenti.

Catrine dan Karen yang melihat sekitar langsung bernafas lega karena belum ada yang memasuki Dungeon.

Turun dari kudanya, Catrine lantas mulai berjalan menghampiri Jack, disusul oleh Karen.

"Apa benar situasinya tidak stabil?" tanya Catrine to the point.

Jack mengangguk. "Itu benar, Ketua melarang siapapun memasuki Dungeon sebelum kalian berdua masuk dan memeriksa ke dalam."

Catrine tersenyum kecil. "Jadi kau sudah tahu siapa kami?"

"Tentu, hanya kalian petualang yang memakai topeng."

"Baiklah, kalau begitu Cat ayo masuk!" Karen mengangguk. Keduanya langsung masuk ke dala Dungeon hingga sosok mereka berdua tidak terlihat.

"Apa-apaa ini?! Kenapa mereka diizinkan masuk?!" seru seorang petualang.

"Karena mereka adalah Blue dan Cat, petualang yang dipercayai Ketua untuk mengawasi Dungeon ini karena kondisi Dungeon yang sedang tidak stabil, mereka langsung turun tangan." Hening, ketika mendnegar penjelasan Jack ketika tahu siapa yang baru saja masuk ke dalam Duungeon.

"Sekarang, aku minta kalian tetap disini sebagai bantuan, kalau Blue dan Cat membutuhkan bantuan kalian akan saya kirim!"

***

Suasana yang sama seperti di Dungeon pada umumnya. Gelap.

Hanya kegelapan yang mereka lihat, tak ada suasa apapun. Insting mereka, mereka pertajam, waspada akan serangan yang tiba-tiba datang.

"Cat, bisa kau pakai apimu? Aku tak bisa melihat," pinta Karen.

Whush!

Sebuah bola api biru sebesar kepalan tangan mulai menyinari sekitar.

"Kenapa tidak pakai apimu? Bukankah kau juga pemilik atribut api?" ketus Catrine.

Mereka yang baru mengenal Karen sama sekali tidak tahu, kalau Karen adalah pengguna dua atribut. Angin dan Api, alasan Karen hanya memberitahu kalau dirinya hanya pengguna atribut angin karena menurutnya atribut apinya hanya digunakan untuk keadaan terdesak.

Hanya Catrine dan anggota keluarganya yang tahu kalau Karen pengguna dua atribut sisanya hanya tahu kalau Karen pengguna satu atribut.

Karen menyeringai dan mulai mengatakan alasan yang menurut Catrine menyebalkan. "Kan kita sedang tidak tepojok, jadi aku tidak akan mengeluarkan atribut apiku."

"Alasan menyebalkan!" cibir Catrine yang kembali berjalan.

"Ini terlalu hening," gumam Catrine yang baru sadar kalau sekeliling mereka terlalu hening.

"Kau benar," timpal Karen yang mulai serius.

Manik biru Catrine mulai bercahaya, menandakan ability miliknya suda ia aktifkan.

I-ini, pikir Catrine yang masih terkejut.

"Karen, ikuti aku." Tak ingin membuang waktu Karen langsung berlari, menyusul Catrine yang mulai menjauh.

***

"Aura yang sama seperti Posour," gumam Catrine yang melihat batu besar persis seperti di Dungeon Infy.

"Apa kita harus masuk?" tanya Karen yang tak melepaskan sedikitpun pandangannya dari batu besar yang ada di hadapan mereka.

"Kita masuk," tegas Catrine yang mengeluarkan sihir apinya. "[Fire ball]."

Bom!

Batu itu langsung hancur berkeping-keping, menyisakan debu dan sisa-sisa batu yang berterbangan.

Psttt!

Suasa desisan keras langsung menyambut telinga Catrine dan Karen.

"Rupanya betulan Posour," ucap Catrine, dirinya langsung mengeluarkan tombak milik Karen dan langsung memberikannya.

"Sepertinya akan lebih merepotkan dibanding pertarungan pertama," keluh Karen.

"Ya dan itu tidaklah mudah." Tatapan Catrine mulai menajam.

Posour yang melihat Catrine dan Karen tak tinggal diam dan langsung mengeluarkan asamnya, membuat mereka berdua menghindar.

"Serang dia terus menerus, pakai Air Shield saat itu untuk menyaring gas beracunnya!" seru Catrine yang mulai melesat dengan pisau ganda yang baru saja ia keluarkan.

Trang!

Sial! Kulit kerasnya bukan main-main, umpat Catrine dalam hati ketika pisaunya hanya berdenting dengan sisik Posour. Mau tak mau mereka harus terus menyerang hingga kulitnya terkelupas atau hancur.

"Angin yang riuh, sayat dia dengan anginmu yang tajam [Air Incision]." Karen langsung melesat, mengirim sihir anginnya sekaligus tombak miliknya kearah Posour.

Trang!

"A-apa?" Karen berseru tertahan ketika melihat serangan nya tak mempan.

"Serang terus, kulit Posour pasti memiliki batasan untuk menahan serangan," ucap Catrine yang kembali menyerang. Bilah dangger yang ia pegang kini sudah panas membara akibat sihir yang ia salurkan.

Crash!

Kulit Posour langsung tergores sedikit dan itu tak memiliki dampak apapun.

Ayo pikirkan apa yang harus kau lakukan Catrine! Pikir Catrine yang masih menyerang bersama dengan Karen yang juga kembali menyerang.

Kalau tadi sihir api dengan suhu tinggi bisa menghancurkan sisik Posour berati kita harus mencobanya, tapi ruangan ini tertutup, harus ada yang bisa mengontrol suhu Dungeon ini, pikiran Catrine kini kembali berkecamuk.

Ting!

Itu dia, seru Catrine yang baru saja mendapat solusi untuk mengalahkan monster merepotkan ini.

'Karen, dengarkan aku baik-baik.' suara Catrine langsung menggema di kepala Karen, tapi itu sama sekali tak menghilangkan konsentrasi Karen yang fokus menyerang.

'Aku mendengarmu.'

'Kau gunakan [Hell's Prison] untuk mengurung Posour itu, gunakan suhu tinggi untuk menghanguskannya. Kita akan menjadikan dia sebagai Posour panggang.'

'Kau gila! Kau ingin kita mati kepanasan? Disini ruang tertutup!'

'Tenanglah, kita tak akan mati, disaat kau menghanguskan Posour itu, aku akan menggunakan [Temperature Drop] agar disekitar kita tetap stabil. Lalu, kalau Posour itu sudah mati terpanggang aku akan langsung menghantamnya dengan [Cold Air Blows].'

'Aku mengerti, masalah suhu aku serahkan padamu Catrine.'

'Tenang saja, kau bisa mengandalkanku.'

Telepati diantara mereka langsung diputus secara sepihak, Karen sudah tidak menyerang lagi dan kini mulai merapal mantra.

"Api yang membara, Lingkari dia dan hanguskanlah hingga menjadi debu [Hell's Prison]." Dalam sekejap, sebuah lingkaran langsung mengurung Prsour, suhu disekitarpun mulai naik akibat sihir Karen.

"Giliranku," gumam Catrine yang sudah siap, "[Temperature Drop]."

Sring!

Dalam sekejap suhu yang meninggi mulai menurun, akibat sihir Catrine, Posour yang masih meronta-ronta akibat sihir Karen secara perlahan mulai hangus.

Karen menyeringai dengan keringat yang membasahi tubuhnya. "Sekarang, Catrine!"

"Tak diberitahupun aku sudah tahu," ujar Catrine datar, suhu di sekitar kembali menurun. Catrine mulai mengeluarkan sihirnya, "[Cold Air Blows]."

Wush!

Terpaan angin bersuhu minus itu langsung menghantam Posour, membuatnya langsung membeku seketika, Karen pun langsung menghentikan sihirnya dan langsung jatuh terduduk dengan nafas terengah-engah.

Crak! Prang!

Posour itu langsung hancur berkeping-keping, menyisakan ruangan yang kosong dengan Karen dan Catrine yang menghela nafas lega.

"Bukankah ini lebih merepotkan daripada saat pertama kali kita melawan Posour?" keluh Karen dengan nafas terengah-engah.

"Itu wajar, karena Posour yang kita lawan memiliki aura yang sama dan kita melawan nya hanya berdua," ujar Catrine datar.

Karen mendengus pelan manik zambrud nya melirik kearah Catrine yang masih bisa berdiri dengan nafas normal. "Apa kau tidak lelah setelah mengeluarkan sihir dengan mana yang besar?"

"Tidak." Jawaban singkat dari Catrine langsung membuat urat kemarahan Karen tercetak jelas. "Dasar Gila!"

Catrine mendelik tajam kearah Karen, tak terima dengan teriakan sepupunya itu. "Hei! Aku masih tergolong waras, lagipula alasan kau lelah karena mengeluarkan [Hell's Prison] itu karena manamu yang yang kurang banyak."

"Latih kapasitas manamu agar dapat menampung lebih banyak mana lagi," sambung Catrine datar.

"Iya-iya, aku mengerti," ucap Karen yang telinganya mulai panas ketika mendengar ceramah sepupunya.

Catrine hanya diam, tak membalas ucapan Karen malah menghampiri Karen seraya mengulurkan tangan nya.

"Kemari, akan kubantu kau bangun." Karen terdiam, tak tahu harus bereaksi apa ketika tangan Catrine terulur untuk membantunya berdiri.

"Ck! Cepatlah!" kesal karena Karen yang belum menerima uluran nya, Catrine sampai harus menarik paksa tangan Karen hingga sang empu berdiri tegak.

"OMG! Sejak kapan seorang Catrine Nebbia Drake membantu seseorang berdiri!" bukannya berterimakasih Karen malah heboh.

"Bunuh sepupu sendiri boleh gak sih?" lirih Catrine yang sudah muak dengan ocehan Karen yang tak pernah berhenti ketika mereka tengah berjalan keluar Dungeon.

"Catrine!" pekik Karen yang rupanya mendengar lirihan Catrine tadi.

"Apa?" tanya Catrine datar. Seolah-olah ucapannya tadi sama sekali tak salah.

Karen mendengus kesal ketika Catrine yang merespon pekikan nya dengan datar. "Gak jadi."

Akhirnya....ketenangan, sorak Catrine yang akhirnya bisa menikmati perjalan dengan tenang tanpa ocehan Karen, karena sang empu yang merajuk.

***

Suasana di depan Dungon Fyrix kini tengah tegang.

Kenapa? Karena mereka baru saja merasakan gelombang mana yang besar dari dalam Dungeon.

"Sepertinya mereka tengah bertarung," gumam Jack seraya menatap Dungeon Fyrix.

Para petualang yang ada di luar Dungeon hanya bisa diam, mereka baru sadar kalau pertarungan tadi hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah peringat A atau S karena gelombang mana yang bisa mereka rasakan dari luar Dungeon.

Tak berselang lama, mereka kembali merasakan gelombang mana yang besar beserta suhu dingin yang keluar dari dalam Dungeon. Beberapa orang sempat memekik kedinginan karena suhu dingin yang keluar bukan main-main dinginnya.

"Apa-apaan gelombang mana ini?" gumam seorang petualang yang masih terkejut.

Jack menoleh kearahnya karena tak sadar gumaman nya berhasil tertangkap telinga Jack.

"Kalian merasakannya? Itu adalah gelombang mana dari mereka berdua, yang berati mereka tengah bertarung dengan monster yang kuat, aku tak tahu mereka selamat atau tidak. Tapi satu hal yang pasti, kalau mereka masih memiliki harapan selamat karena kekuatan mereka yang tak main-main, kalau kalian yang ada di posisi mereka apa kalian yakin kalau kalian akan selamat? Bahkan menurutku, kalian yang ada di sini sangat tidak memiliki harapan untuk hidup setelah kalian masuk kedalam Dungon ini."

Hening. Tak ada satupun petualang yang menyangkal ucapan Jack karena mereka yag ada disini adalah petualang tingkat D sampai B.

"Itu mereka!" seru seorang petualang pria yang kebetulan duduk di depan pintu Dungeon.

Semuanya langsung riuh, sosok Catrine dan Karen yang berjalan keluar dengan pakaian mereka yang kotor. Membuktikan kalau mereka baru saja bertarung.

Melihat sosok Catrine dan Karen yang sudah sepenuhnya keluar dari Dungeon membuat Jack langsung menghampiri mereka dan menanyakan keadaan masing-masing. "Bagaimana kondisi kalian dan dalam Dungeon?"

"Kondisi kami baik. Cat kelelahan karena menggunakan mana terlalu banyak tadi, kalau kondisi Dungeon, kau tidak perlu khawatir lagi karena di dalam sudah stabil," jelas Catrine datar.

Jack mengehela nafas lega dan kembali bertanya. "Lalu? Monster apa yang kalian temukan disana?"

"Persis seperti di Dungeon Infy, kita bersyukur karena kau mau menahan mereka masuk. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau mereka masuk kesana," tutur Catrine dengan jari yang meunjuk para petualang yang masih berkumpul.

"Terimakasih Cat, Blue. Ini bayaran kalian, kalian bisa beristirahat terlebih dahulu hingga Ketua kembali menghubungi kalian kembali," ucap Jack seraya menyerahkan kantung yang lumayan besar kepada mereka berdua dan langsung Catrine masukan kedalam cincin nya.

"Terimakasih, Ano...." ucapan Karen langsuung terpotong ketika Jack memberitahu namanya, karena mereka memang belum sempat berkenalan.

"Jack Hyron, kalian bisa memanggilku Jack," ucap Jack.

"Jack, bisa kita berbicara secara pribadi?" Jack menoleh kearah Catrine dan terdiam karena aura yang tengah ia keluarkan sangat tidak enak.

"Tentu, ayo ikuti aku," ucap Jack yang sudah berjalan mejauh disusul dengan Catrine dan Karen yang mengekori dirinya.

***

"Apa yang ingin kau bicarakan, Blue?" Jack bertanya serius.

Kini mereka tengah berdiri berhadap-hadapan dengan aura mengerikan yang dikeluarkan Catrine dan jauh dari para petualang yang beberapa waktu lalu sudah kembali ke Guild.

"Apa kau tahu kalau petualang sebelumnya yang masuk kedalam Dungeon Fyrix tidak kembali lagi?" tanya Catrine.

Jack mengangguk. "Tentu aku tahu."

"Aku kira kami akan menemukan jasad mereka ditengah perjalanan, tapi kami sama sekali tak menemukan mereka."

Suasana yang ada di sekitar mereka langsung tegang. Jack dan Kare sudah pucat pasi, karena baru menyadari hal itu.

"Kenapa aku tidak menyadarinya," gumam Jack, wajahnya masih terlihat pucat.

"Apa Posour yang kita temui tadi, memakan mereka?" tanya Karen.

Catrine menggeleng keras. "Itu tidak mungkin! Kalau mereka dimakan oleh Posour, bukankah batu yang aku hancurkan harusnya hancur lebih dulu? Atau setidaknya terlihat sisa pertarungan di ruangan itu."

"Kau benar," ucap Karen yang terdiam. Kembali memikirkan penyebab dari para petualang sebelumnya yang menghilang.

"Ini sangat janggal, tapi sepertinya ini semua saling terhubung," ucap Jack dan diangguki setuju oleh Catrine. "Aku juga berpikir begitu."

"Blue, Cat, masalah ini akan aku langsung aku laporkan ke Ketua, aku sarankan kalian bersiap-siap untuk misi selanjutnya," ucap Jack serius.

Mereka berdua mengangguk serempak. "Kami mengerti."

***

"Hah...!" helaan nafas kasar keluar dari mulut Catrine.

Usai berbicara dengan Jack, mereka berdua langsung kembali ke Istana dan langsung istirahat. Terutama Karen yang masih kelelahan, kini langit-langit kamar menjadi pemandangan yang sedang Catrine lihat.

Semakin lama, semua ini semakin merepotkan, pikir Catrine.

Marry menatap Catrine khawatir, karena Nona nya yang tak keluar kamar dari pagi hingga siang. Tentunya dirinya tak tahu kalau sang majikan baru saja keluar dan bertarung melawan monster ber-rank S yang mungkin bisa membuat orang panik.

"Nona, saya sarankan agar anda jalan-jalan keluar ruangan, bagaimana kalau anda bertemu dengan Tuan Muda Skyer? Kebetulan beliau sedang anda disini." mata Catrine langsung membelak dan langsung bangkit dari posisi tidurnya.

"Apa kau yakin dia masih ada disini Marry? Sebentar lagi malam loh."

Marry mengangguk mantap. "Saya yakin Tuan Muda Skyer masih disini."

Kebetulan yang sangat diuntungkan, pikir Catrine.

"Panggil dia ke ruang baca milikku, bilang padanya kalau ada hal penting yang ingin aku sampaikan," titah Catrine.

"Saya mengerti, saya permisi, Nona," ucap Marry yang sudah menghilang dibalik pintu.

***

Rak buku yang berjejer rapih dengan tumpukan buku yang membahas berbagai bidang, suasana hening langsung didapat ketika memasuki ruang baca milik Catrine yang dikhususkan untuknya.

Kini, di samping jendela yang menghadap taman depan Istana, terdapat Catrine dan Nicol yang duduk di sofa yang membuat mereka saling berhadapan dengan meja kayu sebagai pemisah.

Secangkir teh hangat yang tersaji di atas meja dengan beberapa kue kering yang cocok sebagai pendamping.

"Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya, Tuan Putri?" tanya Nicol to the point.

Menyesap aroma wangi dari teh yang ia pegang Catrine lantas membalas ucapan Nicol dengan dingin. "Sebelum itu, bisa kau hilangkan embel-embel kata Putri itu? Aku tak terlalu menyukainya, panggil saja aku Catrine dan aku akan memanggilmu Nicol."

"T-tapi...."

"Tidak ada tapi-tapin, anggap saja ini sebuah perintah," potong Catrine.

Menghela nafas pasrah Nicol mengangguk setuju.

"Ini mengenai Dungeon Fyrix." Mendengar nama Dungeon nya saja langsung membuat raut wajah Nicol menjadi serius.

"Apa yang terjadi disana?"

"Buruk," jawab Catrine pendek.

"Bisa kau jelaskan?"

"Tanpa kau minta pun aku ingin menjelaskan nya padamu karena aku membutuhkan kalian."

Lima menit berlalu dan itu digunakan oleh Catrine untuk menjelaskan apa yang terjadi disana dan kejanggalan yang ia temukan.

"Ini terlalu serius, kita harus mencari tahu siapa pelakunya dan apa tujuan dari semua ini," ucap Nicol.

Catrine menyeruput teh nya pelan. "Aku setuju, kejadian ini sudah melewati batas."

"Apa mungkin ini ulah Dark Forest? Kudengar mereka sudah mulai membuat pergerakan walau samar," gumam Nicol.

Prang!

Nicol langsung tersentak kaget ketika cangkir teh yang dipegang Catrine pecah akibat Catrine yang tak sengaja menjatuhkan nya.

"Catrine, apa yang kau laku-" ucapan Nicol langsung terhenti ketika meliwat raut wajah Catrine yang pucat pasi disertai dengan manik biru yang memancarkan kebencian.

"Kenapa aku tidak berpikir sampai situ?" gumam Catrine yang tak peduli dengan pecahan cangkir yang berserakan di sekitar kakinya.

"Cat!"

"Catrine!" teriakan Nicol membuat Catrine tersentak karena tak sadar kalau dirinya sudah melamun lebih dari lima menit.

"Nicol, kapan terakhir kali Dark Forest membuat pergerakan besar-besaran?" tanya Catrine serius.

"Lima tahun lalu, di Istana ini," jawab Nicol.

Catrine termenung, kembali teringat dengan kenangan pahitnya membuatnya kesal hingga ke ubun-ubun.

"Ini permintaanku, tolong carikan aku daftar kejahatan yang dilakukan Dark Forest, apapun itu! Dan tolong beritahu aku dimana saja pergerakan samar mereka," titah Catrine.

"Apa kau curiga kalau mereka dalang dari semua ini?" tanya Nicol ragu karena aura yang dikeluarkan Catrine sudah termasuk menyeramkan.

"Tidak. Aku bukan curiga kepada mereka."

Nicol mengernyit bingung."Lalu? Untuk apa kau meminta daftar kejahatan mereka?"

"Karena aku sudah menduga kalau mereka pelakunya, walau mereka tinggal di Hutan hitam yang membuat siapapun tidak berani masuk, tapi mereka masih bisa membuat kekacauan."

"Kau benar, Hutan hitam hanya bisa dimasuki oleh mereka pemilik see the aura, karena mereka bisa melihat aura disekeliling mereka. Aku tak habis pikir, bagaimana mereka bisa bertahan di Hutan Ilusi." Nicol menghela nafas kasar.

"Aku yakin mereka memiliki trik," gumam Catrine.

"Mengenai permintaanmu itu akan aku lakukan, kalau semuanya sudah selesai aku akan langsung memberitahumu," ujar Nicol yang manik hitam nya terus melihat sekeliling, seolah-olah sedang mencari seseorang.

"Kau mencari Karen?"

Nicol langsung terdiam, Catrine tersenyum kecil. "Karen sedang beristirahat, mana nya terkuras banyak karena menggunakan sihir skala luas."

"O-oh," ucap Nicol kikuk dengan tangan kanan yang memegang tengkuk nya. Malu karena tertangkap basah.

"Kau menyukai Karen?"

Kali ini reaksi yang diberikan Nicol lebih parah, dirinya kembali mematung dengan wajah yang memerah padam, membuat Catrie terkekeh pelan dan menatap Nicol dengan tatapan menggoda.

"Sepertinya aku sudah tahu jawabanmu, kuizinkan kau mendekatinya." Nicol langsung menghela nafas lega, tapi itu hanya sementara ketika Catrine melanjutkan ucapannya.

"Tapi...." tatapan yang awalnya menatapnya dengan geli langsung berubah menjadi menyeramkan, "kalau kau membuatnya sedih apalagi menangis, kau akan habis ditanganku."

Glup!

Nicol sampai menelan salivanya susah payah dan mengangguk patah-patah.

Tatapan Catrine yang awalnya menyeramkan langsung berubah menjadi kembali ramah. "Bagus! Kalau begitu kuizinkan kau mendekatinya."

Hari ini adalah hari terburuk sekaligus terbaik baginya. Terburuk karena tertangkap basah karena memiliki rasa terhadap sepupu Catrine yang tak lain adalah Karen dan terbaik karena sudah mendapat izin dari Catrine untuk mendekati Karen.

➢➢➢

Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top