➛Keberangkatan
Pagi hari mulai menyingsing, matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Burung-burung gereja mulai berkicau, angin berhembus dengan pelan, menerbangkan beberapa helai daun yang lepas dari ranting pohon.
Di sebuah rumah bermodel minimalis, terdapat tiga anggota keluarga yang tengah menyantap sarapan mereka masing-masing dengan tenang, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring.
"Catrine, apa tidak apa-apa kalau kamu berangkat sekolah sepagi ini?" tanya seorang wanita paruh baya yang menatap satu-satunya gadis yang sibuk dengan sarapan nya.
Mendengar namanya dipanggil sontak saja gadis bernama Catrine tersebut hanya tersenyum. "Tidak apa-apa kok, lagipula hari ini ada ujian kelulusan, kalau aku berangkat pagi, aku dapat belajar dulu."
"Belajar itu bagus tapi jangan memaksakan diri," timpal pria paruh baya yang ikut dalam topik pembicaraan.
"Aku gak gitu kok, Pa!" protes Catrine yang tak terima disebut memaksakan diri.
Empat tahun berlalu semenjak penyerangan di Istana, Catrine kecil yang awalnya hanya bisa bermain dan tertawa kini sudah semakin kuat akibat latihan yang rutin ia jalani, seluruh atribut sihir yang melekat pada dirinya sudah ia kuasai sejak satu tahun yang lalu. Jane dan Frank pun sudah menikah, beberapa bulan setelah Catrine dan Jane ke Bumi. Tak terasa beberapa hari lagi mereka harus rela berpisah dengan sosok tuan putri yang sudah dianggap sebagai anak sendiri.
"Bagaimana tentang persiapan nya, Catrine?" tanya Frank, alasan dirinya bertanya pun karena Catrine yang tidak pernah menyinggung tentang Element World tempat mereka bertiga berasal.
"Lancar kok, Pa," jawab Catrine yang melanjutkan sarapan nya yang tersisa setengah.
"Hati-hati ketika kamu sampai disana, Papa tidak bisa mengirim kamu, dan Karen langsung ke Istana, kemungkinan besar kamu dan Karen akan terkirim ke hutan."
"Itu sudah lebih dari cukup Pa, lagipula kalau kami berdua ada di hutan bukankah itu dapat menjadi lantihan mandiri," ucap Catrine yang berdiri dari tempat duduknya, berjalan menuju dapur untuk menyimpan bekas peralatan makan nya di wastafel.
Menghela nafas pelan akibat kalah debat dengan putri angkatnya, Frank lantas mengalihkan topik pembicaraan nya. "Kamu sudah selesai sarapan nya, Catrine?"
"Bukankah aku baru saja kembali dari dapur, Pa," jawab Catrine yang tersenyum simpul.
"Kau benar, ambil tasmu dan kita langsung berangkat," titah Frank yang juga sudah selesai dengan sarapan nya.
Bangkit dari tempat duduk, Frank lantas berjalan keluar rumah dengan tas kantor yang sudah tersampir di pundak, disusul dengan Catrine yang juga sudah memakai tas sekolahnya.
"Kalian berdua, hati-hati!" pinta Jane yang juga ikut keluar rumah guna mengantar mereka berdua hingga gerbang rumah.
"Tentu saja!" balas Frank seraya mengacungkan jari jempol, disusul dengan Catrine yang mengangguk singkat seraya tersenyum.
Mobil hitam yang dikendarai mereka berdua mulai bergerak memasuki jalanan, menjauh dari rumah hingga hilang di persimpangan jalan.
***
Terjadi keheningan di dalam mobil, keduanya sama sekali tidak ada yang membuka topik pembicaraan apapun, hanya suara mesin mobil dan kendaraan lain yang tengah berlalu- lalang yang dapat memecah keneningan mobil.
"Catrine, apa kamu sudah memiliki rencana apa yang akan kamu lakukan ketika sampai disana?" tanya Frank yang tetap fokus menatap jalanan yang cukup ramai.
"Entahlah,Pa. Prioritasku saat ini adalah menjadi lebih kuat agar ketika 'hari itu' tiba aku sudah siap," jawab Catrine.
"Pesanku sama seperti Jane, berhati-hatilah kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan nya."
"Tenang saja,Pa, aku akan berhati-hati."
"Bagus! Kalau begitu kami berdua bisa lega."
Catrine yang mendengar ucapan Frank hanya bisa terkekeh pelan. Tak terasa mobil yang ditumpangi keduanya sampai di sekolah dimana Catrine menimbah ilmu, mengeratkan tas yang tersampir di pundak, Catrine lantas membuka pintu mobil,melambaikan tangan kearah Frank dan langsung berlari memasuki kawasan sekolah yang masih sepi karena hari yang masih terlalu pagi.
Manik biru laut itu mengedarkan pandangan untuk melihat suasana sekolah yang masih sepi, kaki jenjang yang berbalut kaos kaki terus berjalan hingga sampai di kelas yang ditempati.
Sepi, pikir Catrine ketika melihat kelas yang kosong, berjalan dengan pelan lantas menarik kursi yang ada di pojok kelas dekat jendela, membuka resleting tas, dan langsung mengeluarkan buku, Handphone beserta earphone. Tak membutuhkan waktu lama dirinya langsung hanyut dalam musik yang mengalun di telinga dengan buku pelajaran yang ada di depan.
Waktu bergulir begitu cepat, sekolah yang awalnya masih sepi kini mulai ramai, kelas yang ditempati Catrine pun mulai berisik, Catrine yang masih asik dengan buku dan musik sama sekali tak terusik, hingga sebuah suara yang paling ia kenal langsung terdengar, menembus musik yang tengah ia dengar.
"Catrine, selamat pagi!" sapa seorang gadis berambut ungu yang tengah tersenyum dihadapan nya.
"Pagi," balas Catrine sekenan nya.
"Seperti biasa, sifat dingin sang ratu es," sindir gadis itu dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang empu.
"Ada apa, Karen?" tanya Catrine yang mulai jengkel dengan kelakuan sepupunya.
Karerina Nebbia, seorang gadis berambut ungu dengan mata berwarna hijau zambrud terang yang merupakan sepupu Catrine yang ikut dikirim ke Bumi dengan tujuan untuk menemani Catrine.
Terkekeh pelan ketika mendapati respon seperti itu dari Catrine, Karen lantas menepuk-nepuk punggu sepupunya yang satu ini. "Ayolah! Kamu jangan terlalu dingin Catrine."
"Terserah."
"Hah...seperti yang Tante Jane bilang, kau itu mirip sekali dengan Paman Xander."
"Tentu saja aku mirip seperti Ayah, memangnya kamu yang entah darimana mendapat sifat hiperaktif itu, seingatku Paman Haris dan Bibi Auri tidak memiliki sifat itu,"ejek Catrine yang dibalas dengan umpatan yang dilancarkan Karen.
"Sialan!"
Terkekeh pelan milihat sepupunya yang jengkel Catrine lantas menutup buku pelajaran miliknya, menyimpan nya di bawah meja.
"Bukankah tak terasa kalau sudah dua tahun kita disini dan harus kembali lagi kesana," ucap Karen yang mengganti topik pembicaraan.
"Ralat, kamu dua tahun sedangakan aku empat tahun," sela Catrine dan dibalas dengan dengusan ringan. "Terserah."
"Hari ini pertama ujian kelulusan, setelah ujian kelulusan selesai kita akan langsung kesana," tutur Catrine.
"Kau benar, kira-kira apa yang akan kita lalukan disana,ya?" monolog Karen.
"Entahlah, tapi yang pasti aku tidak ingin langsung pulang."
"Kenapa?"
"Bukankah kalau kita langsung pulang menjadi tidak menarik," ungkap Catrine yang tengah menyeringai disusul dengan Karen yang tersenyum kecil. "Kau benar."
Kring...kring....
Suara bel berbunyi, para siswa maupun siswi langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing, Karen yang awalnya berdiri di samping meja Catrine langsung duduk di kursinya sendiri yang ada di barisan depan.
"Semoga beruntung dengan ujian nya," ucap Karen.
"Kau juga, jangan lupa untuk menulis namamu, jangan seperti semester lalu."
"Sialan, rupanya kamu masih ingat," umpat Karen untuk kedua kalinya.
"Tentu, bagiku yang jarang terhibur pasti langsung mengingatnya." Sebuah seringai tercetak jelas di wajah yang selalu tanpa ekspresi ketika di luar rumah.
Tanda centang langsung terpampang jelas di raut wajah Karen ketika Catrine mengingatkan dirinya tentang kejadian semester lalu dimana dirinya lupa menulis nama dalam kertas ujian, mengakibatkan dirinya mendapat remedial untuk pertama kalinya. Ingin membalas ejekan Catrine, sayangnya seorang guru sudah masuk ke dalam kelas mereka, membuat Karen mengurungkan niatnya.
Memberi salam secara serempak dan tak membutuhkan waktu lama ujian untuk kelulusan pun dimulai, dimana ini adalah sebuah penentuan apakah mereka lulus apa tidak.
***
Seminggu telah berlalu, kini papan pengumuman ramai oleh siswa maupu siswi yang ingin melihat hasilnya, tak terkecuali Catrine maupun Karen yang juga ada disana untuk melihat hasilnya.
"Seperti biasa, tidak ada yang bisa menggeser posisimu dari peringkat pertama, Catrine." Catrine yang berdiri tepat di sebelah Karen hanya memutar bola matanya malas dan berjalan menjauh dari kerumunan, disusul oleh Karen.
"Besok pagi kita berangkat," terang Catrine, dengan nada lirih Karen membisikan apa yang ada di kepalanya. "Pst...bukankah ini terlalu cepat?"
"Tidak, menurutku besok waktu yang pas."
"Bagaimana dengan acara kelulusan?"
"Ayah dan Ibu yang akan mengurus itu." Mendengar jawaban yang diberikan Catrine membuat Karen menghela nafas kasar. "Kau itu,ya."
Catrine hanya diam, tak mengubris Karen yang menghela nafas kasar seraya mengeluh. Besok akan menjadi hari dimana mereka berdua akan pergi menuju tempat asal mereka, sekaligus hari dimana mereka akan menjalani kehidupan yang baru di dunia yang berbeda.
➢➢➢
Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top