➛Bertemu

Sinar matahari pagi mulai menyapa, manik biru yang awalnya tertutup kini mulai mengejap pelan akibat sinar matahari yang mulai menerobos masuk melalui jendela kamar. Bangkit dari posisi tidur, Catrine mulai melihat sekeliling.

Benar juga, kini aku sudah pulang, pikir Catrine yang baru saja mengumpulkan nyawa nya.

Kejadian kemarin malam tentu tak dilupakan oleh gadis berambut putih itu. Usai melepas rindu Catrine maupun Karen ditunjukkan menuju kamar mereka masing-masing. Kamar yang sudah tak ia tiduri selama lima tahun kini sudah berubah dengan dekorasi simple namun elegan.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar berbunyi, Catrine sontak menoleh dan menyuruh siapapun yang ada di depan kamar nya untuk masuk.

Cklek!

Seorang maid perempuan berambut coklat sebahu mulai masuk ke dalam kamarnya.

"Siapa?" tanya Catrine datar. Kini sifat dingin yang hilang tadi malam sudah kembali, memperlihatkan sosok Catrine yang dingin tak tersentuh.

"Perkenalkan nama saya Merry, Tuan Putri. Mulai hari ini saya akan menjadi pelayan pribadi Tuan Putri," ucap Merry yang memperkenalkan dirinya secara sopan.

"Namaku Catrine, jangan panggil aku dengan embel-embel Tuan Putri, aku tak menyukainya. Panggil saja aku Nona," titah Catrine. Jujur dirinya merasa aneh ketika embel Putri tersemat dalam dirinya, mungkin karena kehidupan nya selama ini yang selalu berbaur dengan orang lain membuat embel Putri mejadi terasa asing bagi dirinya.

"T-tapi." Raut wajah khwatir Merry tampilkan dan itu cukup membuat Catrine mengerti.

"Tak ada tapi-tapian, Nona saja sudah cukup bagiku," ucap Catrine datar dengan nada tegas ia terkandung di dalam nya.

"B-baiklah, Nona Catrine." Dengan pasrah Merry mengikuti apa yang diingkan tuan baru nya.

"Merry, kau tunggulah disini, aku akan mandi terlebih dahulu," ucap Catrine yang berdiri dan mulai berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

"Biarkan maid lain memandikan anda, Nona." Catrine langsung menatap horror Merry ketika mendengar ucapan yang dilontarkan Merry.

Hei! Bagi bangsawan lain mungkin itu wajar, tapi bagiku yang terbiasa hidup mandiri, tentu akan merasa aneh, pekik Catrine di dalam hati.

"Tidak perlu! Aku lebih suka melakukan nya sendiri, kau siapkan saja pakaian untuk ku," titah Catrine yang sudah masuk ke dalam kamar mandi sebelum Marry memprotes.

***

Lorong Istana mulai ramai, banyak pelayan ataupun kesatria yang berlalu-lalang. Sibuk dengan kesibukan masing-masing, beberapa ada yang melirik kearah Catrine yang berjalan anggun nan tenang, bersama dengan Merry yang mengekor di belakang. Gaun berwarna biru langit yang memiliki motif bunga yang ia pakai sangat kontras dengan manik biru nya, tatapan nya yang dingin tapi tenang mmeberikan kesan anggun bagi yang melihat, bahkan beberapa bisikan dari pelayan atau ksatria yang ia lewati sempat ia dengar walau samar.

'Kudengar dia putri yang hilang itu.'

'Gen keluarga kerajaan Lyos benar-benar mengerikan. Setiap keturunan nya sangat sempurna.

'Sudah lama aku tidak melihat Putri Catrine.'

'Kau benar, bagi kita yang sudah lama bekerja disini pasti langsung tahu kalau dia Putri Catrine.'

Sepertinya Nona Catrine cukup dikenal oleh pelayan dan ksatria senior, pikir Merry. Karena dirinya baru bekerja selama setahun disini, tentu dirinya tak mengenal Catrine sama sekali karena dirinya tak ada dalam kejadian penyerangan Istana lima tahun lalu yang sepat membuat masyarakat geger, karena berpikir orang gila mana yang nekat menyerang Istana yang dipimpin oleh Raja mereka yang terkenal kuat dan bengis.

"Catrine!" sebuah seruan terdengar, namanya yang dipanggil membuat dirinya menoleh. Mendapati Karen yang tengah berjalan kearah nya dengan senyuman lebar.

"Hentikan senyumanmu itu, kau membuatku merinding." Bukan nya sebuah sapaan ataupun sebuah pujian, yang di dapati Karen adalah sebuah ejekan yang hampir setiap hari ia dengar.

"Hentikan juga ejekkan mu yang menyebalkan itu," balas Karen tak mau kalah. Dia sudah lelah dengan kelakukan sepupunya yang memiliki hobi mengejek nya.

"Ha? Apa? Maaf aku tak mendengar ucapanmu tadi, bisa kau ulangi?" tanya Catrine yang semakin gencar menjahili Karen yang sudah memasang raut wajah jengkel.

"Bangs*t!" sebuah umpatan yang pertama kali Karen keluarkan membuat Catrine melototkan matanya.

Tak!

Sebuah toyoran Karen terima dari Catrine yang menatapnya sengit.

"Jangan pernah mengucapkan kata itu di depan yang lain atau kita terkan imbasnya," ucap Catrine sengit.

"Kenapa? Bukankah mereka tak akan tahu apa yang kita ucapkan?" tanya Karen yang masih mengelus-elus kepalanya yang sempat di toyor.

"Memang benar, tapi bagaimana kalau mereka menanyakan artinya? Kau mau menjelaskan nya?" sebuah pertanyaan telak langsung menghantam Karen, membuatnya cengengesan karena sadar akan resiko yang akan terjadi kalau dirinya mengucappkan kata itu di depan keluarga nya.

Menghela nafas pelan Catrine lantas menawarkan jalan bersama menuju ruang makan kepada Karen dan langsuung diterima dengan cepat. Tak membutuhkan waktu lama lagi keduanya lantas berjalan beririingan dengan Merry yang masih mengekor.

***

"Selamat pagi Ayah, Ibu," sapa Catrine dan Karen serempak. Kini terdapat Xande, Elena, Haris dan Auri yang sudah duduk di kursinya masing-masing.

"Pagi sayang, bagaimana tidurmu?" tanya Elena yang mengecup pipi Catrine.

"Tidurku nyenyak," jawab Catrine yang duduk di samping Elena. Sedangkan Karen yang duduk di samping Auri.

"Dimana Kak Tyros dan Kak Kyle?" tanya Karen yang melihat sekitar.

"Mereka akan kemari sebentar lagi," jawab Haris datar.

Ugh! Melihat Paman Xander, Catrine dan Ayah bersama dalam satu ruangan membuatku merinding, belum lagi Kak Kyle yangg sifatnya sebelas duabelas sama mereka bertiga, pikir Karen yang meringis pelan.

Disaat yang bersamaan pula, sebuah suara dari ksatria yang menjaga pintu ruang makan yang memeberi tahu kedatangan Kyle, Tyros dan Cart.

Pintu ruang makan terbuka, memperlihatkan tiga sosok yang ditunggu oleh mereka. Dua orang remaja laki-laki berusia sembilan belas tahun dengan seorang anak kecil berusia empat tahun. Tatapan Catrine langsung terpaku ke sosok anak kecil yang sepertinya akan segera berulang tahun yang kelima.

"Pagi Kak Tyros, Kaka Kyle!" sapa Karen seraya melambaikan tangan nya. Ketiga nya sontak menoleh kearah Karen yang baru saja memanggil Kyle dan Tyros.

Diluar dugaan, mereka berdua langsung terdiam membeku dengan wajah terkejut. Catrine mengernyit heran.

Kenapa? Bingung Catrine, bukan sampai situ saja Kyle dan Tyros juga langsung menoleh kearah Catrine dengan raut wajah yang tak jauh berbeda ketika melihat Karen. Awalnya pun dirinya bingung tapi kebingungan nya langsung terjawab ketika mendengar celetukan Mama nya.

"Oh ya! Ibu lupa memberitahu Kyle dan Tyros kalau kalian sudah pulang, sepertinya mereka terkejut dengan kepulangan kalian yang tidak diberitahu kepada mereka." Catrine dan Karen langsung menatap horor Elena dan menoleh kearah Kakak mereka.

Terlambat. Kini mereka berdua sudah dalam pelukan Kakak mereka masing-masing yang entah sejak kapan sudah ada di hadapan mereka.

"K-kak, kau tahu kalau pelukanmu itu terlalu kencang! Kau ingin aku mati kehabisan nafas!" seru Catrine yang kesulitan bernafas ketika Kyle yang memeluk nya dengan erat. Kondisi Karen pun tak jauh darinya, bahkan Karen sudah mengumpati Tyros yang memeluknya dengan erat hingga kesulitan bernapas sama seperti dirinya.

Kyle yang sadara kalau adiknya mulai tersiksa akibat pelukan nya langsung ia lepaskan, berbeda dengan Tyros yang melepas Karen setelah Karen menendang tulang keringnya. Membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Kenapa memeberi kabar?" tanya Kyle to the point.

"Sengaja, biar menarik. Selain itu kalau kami mengabari Kakak sama Kak Tyros kalau kami pulang, kalian pasti langsung datang," jelas Catrine dengan intonasi datar, manik biru nya tak sengaja menangkap sosok anak kecil yang bersebunyi di tubuh tinggi Kyle.

"Hei," panggil Catrine yang berjongkok, mesejajarkan tingginya dengan anak kecil itu.

"Apa kau yang bernama Cart?" tanya Catrine. Intonasi datarnya kini sudah berubah menjadi intonasi lembut. Anak itu menjawab dengan terbata-bata dengan ekspresi malu, membubat siapapun yang meihatnya akan merasa gemas."I-iya."

Catrine terkekeh pelan dan menatap Kyle yang sempat melihat interaksi nya dengan adik laki-laki nya, manik biru nya bertabrakan dengan manik coklat milik Kyle,seolah-olah mereka tengah berkomunikasi melewati tatapan masing-masing.

"Cart," panggil Elena. Anak kecil berambut putih khas keluarga Drake langsung menoleh dan tersenyum sumringah dan berlari memeluk Elena yang dibalas dengan kekehan pelan. "Ibu!"

"Cart, Mama akan memperkenalkan Kakak perempuanmu yang selalu Ibu ceritakan sebelum tidur." Ucapan Elena sontak mengundang tatapn binar dari anak kecil itu, manik biru yang persis seperti Catrine terlihat sangat menggemaskan.

"Ya, Catrine kemarilah." Catrine yang dipanggil lantas menoleh dan menghampiri sang Ibu, Cart yang berada dalam pelukan Elena lantas ikut menoleh. Menatap Catrine dengan tatapan polos.

"Nah! Cart ini adalah Kakak perempuanmu, panggil dia dengan sebutan Kak Catrine," ucap Elena.

"Hai Cart, mungkin ini pertemuan pertama kita, namaku Catrine dan aku Kakak perempuanmu," ucap Catrine yang tersenyum simpul.

"Kak Catrine," panggil Cart. Catrine mematung, mendengar kata 'Kakak' yang diucapkan Cart membuat hatinya berdesir hangat. Sebutan 'Kakak' yang biasa ia sematkan kepada Kyle, kini juga tersemat kepada dirinya.

"Kemarilah, aku akan menggedongmu." Mata Cart langsung berbinar, mengangguk antusias dan langsung melompat kearah Catrine yang limbung ketika mendapat terjangan dari Cart, Catrine hanya bisa kembali terkekeh dan mendudukan Cart di pangkuan nya.

***

Hening.

Hanya terdengar suara pisau dan gapu yang bergesekan dengan piring, karena aturan kerajaan yang mengharuskan makan dengan tenang. Mengusap bibir nya dengan serbet Xander lantas mulai membuka pembicaraan.

"Catrine, bagaimana dengan pengendalianmu? Apa ada masalah?" tanya Xander.

"Tidak ada kok Yah, semuanya lancar," jawab Catrine.

"Bagaimana denganmu, Karen?" kali ini Haris yang bertanya.

"Sama seperti Catrine, Yah. Semua nya lancar," jawab Karen.

"Kyle, bagaimana denganmu? Apa kau menemukan sesuatu?" manik biru coklat milik Xander menatap Kyle yang baru saja minum.

"Ya. Aku dan Tyros sempat ke benua Easteria kemarin dan sempat mendengar kalau Guild Petualang tengah melakukan penyelidikan besar-besaran." Ucapan Kyle sontak membuat Catrine dan Karen yang mendengar nya terbatuk-batuk karena tengah minum.

"Kau ini kenapa?" tanya Kyle yang menatap Catrine bingung.

"Bukan apa-apa. Jangan perdulikan kejadian tadi," jawab Catrine.

"Lanjutkan Kyle," titah Xander.

"Beberapa hari yang lalu, sekelompok petualang tingkat A dan S dikumpulkan untuk melakukan penelusuran terhadapan Dungeon Infy. Kudengar kelompok petualang itu bertemu dengan Posour yang berbeda dari yang lain." Suasana tengang langsung menyelimuti ruangan itu. Catrine dan Karen sudah memasang telinga mereka baik-baik, penasaran dengan apa yang akan Kyle ucapkan selanjutnya.

"Kita lanjutkan ini diruanganku, sepertinya ini akan menyangkut seluruh benua." Catrine mendesah kecewa, begitupula dengan Karen karena tak bisa mendengar laporan Kye lebih rinci.

"Ughh...." Catrine langsung melirik kearah Cart yang memegang dada kirinya. Panik langsung menggerogoti tubuhnya.

"Cart," panggil Catrine.

"K-kak, s-sakit." Rintihan kecil keluar dari bibir mungil itu, otaknya mulai berpikir dan langsung mengaktifkan ability see the aura miliknya, agar tahu peyebab dari rintihan adiknya.

"Ayah, Ibu! Cart dalam masalah, aku akan pergi membantunya." seruan Catrine langsung membuat semua yang ada di ruang makan menoleh. Raut panik adalah yang pertama kali mereka lihat terhadap Catrine.

"K-kak." Cart kembali merintih dan memegang dada kirinya sekat tenaga, tanpa membuang waktu lagi Catrine langsung melakukan teleport menuju taman Istana yang sepi.

"Cart, lihat Kakak," titah Catrine. Manik biru milik Cart yang menyipit karena sempat terpejam kini bertumbrukan dengan manik biru yang sama persis seperti dirinya.

Tak ada cara lain, hanya ini satu-satunya, pikir Catrine yang sudah membulatkan tekad.

➢➢➢

Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
↓↓↓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top