➛Belanja, dan Keributa kecil
Cahaya matahari masuk melalui jendela dan mulai menyinari kamar yang ditempati Catrine yang mulai terganggu dengan sinar matahari yang menyinari wajahnya, mengejap-ngejapkan matanya secara perlahar agar matanya dapat beradaptasi dengan cahaya yang menerangi kamarnya, lantas ketika manik biru laut itu menoleh kearah kasur di sebelahnya yang kosong.
Dimana, Karen? Pikir nya ketika melihat sang pemilik kasur di sebelahnya tak ada. Bangkit dari kasur, Catrine lantas berjalan kearah kamar mandi dan memulai ritual paginya.
Tak berselang lama, Catrine yang baru saja membersihkan diri keluar dari kamar dan langsung berjalan menuju lantai satu penginapan. Benar saja di salah satu meja makan terdapat Karen yang tengah sarapan dengan lahap, sebagai sepupunya Catrine hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan dan berjalan menghampiri Karen yang masih belum menyadari keberadaannya.
"Oh,Catrine!" panggil Karen yang baru menyadari kehadiran Catrine yang tengah berjalan kearahnya.
"Enak makannya?" tanya Catrine dan hanya dibalas dengan serigai ringan. Duduk di kursi yang ada di hadapan sepupunya, Catrine hanya asik melihat Karen yang melanjutkan sarapan nya yang sempat tertunda.
"Kau tak pesan?" tanya Karen.
"Kamu yang pesankan."
"Lho? Kok aku?"
"Malas, lagipula bukankah dari kemarin kamu menyerahkan banyak tugas kepadaku." Skakmat, Karen dibuat bungkam dengan ucapan Catrine barusan, melihat reaksi Karen yang terbungkam dengan ucapannya Catrine hanya bisa menyeringai puas.
Menghela nafas berat, Karen lantas mengangkat tangan nya membuat sang pramusaji yang berdiri tak jauh dari mereka langsung berjalan kemari.
"Tolong satu porsi ayam panggang dengan air tawar."
"Baik, tolong ditunggu pesanannya." Pramusaji tersebut langsung berjalan menjauh, memberi tahu sang koki akan pesanan yang dipesan Karen.
"Kau sudah punya rencana untuk hari ini?" tanya Karen yang baru saja menyelesaikan sarapannya dan tengah meminum minuman pesanannya.
"Tentu, aku akan mendaftar menjadi petualang di Guild Petualang, kalau kamu mau ikut silahkan, setelah itu aku ingin membeli beberapa pakaian dan kebutuhan lainnya," jelas Catrine, membuat Karen tersedak minumannya sendiri.
"Kau bercanda! Bukankah identitas kita akan ketahuan kalau kita mendaftar menjadi petualang!" seru Karen dan langsung ditatap tajam oleh Catrine karena telah mengundang beberapa atensi kearah mereka berdua.
"Tentu aku tidak bodoh dan aku punya rencana sendiri." Karen hanya memiringkan kepalanya karena tak mengerti dengan ucapan sepupunya.
"Satu lagi, bisakah kamu mengecilkan suaramu, suaramu itu terlalu keras," pinta Catrine dengan tampang datar, Karen yang sadar kalau suaranya sudah mengundang beberapa atensi hanya bisa tersenyum masam seraya mengangguk.
"Bagus!" kata Catrine yang puas karena Karen sudah menyadari kesalahannya.
"Maaf menunggu, ini ayam panggang dengan air tawarnya," ucap sang pramusaji yang datang membawa pesanan yang tadi Karen pesan dan meletakannya di atas meja, usai meletakan pesanan sang pramusaji langsung kembali ketempatnya semula.
"Kalau kamu ingin jalan-jalan dulu, lebih baik sekarang kudengar ada beberapa toko bagus di kota ini," kata Catrine yang mulai memakan ayam panggang yang dipesankan Karen.
"Bagaimana denganmu? Kalau aku pergi bukankah kamu akan sendiri disini?" tanya Karen.
"Karen, aku itu bukan anak kecil yang harus diawasi terus-menerus, jadi jangan pernah menganggapku anak kecil lagi," tegas Catrine yang kesal karena masiih dianggap anak kecil.
Menghela nafas pelan, Karen lantas bangkot dari duduknya, manik hijau miliknya langsung menatap Catrine yan melanjutkan sarapannya. "Oke, kalau ada apa-apa segera telepati aku, kau mengerti."
Menggangguk singkat, Catrine lantas membalas tatapan Karen. "Mengerti, sekarang pergilah."
Dalam wantu singkat Karen sudah keluar dari penginapan, guna melihat kota Leza lebih dekat lagi. Menggeleng-gelengkan kepalanya pelan Catrine lantas melanjutkan sarapannya dengan tenang, tanpa menyadari kalau dirinya sedang di tatap oleh beberapa pasang mata.
'Lihat gadis itu, bukankah menurutmu dia sangat cantik.'
'Kau benar, bagaimana kalau kita kesana untuk menggodanya.'
'Ide yang bagus.'
Aku harap sarapanku bisa menjadi lebih tenang, pikir Catrine yang baru saja menyelesaikan sarapannya lebih cepat akibat tak sengaja mendengar bisik-bisik dua orang pemuda yang duduk tak jauh dari mejanya saat ini, meminum minuman nya dengan cepat Catrine lantas berdiri dari duduknya, hendak keluar dari penginapan.
Sayangnya ketika hendak memegang gagang pintu penginapan, secara tiba-tiba pundak kanannya dipegang oleh salah satu pemuda yang sempat membicarakan dirinya.
"Hei, Nona manis, boleh aku tahu siapa namamu?" dengan nada menggoda pemuda bertubuh kekar dengan satu kapak besar dipunggunya bertanya kearah Catrine.
"Untuk apa aku memberitahumu? Satu lagi, bisa kau lepas tangan kotormu itu dari pundakku," ucap Catrine dengan datar, manik biru laut miliknya menatap tajam kearah pemuda yang tak mempedulikan ucapannya.
"Nona, kau tak perlu berbicara dengan nada seperti itu, kami hanya ingin tahu namamu saja," ucap pemuda bertubuh kurus dengan pedang yang tersampir di pinggang, bahkan tangan nya yang nakal mulai memengang beberapa helai rambut miliknya dan menghirup aromanya.
"Lepaskan," lirih Catrine, suhu di sekitar sudah mulai menurun, membuat pengunjung yang ada di dalam penginapan merasa kedinginan termasuk kedua pemuda itu.
"N-nona," panggi pemuda bertubuh kekar.
"Sudah kubilang lepaskan tangan kotor kalian dariku," ucap Catrine yang memegang tangan kedua pemuda itu dan membekukan nya, membuat mereka berdua meraung kesakitan.
Dengan tampang datar, Catrine menatap kedua pemuda yang masih meraung kesakitan, tak peduli akan tatapan yang dilayangkan pengunjung lain kepadanya, dengan nada datar Catrine lantas memberikan sebuah peringatan kecil agar mereka kapok. "Ini akibat dari kelakukan kalian yang sangat tak sopan, lebih baik kalian bersyukur aku hanya membekukan tangan saja, kalau kalian masih macam-macam akan kubekukan kalian hingga seluruh tubuh, camkan itu baik-baik!"
Usai memberikan memberikan peringatan, Catrine lantas mengembalikan suhu ruangan menjadi awal dan meminta maaf kepada Eliza yang melihat kejadian awal hingga akhir. "Maafkan aku yang sudah membuat keributan."
"Anda tidak perlu minta maaf Nona-"
"Catrine, namaku Catrine," potong Catrine.
"Ah, anda tidak perlu minta maaf Nona Catrine, justru saya sebagai pemilik penginapan yang harusnya meminta maaf karena katidaknyaman tadi."
"Apa mereka memang selalu menggoda wanita yang ada di penginapa ini?" tanya Catrine yang sempat melirik dua pemuda yang tangannya ia bekukan dan kini kondisi mereka berdua tengah pingsan akibat rasa sakit.
"Bisa dibilang begitu, kami sama sekali tidak bisa melawan mereka karena mereka adalah seorang petualang rank C."
"Begitu, ya," gumam Catrine hingga teringat akan satu toko yang ingin ia kunjungi. "Nona Eliza, apa nona tahu dimana toko peralatan sihir dan senjata terbaik di kota ini?"
"Tentu saya tahu, nona Catrine apa anda ingin diantar?" tawar Eliza, tersenyum tipis Catrine lantas mengangguk. "Kalau anda bisa, saya terima tawaran itu."
"Tunggu sebentar, nona Catrine." Eliza lantas berjalan meninggalkan meja resepsionis hingga tak membutuhkan waktu lama Eliza kembali datang dengan pakaian santai miliknya.
"Tres, bisa kau gantikan aku sebentar, aku ingin mengajak nona Catrine untuk berkeliling kota Leza." Tres, si pramusaji hanya bisa mengangguk singkat meng'iya'kan apa yang Eliza katakan.
Memegang tangan Catrine seraya tersenyum, Eliza lantas langsung membawa Catrine keluar penginapan.
***
Ketika keluar dari penginapan keramaian kota Leza langsung menyambut Catrine, banyak orang yang berlalu-lalang, kereta kuda milik para pedangang maupun bangsawan pun terlihat dari sudut manapun, bahkan kereta kuda saat ini lebih banyak daripada kemarin ketika ia dan Karen datang kemari.
"Ayo, Nona," kata Eliza yang sudah mulai berjalan, disusul dengan Catrine yang tanganya ditarik oleh Eliza agar dapat mengikutinya.
Mereka terus berjalan lurus hingga Eliza yang tiba-tiba berbelok kearah gang kecil yang jauh dari keramaian, mengernyit heran Catrine hanya bisa mengikutinya tanpa banyak tanya.
"Ini toko senjata dan peralatan sihir terbaik," ucap Eliza yang menunjuk sebuah toko kecil yang jika dilihat dari luar terlihat tak terawat.
"Ayo masuk, nona Catrine," ajak Eliza yang sudah memasuki toko.
Catrine hanya bisa menghela nafas pelan dan ikut memasuki toko kewaspadaannya ia tingkatkan karena tempat yang ia masuki agak mencurigakan.
Kring
Suara bel pintu berbunyi, ketika mereka berdua memasuki toko, manik biru laut tersebut langsung membesar ketika melihat isi toko yang melebihi ekspetasinya. Beragam senjata maupun peralatan sihir, semuanya terpampang di etalase toko, Catrine hanya bisa berdecak kagum ketika tahu toko yang ia kira agak mencurigakan menyediakan senjata maupun peralatan yang berkualitas baik.
"Selamat datang, Oh! Eliza, kau membawa pelanggan," sebuah suara bariton terdengar, membuat Catrine maupun Eliza menoleh, seorang pria kekar, dengan pakaian khas seorang penempa kini tengah menyeringai, dengan tersenyum simpul Eliza membawa Catrine kearah pria itu dan langsung memperkenalkan Catrine kepadanya. "Nona Catrine perkenalkan dia Gill, dia adalah pemilik toko ini dan Gill dia adalah Nona Catrine, salah satu pelanggan di penginapanku."
Mengulurkan tangannya Gill tersenyum kearah Catrine. "Salam kenal, Nona Catrine."
"Salam kenal juga Tuan Gill," ucap Catrine yang membalas uluran tangan Gill.
"Tuan Gill apa kau punya batu penyegel, tombak, panah dan batu penyimpan?" tanya Catrine yang melihat-lihat sekeliling.
"Tentu saya punya, tapi untuk batu penyimpan dan batu penyegel itu memiliki harga yang tinggi." Tersenyum tipis ketika tahu barang-barang yang ia inginkan ada disini, Catrine lantas melirik kearah Gill dan meminta berang-barang itu.
"Tak apa, asalkan barangnya ada aku akan membelinya."
"Nona Catrine batu penyegel apa yang anda inginkan?" tanya Gill.
"Batu penyegel yang bisa menahan empat atribut sihir."
"Kalau begitu tolong tunggu sebentar." Berjalan menjauh Catrine mulai berkeliling toko, banyak senjata maupu peralatan sihir yang terpampang di toko ini, ada beberapa barang yang sempat menarik perhatiannya tapi mengingat apa yang dibutuhkannya saat ini membuat Catrine mengurungkan niatnya.
"Ini pesanan anda, Nona Catrine." Gill yang kembali dengan pesanan yang ia pesan membuat dirinya menghampiri Gill, di atas meja terdapat semua pesanan yang ia inginkan, tapi fokusnya teralihkan ketika melihat sebuah cincin berwarna perak yang berhiasi batu.
"Apa ini, Tuan Gill?" tanya Catrine yang mengambil cincin perak itu, jika dilihat lebih dekat cincin perak yang ia pegang memiliki ukiran pola-pola rumit, memberikan kesan indah bagi yang melihatnya.
Tersenyum dengan bangga, Gill lantas memamerkan karyanya yang ia buat sendiri. "Itu adalah batu penyimpan yang aku tanamkan dalam cincin ini, cukup sulit untuk mengubah bentuknya selagi menjaga fungsinya."
Batu penyimpan, sebuah batu yang biasanya hanya ditempelkan ke dalam aksesosir terutama cicin, fungsi dari batu penyimpan adalah sang pengguna yang bisa menyimpan barang-barangnya ke dalam batu penyimpan dan bisa mengambilnya dengan cepat, sayangnya karena harganya yang tinggi, dan langka membuat batu penyimpan mejadi barang dengan nilai tinggi, dan biasanya batu penyimpan dimiliki oleh seorang bangsawan yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Kagum ketika melihat tahu cincin yang ia pegang adalah sebuah batu penyimpan, Cantrine lantas memakainya di tangan kanannya tepat di jari tengah.
Pas, pikirnya yang puas ketika melihat jari tengahnya yang terdapat batu penyimpan.
"Bagaimana denga batu penyegel itu, Tuan Gill?" tanya Catrine.
"Ini dia, Nona Catrine." Gill langsung memberikan sebuah gelang yang berhias empat baru berwarna putih. Catrine yang menerimanya lantas langsung memakainya, dalam sekejap keempat atribut sihir miliknya langsung tersegel, menyisakan atribut es dan api yang masih bisa ia rasakan.
Batu penyegel, sebuah batu yang bisa menyegel apapun tergantung kekuatan dari apa yang ingin disegel, contohnya seperti batu penyegel yang Catrine pakai, batu penyegel yang Catrine pakai adalah batu penyegel yang di khusukan untuk menyegel atribut sihir, satu batu penyegel bisa menahan satu atribut sihir.
Sedangkan atribut sihir dibagi menjadi enam yaitu, api,air,angin,bumi,petir dan es, selain atribut sihir terdapat ability yang dibagi menjadi lima yaitu, teleport ,invisible ,healing, see the aura dan telepati.
"Apa anda ingin mencoba tombak dan panah ini, Nona Catrine," tawar Gill yang menyondorkan pisau ganda yang masih tersarung dan panah disertai dengan anak panah.
"Tentu, kenapa tidak." Tangan lentik yang lembut itu mengambil tombak yang ada dihadapannya tanpa ragu dan langsung mencobanya dengan gerakan-gerakan dasar, dirasa sudah pas kini ia mencoba panah dengan menarik-narik tali busur, memastikan agar tetap kuat.
Mengambil kantung kecil yang ada di saku celana miliknya Catrine lantas memberikanya kepada Gill. "Ini sangat bagus Tuan Gill, sebagai hadiah aku akan memberikan delapan puluh koin emas untuk ini semua." Mendengar apa yang diucapkan Catrine, Eliza lantas berseru.
"Bukankah ini bagus Gill! Kau bisa membayar hutang-hutangmu dengan uang sebanyak ini."
"Kau benar, Liz tapi aku yakin mereka pati akan bertanya darimana aku mendapat uang sebanyak ini, karena mereka tahu kalau tempat ini sangat terpencil," ucap Gill yang hanya tertawa miris, Eliza hanya bisa menatap sendu dan Catrine hanya menatap bingung.
"Apa ada masalah?" tanya Catrine membuat keduanya menoleh.
"A-ah! Tidak ada apa-apa nona Catrine," jawab Eliza disertai gelengan, manik biru milik Catrine latas langsung memicing ketika tahu kalau mereka berbohong. "Tak usah mengelak, dari raut wajah aku sudah tahu kalian berbohong, katakan sekarang juga atau aku pergi."
"Ini hanya masalah hutang, nona Catrine," kata Gill yang akhirnya menyerah.
"Hutang?" ulang Catrine dan dibalas anggukan Eliza.
"Sebenarnya, mendiang orang tua Gill memiliki hutang terhadap seorang bangsawan berpangkan Count, disaat mereka ingin mengembalikan uang nya bangsawan itu bilang kalau jumlah yang mereka pinjam bukan segitu, padahal jelas kalau jumlah yang mereka bawa sesuai. Setiap hari bangsawan itu bilang kalau mereka tidak mengembalikannya tepat waktu dia akan menambahkan hutangnya dua kali lipat," jelas Eliza.
"Bagaimana kamu tahu cerita sedetail itu, Eliza?" tanya Catrine karena merasa aneh ketika Eliza menjelaskan semuanya dengan rinci.
"Karena kami berdua sepupu, Eliza terkadang membantu keluargaku untuk melunasi hutang itu," potong Gill. Catrine hanya bisa merenung, memikirkan cara agar bisa membantu mereka, disaat bersamaan juga terdengar suara bel pintu toko berbunyi membuat ketiganya sontak menoleh.
Seorang pria paruh baya berperwarakan kurus dengan pakaian mewah miliknya rambutnya yang pirang tersisir dengan rapih memperlihatkan raut wajah sombong dan arogan, dengan sekali lihat pun Catrine langsung tahu kalau orang ini pasti sangat menyebalkan kalau dihadapi oleh rakyat jelata, dengan tiga ksatria yang ada di belakang nya pria paruh baya itu berjalan dengan angkuh kearah mereka bertiga yang melihatnya.
"Gill, sudah waktunya kau membayar hutangmu," cetus pria paruh baya itu. Gill hanya bisa mengehela nafas dan mengambil lima puluh koin emas dari kantung yang Catrine berika kepadanya dan memasukannya ke dalam kantung yang kebih kecil.
"Ini lima puluh koin emas, dengan artian saya sudah melunasi hutang saya, Count Marly," ucap Gill yang langsung melempar kantung yang berisi lima koin emas kepada pria paruh baya itu.
Count Marly, nama bangsawan yang meneriman kantung kecil itu, Catrine yang melihat kejadian itu hanya bisa berharap kalau dia bisa melihat raut wajah terkejut atau kesal dari bangsawan berpangat Count itu.
Sayangnya harapan yang diingkan Catrine pupus ketika melihat seringai menyebalkan yang ditampilkan Count yang satu ini. "Sepertinya kau salah Gill, hutangmu itu bukan lima puluh koin, tapi satu koin platinum."
"Apa?!" Gill berseru kaget, Eliza yang sudah geram langsung berjalan kearah Count Marly dengan wajah yang menggelap.
"Count Marly, bukankah hutang Gill hanya lima puluh koin emas? Kenapa hutangnya menambah menjadi satu koin platinum?" tanya Eliza dengan nada rendah.
"Eh? Tapi di catatanku dia meminjam satu koin platinum," jawabnya dengan nada seolah-seolah tak tahu apa-apa.
"Anda ketelaluan Count Marly! Apa yang membuat anda berpikir kami bisa melunasi semuanya, kami tahu kalau dari dulu anda suka seperti ini! Tapi ini ketelaluan!" amuk Eliza yang sudah diujung batas.
Tring!
"Menjauh dari Count Marly!" teriak salah satu ksatria yang sudah menodongkan senjata kearah Eliza yang terhenti.
"Cih! Dasar bedebah," umpat Eliza yang sudah tak peduli apa yang sudah ia katakan.
"Jaga ucapan anda, Nona Eliza!" bentak Count Marly yang tak terima dengan umpatan yang dilayangkan Eliza.
"Apa?!" seru Eliza galak. Senjata yang diacungkan kearah Eliza semakin dekat, tapi Eliza sama sekali tak peduli, sedangkan Gill sudah merasa khawatir.
"Letakan senjata kalian di tempat!" mendengar teriakan itu membuat mereka yang ada di toko langsung menoleh kearah sumber suara.
"Siapa anda? Berani sekali anda berteriak seperti itu dihadapan saya," ucap Count Marly, tatapan sengit dilayangkan kearah Catrine yang hanya menatap datar.
Dengan langkah pelan Catrine berjalan kearah Count Marly dan langsung mengambil kantung yang diberikan Gill tadi.
"Apa yang anda lakukan!" teriak Count Marly yang marah ketika kantung yang ada di tangan nya ia ambil.
Ting
Sebuah koin terlempar dan mendarat tepat di telapak tangan Count Marly, memperlihatkan satu koin platinum yang membuat semuanya terkejut.
"Itu satu koin platinum nya, anda bisa pergi dari sini sekarang," ucap Catrine datar.
"Sekali lagi saya tanya siapa anda? Berani sekali anda berbicara seperti itu di hadapan saya, anda sepertinya harus sadar diri dimana posisi anda sekarang," balas Count Marly dengan tatapan merendahkan.
"Untuk apa aku menghormati orang sepertimu? Dan seharusnya anda yang tahu posisi anda disini" pungkas Catrine tatapan datarnya.
"Kau!" geram Count Marly.
Ditengah-tengah keributan mereka secara mengejutkan seeokor burung hantu berbulu putih masuk ke dalam toko membuat semuanya menoleh.
"Wren," gumam Catrine yang terkejut ketika melihat burung hantu yang ia kenal.
Khuu!
Burung hantu itu bersuara lantas hinggap di pundak Catrine, kakinya yang terdapat kertas kecil dan langsung diambil Catrine.
Surat, pikirnya yang langsung membuka dan membacanya.
Untuk cucuku yang tersayang,
Catrine dan Karen
Mata-mata keluarga Nebbia memberi laporan padaku kalau kalian sudah kembali dari Bumi, Kakek merasa senang kalian kembali denan selamat, berhubung kalian sudah kembali, Kakek ingin kalian berkunjung menuju rumah utama sekali-kali, Kakek tahu ini sedikit egois, tapi Kakek ingin kalian datang berkunjung karena Kakek sangat merindukan kalian.
Note: Kalau kalian menemui seseorang yang menarik beritahu Kakek.
Tertanda, Kakek kalian yang kalian sayangi,
Styford Nebbia.
Apa ini kebetulan, apa sudah direncanakan? Pikir Catrine yang cukup terkejut dengan kebetulan yang sangat mengejutkan ini, menyimpan surat yang diberikan Kakek nya dalam saku Catrine lantas kembali menatap Count Marly dengan datar.
"Apa urusan anda sudah selesai, Count Marly?" tanya Catrine.
"Anda belum menjawab pertanyaan saya!" bentak Count Marly.
Memperlihatkan anting yang ada di telinga kanan nya Catrine lantas memperkenalkan dirinya secara singkat. "Catrine Nebbia, cucu dari kepala keluarga Nebbia, Styford Nebbia, sekarang anda harus tahu dengan siapa anda berbicara."
Perkenalan singkat yang diucapkan Catrine membuat semua orang terdiam hingga...
"Maafkan atas ketidak sopanan kami, Nona Catrine!" ketiga ksatria yang menghunuskan senjata kepada Eliza langsung berlutut, menjatuhkan senjata mereka, menyusul Gill dan Eliza yang juga ikut berlutut, sedangkan Count Marly, wajahnya sudah pucat pasi ketika mengetahui dengan siapa dia berbicara.
"Jadi? Apa urusan anda sudah selesai, Count Marly?" ulang Catrine tatapan dingin nan datar ia layangkan membuat yang tekena tatapan itu begidik ngeri.
"T-tentu, Nona Catrine, k-kalau b-begitu kami permisi." Dengan cepat Count Marly dengan ketiga ksatria pengawalnya keluar dari toko dengan terburu-buru.
Hening, setelah keributan tadi semuanya langsung diam.
"Kenapa kalian masih berlutut, berdirilah," titah Catrine yang baru sadar ketika melihat Gill dan Eliza yang masih berlutut.
"Terimakasih, Nona Catrine." Eliza langsung memperbaiki posisinya disusul dengan Gill.
"Itu bukan apa-apa, aku justru berpikir apa statusku sebagai keluarga Nebbia berlaku disini," kata Catrine yang tersenyum kecil.
"T-tentu saja, keluarga anda adalah keluarga yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia ini," ucap Eliza yang tanpa disadari sudah menggebu-gebu.
Keluarga Nebbia, sebuah keluarga yang berada di benua Northon di gunung Nyrt, tepat dimana suhu terdingin berada, keluarga Nebbia terkenal karena anggota keluarganya yang dapat membawa orang-orang menarik, banyak penyihir, petarung ataupun pengrajin yang di sponsori langsung oleh keluarga Nebbia dan memiliki hasil yang luar biasa.
Selain itu pula keluarga Nebbia memiliki hubungan dengan kerajaan Drake dan kerajaan Aigle dimana putri keluarga Nebbia yang menikah dengan Raja Xander dari kerajaan Drake dan mendapat gelar bangsawan Duke oleh Raja Willy, membuat keluarga merea menjadi bangsawan nomor satu di Element World. Kekuatan tempur keluarga Nebbia juga tak bisa diremehkan karena setiap anggota keluarga memiliki kekuatan yang luar biasa, contohnya Styford Nebbia yang memiliki element es dan angin dengan ability teleport yang memiliki jarak ratusan kilometer.
Untuk bertemu degan anggota keluarga Nebbia tidaklah mudah dan itu menjadi alasan utama mengapa keluarga Nebbia menjadi keluarga paling misterius, karena tidak ada yang tahu dimana rumah utama keluarga Nebbia, para rakyat yang bukan dalam kekuasaan Nebbia, bangsawan ataupun raja (kecuali Raja Xander yang merupakan menantu Styford) hanya tahu kalau rumah utama keluarga Nebbia berada di gunung Nyrt dan tak tahu lokasi pastinya.
Bukan hanya keluarga Nebbia, bahkan rakyat yang dipimpin keluga Nebbia pun sama sekali tak terlihat oleh orang-orang, seolah-olah rakyat yang dipimpin keluarga Nebbia adalah sebongkah berlian yang harus dijaga dengan baik.
Catrine hanya kembali tersenyum kecil dan menoleh kearah Gill."Tuan Gill, terimakasih atas semua barangnya, tapi aku masih memiliki satu permintaan."
"Apa itu Nona Catrine?"
"Bisa aku meminta kertas dan pena," pinta Catrine, Gill lantas berlari kearah meja miliknya dan mengambil selembar kertas dan pena.
"Terimakasih," ucap Catrine yang menerima kertas dan pena yang diberikan Gill, dengan cepat Catrine langsung menggambar sebuah senjata yang cukup asing bagi Gill maupun Eliza yang melihatnya.
"Bisa kau buat senjata seperti ini?" tanya Catrine yang memperlihatkan gambarnya dengan tulisan yang menjelaskan setiap detail bagian senjata yang di gambar.
"Saya akan mencobanya, Nona Catrine," jawab Gill yang langsung menerima gambar yang diberikan Catrine.
"Terimakasih Tuan Gill, kalau senjata itu sudah jadi tolong beritahu aku, waktumu untuk membuat ini satu tahun, kalau kau bisa menyelesaikan nya akan kuberi hadiah yang orang-orang impikan."
Setelah mengucapkan hal itu Catrine langsung mengambil barang-barang yang tadi ia pesan dan langsung berjalan keluar dari toko, disusul dengan Eliza.
➣ ➣ ➣
Jangan lupa vote, ya (◠‿◕)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top