Day 2

Ba'da subuh ini Andis hendak meninggalkan masjid selepas berdoa, tetapi baru juga keluar pintu, tiba-tiba lima orang pria menghampirinya di teras masjid.

"Assalamualaikum Ustad," ucap Dirga.

"Waalaikumsalam," jawab Andis.

Rupanya mereka adalah Dirga, Ajay, Tama, Tirta, dan Uchul.

"Nanti sore kita mau bagi-bagi takjil di jalanan depan, ente bisa ikut kagak, Tad?" tanya Dirga.

"Tad, tod, tad, tod, tad, tod aje lu," balas Andis. "Boleh dah."

"Tapi kita kurang orang ini, kira-kira ada tambahan masa kagak, Tad?" sambar Ajay.

Andis memicing menyadari ada seorang yang hilang di antara mereka. "Kei mana? Biasanya bareng."

Semua mengangkat bahu. "Kagak ada di masjid kayaknya tadi," jawab Dirga.

"Iya, dari kemarin juga enggak liat. Biasanya mah ada orangnya lima waktu," timpal Tirta.

"Ya udah, nanti ane samperin ke rumahnya dah, ngajakin ikut agenda bagi takjil," kata Andis.

"Oke, Jazakallah, Tad." Dirga dan kawan-kawan pun pergi meninggalkan Andis.

Andis menggelengkan kepala. "Kenapa sih orang-orang pada manggil gua ustad? Aneh."

***

Sekitar jam sepuluh pagi, Andis pergi ke rumah Kei. Sesampainya di halaman, ada anaknya yang ingusan sedang bermain kelereng di beranda rumah.

"Assalamualaikum. Chandra, Ayah ada?" tanya Andis.

Chandra menatap Andis sambil berjongkok hendak menyentil kelereng. Sejenak ia mengusap ingus yang meler keluar hidung. "Lagi ibadah."

"Oh." Andis tak mau mengganggu ibadah Kei di bulan Ramadhan, ia pun memutuskan pergi dan berniat menemuinya nanti di masjid ketika shalat Zuhur.

Hanya saja, selepas shalat Zuhur pun, tak ada batang hidung Kei di masjid. Sampai Andis sendirian di teras masjid karena menunggunya. Ia pun memicing heran dan berjalan kembali ke rumah Kei.

Sesampainya Andis di rumah Kei, kali ini Chandra sedang bermain robot-robotan di teras bersama Deva.

"Chan, ayah ada?"

"Masih ibadah," jawab Chandra.

Andis memicing. "Perasaan enggak ada di masjid tadi?"

"Iya, orang ibadahnya di rumah," jawab Chandra.

"Ibadah apa sih?" tanya Andis lagi. "Khusyuk amat."

"Tidur," jawab Chandra. "Kata ayah, tidur di bulan Ramadhan itu bernilai ibadah. Masuk aja Om Ustad, siapa tau udah selesai ibadahnya."

Andis menggeleng dan berjalan masuk ke rumah dua lantai tersebut. Baru saja ia masuk, suara dengkuran langsung menggetarkan gendang telinganya.

Krooookkkkk ....

"Astagfirullahaladzim," ucap Andis. "Binatang apaan itu?"

Andis berjalan mengikuti sumber suara hingga menuntun langkahnya ke satu kamar di lantai bawah. Andis pun mengetuk pintu, lalu membuka pintu kamar tersebut. Ia jalan mendekat dan berjongkok di samping Kei yang sedang tertidur, lalu berbisik.

"Man Robukka?"

"Allah!" Kei langsung bangun dengan napas terengah-engah, ia menatap Andis. "Eh, elu, Dis. Gua kira Munkar Nakir lu."

"Lu udah shalat zuhur?" tanya Andis.

"Belom," jawab Kei.

"Subuh?" tanya Andis lagi.

"Belom."

"Astagfirullah, Kei Yudistira. Lu orang idup kan? Bukan mayat?"

"Ya bukanlah," jawab Kei. "Orang gua, idup."

"Wa ma' khalaqtul-jinna wal-insa illa' liya'budụn," kata Andis. "Dan tidaklah kuciptakan manusia dan jin kecuali untuk beribadah padaku, Az-Zariyat ayat 56."

"Lah, ini kan ibadah, Dis. Tidur di bulan ramadhan itu kan ibadah nilainya," balas Kei.

"Iya, ibadah kalo tidurnya bener!"

"Tidur yang bener emang kayak apa Bang Messi?" tanya Kei.

"Tidur yang menjauhkan kita dari dosa-dosa. Misal, daripada lu scroll Instagarem atau toktik dan ngeliat hal-hal mudharat, atau lu keluar rumah dan ngomongin orang, alias ghibah, bahkan mikir jorok di siang bolong. Nah, tidur yang dimaksud ibadah adalah tidur yang gunanya untuk menjauhkan kita dari dosa-dosa kecil atau besar tersebut, bukan tidur yang ngebantai semua shalat wajib lu, ngebabat waktu ibadah sunnah lu, ngebunuh waktu ngaji lu!"

"Berarti presiepsi ane selama ini salah dong Bang Ustad?"

"Iyalah, tidur itu kan sifatnya mubah. Dia netral, enggak masuk ke wajib, enggak masuk ke sunnah, enggak haram juga, dan enggak makhruh. Kalo lu niatin tidur lu biar lu kuat puasa di bulan Ramadhan, artinya tidur lu mendapatkan pahala wajib, kalo tidur lu itu lu niatin buat seger baca Qur'an setelah bangun, itu nilainya sunnah. Sebaliknya, kalo lu tidur niatnya biar enggak shalat mah ya jatohnya jadi haram, dan gitu juga makhruh."

Kei menitikkan air mata. "Terimakasih nasehatnya, Bang Ustad Andis Al-Mukarom. Mulai sekarang, ana akan lebih bijak dalam mengatur waktu tidur dan meniatkan yang baik agar tidur ana mendapatkan pahala dan bernilai ibadah."

"Ya udah shalat zuhur dulu sono. Nanti sore ikut ya, bagi-bagi takjil di jalanan depan bareng anak Mantra."

"Oke, siap," balas Kei.

***

Penutup.

"Dalam Islam, tidur juga memiliki 'etika'nya sendiri, wahai pembaca Mantra," ujar Andis kepada seluruh pembaca. "Jangan biarkan waktu berharga kita di bulan yang penuh berkah ini terbuang sia-sia hanya karena tidur yang tidak bermakna. Mari kita gunakan waktu istirahat kita dengan bijak, agar setiap detik yang kita habiskan di bulan Ramadan ini dapat menjadi ladang amal yang berkah."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top