[JV] Instagram dan Bakwan

Cerita: Jakarta Vigilante

[SPOILER WARNING] Bagi yang belum tamat baca.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tahun 2017

Suatu sore di penthouse, Tiara dan Bagus sedang bersantai bersama di sofa putih di ruang tamu. Mereka baru saja selesai menonton film bersama di home theater Tiara. Setelah film selesai, mereka mengobrol sebentar, namun sekarang Tiara sedang mengecek akun Instagram aktris yang bermain di film tersebut.

"Aku baru ingat kamu juga punya akun Instagram," ujar Tiara sambil bersandar ke dada senderable sang polisi.

"Iya. Tapi nggak aktif, sih," sahut Bagus sambil mencomot bakwan goreng yang mereka buat bersama sebelum menonton.

Tiara tak bisa makan bakwan goreng yang dijual di pinggir jalan karena ia akan batuk sesudahnya. Jadi mereka membuatnya sendiri.

"Eh, remah-remahnya jatuh ke rambutku, tahu!" protes Tiara, memindahkan kepalanya ke bahu sang polisi.

"Maaf, sini kubereskan."

"Nggak usah, aku nggak suka rambutku dipegang-pegang. Rasanya seperti dijambak," ujar Tiara sambil menyingkirkan remah bakwan dari kepalanya. "Nah, ketemu akunmu. Ini, kan?"

Tiara menunjukkan layar ponselnya kepada Bagus. Akun privat dengan username bagus_prwrst. Deskripsinya bertulisan libertas et iustitia.

"Iya, itu aku," jawab Bagus.

"Gile, deskripsinya keren amat. Pake Latin lagi," ujar Tiara sambil menekan tombol 'Follow'. "Dah ku-request, ya."

"Oke," ujar Bagus sambil meraih ponselnya dan menerima follow request Tiara.

Tiara kembali men-scroll halaman Instagram Bagus. Namun ia kecewa. Hanya ada tiga buah foto yang terpampang di sana. Satu foto Candi Prambanan, satu lagi foto matahari terbit di gunung, dan yang terakhir foto Monas.

"Haduh, apa-apaan ini," gerutu Tiara.

Bagus tertawa. "Kan, udah dibilang aku nggak aktif."

Tiara melihat tanggal post pertamanya. 23 Maret 2013. Berarti sebelum bertemu dirinya. "Paling nggak, kamu nggak bikin akun buat nge-stalk aku."

"Ya, kali," kata Bagus. "Kalau aku mau nge-stalk kamu, mah, nggak usah pake Instagram, kali. Di database kepolisian ada semua datamu."

Tiara tertawa. "Aku kira kamu bakal kaya polisi ganteng yang di IG-IG itu. Pasti kamu bakal ngetop."

"Aku ngetop malah bahaya. Nanti penjahat tahu mukaku seperti apa. Aku, kan, polisi Reskrimum."

"Iya juga, sih. Jadi kita nggak bisa foto bareng terus upload di IG? Kalau nggak ada yang tahu kamu polisi, nggak apa-apa kali, ya?"

"Buat apa, sih?" kata Bagus. "Pacaran nggak perlu diumbar-umbar, toh?"

"Ya, sih..." kata Tiara sambil men-scroll halaman Instagram-nya sendiri. Foto terakhirnya adalah meja kerja yang disusun secara estetika. "Buatku, sih, semacam karya seni. Senang aja kalau melihat foto-foto berestetika."

Bagus hanya tersenyum dan mencium kepala Tiara. "Aku udah selesai makan bakwannya. Kalau mau nyandar lagi boleh, kok," ujarnya sambil menepuk dadanya.

"Eh, kamu cium-cium kepalaku? Udah ngelap bibir belum? Minyaknya nempel semua, dong!" seru Tiara.

"Kamu kebanyakan protes, sayang. Udah sini, mau nyandar lagi apa enggak?"

(Bagus hanya memanggil Tiara 'sayang' apabila ia sedikit kesal atau sedang menegur kekasihnya itu.)

Tiara meletakkan ponselnya dan kembali bersandar di dada Bagus. Tangannya menggapai piring bakwan.

"Yah, kok, habis? Kamu habisin semua? Aku baru makan dua potong!"

"Keasyikan lihat IG, sih."

Tiara mencebik. "Gorengin lagi! Bahannya masih ada, kan?"

"Ada, kok. Ya udah, aku bikinin lagi, ya."

Tiara mengangkat kepalanya dan membiarkan Bagus berjalan menuju dapurnya. Ia menyusul sang polisi dan duduk di kursi tinggi sambil menonton Bagus beraksi membuat bakwan. Katanya, ibunya pernah berjualan bakwan, makanya ia bisa membuatnya.

"Cowok mana lagi yang bisa bikin bakwan?" pamer Bagus.

Polisi yang satu ini memang aneh. Ia lebih membanggakan kemampuannya membuat bakwan daripada menembak jitu penjahat.

"Mas-mas yang jualan bakwan bisa. Malah bisa bikin tahu goreng, tempe goreng, pisang goreng, cireng, risol," ledek Tiara sambil tertawa.

Bagus mencelupkan jarinya ke adonan dan mencolek pipi Tiara.

"Ish! Iseng!" protes Tiara sambil mengelap pipinya dengan tisu.

"Udah jadi adonannya. Tinggal digoreng," ujar Bagus sambil memasukkan segumpal adonan ke dalam wajan berisi minyak panas.

"Sini, biar aku aja yang gorengin," kata Tiara.

"Gorengin tinggal dicelup gitu terus nunggu doang, sih," kata Bagus sambil mencuci tangannya.

"Iya, tahu," ujar Tiara sambil melumuri hidung Bagus dengan adonan bakwan.

"Hei!" protes Bagus.

"Siapa suruh iseng duluan," sahut Tiara.

"Jadi nawarin gorengin ada maunya," kata Bagus.

"Kaya nggak tahu aku aja," balas Tiara.

Tiara mencelupkan gumpalan adonan ke dalam wajan. Setelah wajan penuh, ia hanya duduk sambil memandangi minyak mendidih.

"Abis ini mau ngapain lagi?" tanya Bagus.

"Makan bakwan," jawab Tiara.

***

Setengah jam kemudian, seluruh bakwan berhasil digoreng. Namun hasilnya sangat banyak.

"Gus, kenapa kamu bikin adonan banyak banget?" tanya Tiara sambil duduk di karpet, bersandar ke sofa.

"Kebiasaan bikin waktu sama Ibu," ujar Bagus yang juga duduk di karpet, bersandar ke sofa. "Kenapa kamu gorengin semua?"

"Kirain harus dihabisin," jawab Tiara. "Panggil Danar aja, ajak keluarganya makan bareng juga."

"Ya udah, panggil."

"Kamu panggilin. Aku kekenyangan," ujar Tiara yang terlalu malas bergerak.

Bagus tertawa dan meraih ponselnya.

Danar datang ke penthouse beberapa menit kemudian. Ia memang tinggal di unit satu lantai di bawah penthouse.

"Kalian ini kenapa, deh?"

Tiara berdiri dengan wajah cerah dan tak bersalah. "Tadi kami goreng bakwan. Hasilnya cukup banyak, jadi mau bagi-bagi ke kamu juga. Sekalian, gih, bawa buat keluarga kakakmu."

Danar menggelengkan kepalanya seakan-akan ia pengasuh kedua bocah absurd ini. "Aku coba dulu," ujarnya sambil mengambil sepotong bakwan.

"Enak, lah. Resep ibuku gitu," kata Bagus sambil memperhatikan Danar mengunyah.

Danar mengangguk. "Bener enak. Aku bawa, ya." Ia mengambil sepiring bakwan tersebut.

"Boleh, bawa aja," ujar Tiara.

"Ini buatanmu, Gus? Kamu berbakat jadi penjual bakwan," komentar Danar.

Tiara tertawa terbahak-bahak. "Udah, kalau repot jadi polisi, jualan bakwan aja."

"Ti..." ujar Bagus pasrah. "Dulu bodyguard, sekarang penjual bakwan? Kamu nggak suka amat sama profesi polisi?"

Tiara tak menjawab. Ia masih tertawa. Danar pun ikut tertawa sambil membawa piring bakwan itu keluar dari penthouse.

"Makasih, ya. Nikmati waktu kalian," ujar Danar. Kemudian ia keluar dan menutup pintunya.

"Now what?" ujar Tiara.

.

.

.

Tamat.

Juli 2017.

Ini penampakan mereka (kaya hantu aja) kalau lagi nggak serius ngejalanin misi. Nggak nyangka pasangan ini gaje juga. Rasanya aku berbakat bikin pasangan gaje. XD

Ada yang tahu arti motto di akun Instagram Bagus? 🙄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top