12. Calm Before the Storm

Salju akan selalu turun di puncak Gunung Alpena. Angin dingin akan selalu berembus dari puncak menuruni lereng gunung itu. Dahulu, aku menciptakan gunung ini sebagai benteng alami agar musuh para Viking tidak bisa melewati wilayah ini dengan mudah. Bersama salju dan angin musim dingin, aku memberi mereka berkah dan perlindungan.

Namun, apa yang terjadi dengan tanah ciptaanku sekarang. Dulu tanah ini sangat kaya akan sihir. Berbagai hewan dan tumbuhan bisa hidup di tanah Nordia meskipun dulu tanah ini lebih dingin daripada sekarang. Makin berkembangnya zaman, manusia makin haus akan pengetahuan. Mereka mulai melupakan kami dan begitu sombongnya menyatakan tidak butuh sihir. Padahal, mereka sendiri hidup di tanah yang diberkahi sihir kami dan memanfaatkan semua yang ada di sana.

¤¤¤

Shannon perlahan membuka mata. Dia agak linglung, butuh waktu beberapa detik untuk memfokuskan pandangan. Perlahan, dia mencoba bangun dari kasur. Kepalanya terasa berat, jadi dia mengurungkan niatnya dan lebih memilih berbaring saja.

Mimpi apa itu tadi? Rasanya aneh sekali.

Shannon merasakan ada gumpalan di pundak kiri dan pinggang kiri. Begitu diraba, itu adalah balutan perban.

Benar juga, tadi aku terluka di bagian ini.

Shannon melepas perban yang membalut bahunya. Tidak ada apa-apa di permukaan kulitnya selain bekas luka tembak yang sudah sepenuhnya sembuh. Shannon pun penasaran dengan luka yang ada di pinggangnya. Perlahan dia berusaha duduk dan menarik kaosnya ke atas untuk melihat lukanya yang diperban. Di saat itulah, ada laki-laki yang memasuki kamar dengan keadaan telanjang. Laki-laki itu hanya memakai handuk putih untuk menutupi kemaluannya. Laki-laki itu adalah Viktor, wujud fana dari dewa Vidar. Di samping kaki Viktor ada seekor kucing yang bernama Vigge.

"Hey, Vi, ada apa?" sapa Shannon datar.

Viktor diam sebentar, lalu dia keluar. Tidak lama dia kembali sambil membawa segelas air dan obat. Diletakkanlah dua benda itu di meja nakas di samping kasur.

Viktor mengangkat sebungkus obat. "Ini adalah obat penambah darah. Barangkali kau butuh karena tadi kau berdarah banyak sekali."

"Iya, terima kasih."

"Kalau sudah siap keluarlah, Edvard menunggumu." Dengan begitu, Viktor keluar dari kamar.

Shannon masih diam di kasur. Tubuhnya masih lelah. Dia ingin tidur lebih lama, tetapi suara dari perutnya mengahruskannya untuk beranjak.

"Benar juga. Aku tidak ingat kapan terakhir kali makan. Oh, tapi sebaiknya aku mandi dulu. Rasanya menjijikkan kalau badanku agak lengket begini."

¤¤¤

Viktor dan Edvard sedang duduk di meja makan. Di hadapan mereka sudah ada sepiring daging panggang yang masih hangat, dengan tambahan salad sayur dan kentang tumbuk. Dua pria itu tampak sibuk sendiri. Edvard terlihat sibuk dengan ponselnya, sedangkan Viktor sudah menyantap daging panggang di hadapannya. Di meja makan itu ada sepiring daging panggang lagi untuk Shannon. Tidak lama, wanita itu datang dengan rambut yang agak basah. Shannon duduk di tempat yang disediakan.

"Ed, kukira kau membuangku," ujar Shannon tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar santai.

"Maaf, kenapa?"

"ketika mereka menginterogasiku. Mereka memutar rekaman percakapanmu dengan Heinrich. Di situ kau bilang kalau kau membuangku dan menganggapku tidak berguna."

"Oh, itu palsu. Aku dan Heinrich sadar kalau jaringan komunikasi kami disadap, lalu aku berpikir kenapa tidak sekalian mengerjai mereka? Jadi, aku dan Heinrich melakukan percakapan palsu untuk mengelabui mereka. Lagipula, aku sudah menduga kalau terjadi sesuatu denganmu saat aku tidak bisa menghubungimu, bahkan lewat telepati."

"Serius? Kapan kau melakukan telepati?"

"Kemarin dan dua hari sebelumnya."

"Ah, saat itu mereka menginterogasiku habis-habisan dan membuatku babak belur. Kalau saat itu aku tidak bisa menerima telepatimu, apa mungkin ruang interogasi mereka diberi semacam sistem penangkal sihir?"

"Bisa jadi," sahut Viktor. "Berdasarkan informasi yang kita dapat, sudah bisa dipastikan kalau mereka yang membuat selubung antisihir di Nordia. Kalau mereka bisa membuat penangkal sihir berskala besar seperti selubung itu, pasti mudah bukan untuk membuat yang versi seukuran ruangan?"

Edvard mengangguk-angguk. "Hmmm, masuk akal."

"Pantas saja saat berada di dalam sana, entah kenapa aku merasa lemah. Awalnya biasa saja, tetapi makin lama tenagaku terasa dikuras di sana. Aku jadi mudah lelah dan tidak bisa berpikir jernih. Bahkan memakai kekuatanku saja tidak bisa."

Percakapan mereka masih berlanjut. Shannon juga menceritakan tentang cara dia kabur dari sana. Selama itu pula hidangan daging panggang mereka tuntas dihabiskan.

Shannon mengeluarkan ponselnya untuk mengaktifkan sistem keamanan AI di ruamhnya. Dia mengunduh informasi dari database AI rumahnya. Ada beberapa fail yang Shannon peroleh dari sana, rekaman CCTV dan data akses komputer Shannon selama dia pergi ke Nordia. Informasi itu juga memuat data apa saja yang direntas.

"Untung aku menyuruh Kaldr dalam mode Phantom. Kalau tidak, aku tidak akan pernah tahu rumahku disusupi. Oh, mereka juga mencuri beberapa informasi dari sini."

"Jangan khawatir, masalah itu masih mudah dihadapi. Sekarang aku ingin kita membahas lokasi Lock yang kau kirimkan padaku."

Edvard mengaktifkan layar hologram yang muncul di tengah-tengah meja makan. Layar itu menampilkan denah lokasi Lock yang berada di kuil puncak Gunung Alpena. Berdasarkan gambar denah, kuil itu memang tidak terlalu besar, tetapi sudah ditambahin beberapa ruangan tambahan di bagian bawah kuilnya. Jadi, mereka memperluas kuilnya dengan menambah ruangan di dalam gunnung.

"kalau berdasarkan denah ini, pintu masuknya bukan berada di puncak gunung, tetapi di sebelah sini, di sekitar tengah-tengah," Jelas Edvard. "Tetapi kita jangan sampai masuk lewat sini, terlalu berbahaya. Ada banyak penjaga dan peluang untuk lolos dari mereka juga kecil, mungkin sekitar 0,05%"

"Ditambah setelah aku kabur, mereka pasti menambah pengamanannya. Mereka sudah tahu kalau kita akan mengincar Lock."

"Tunggu, jangan bilang kau mengaku saat diinterogasi?" tanya Viktor skeptis.

"Iya, tapi kalau tidak begitu belum tentu aku bisa kabur dari sana."

"Tidak masalah Shannon. Tidak ada salahnya memasang taruhan untuk keuntungan lebih besar," sambung Edvard. "Baiklah, aku lanjutkan lagi. Pintu masuk kuil ini ada di bagian barat laut. Untuk ke sana hanya bisa melewati jalan aspal dan wajib dikawal petugas dari sana. Seperti yang kubilang tadi, akses masuk pintu utama tidak akan jadi pilihan kita."

"Lalu, bagaimana?" tanya Shannon.

"Masih ada pilihan akses pintu lama, yaitu puntu asli kuilnya. Sebenarnya pihak pemerintah Nordia menutup akses pintu lama ini, tapi setelah aku dan Viktor melakukan pengamatan dengan foto satelit , kami menemukan celah ini."

Tampilan hologram berubah memperlihatkan pintu masuk yang dimaksud. Memang ada celah di situ. Tingginya sekitar satu meteran.

"Jadi, kau menyarankan untuk masuk lewat situ?"

"Tepat sekali, sayangnya masih ada satu masalah. Bagaimana caranya untuk sampai ke atas sini?"

Semuanya diam, mereka sama-sama memperhatikan denah. Kemudian, Viktor menatap Edvard. Mereka seolah paham dan setuju degan alasan yang sama meski tidak bersuara. Kemudian dua pria itu sama-sama menatap Shannon. Shannon yang awalnya fokus mengamati denah, mulai sadar kalau diperhatikan.

"Ada apa?"

Edvard dan Viktor masih diam.

"Kenapa kalian melihatku seperti itu? Oh, tunggu. Kalian ingin aku yang masuk ke sana?"

"Tentu saja, memangnya siapa lagi? Di sini cuma kau saja yang berpengalaman memanjat gunung," jawab Viktor.

"Jangan khawatir Shannon, masalah rute pendakiannya kau pilih sendiri. Kalau butuh bantuan perlengkapan jangan sungkan untuk bilang.

"Oke baiklah, lalu setelah aku memasuki kuil, bagaimana aku bisa masuk ruang Lock-nya?"

"Nanti kau bisa menyamar menjadi petugas di sana. Aku akan menyiapkan barang-barang yang sekiranya kau perlukan saat di sana," jawab Viktor.

"Wah, boleh juga. Oke baiklah, lalu ada lagi yang harus aku perhatikan?"

"Setelah kau masuk ruangan Lock, jangan lupa untuk mengeluarkan benda ini." Vidar menyodorkan lonceng emas, ukurannya agak kecil dari telapak tangan orang dewasa pada umumnya.

"Untuk apa ini?"

"Ini benda yang kuciptakan untuk menghancurkan selubung antisihir. Benda ini bisa menyerap bias cahaya aurora. Setelah itu, kau hancurkan loncengnya. Penjelasan rincinya sangat rumit, tapi intinya, jika lonceng ini dihancurkan setelah menyerap bias cahaya aurora, secara otomatis mengaktifkan sistem penghancuran Lock yang nantinya membuat selubung antisihir hilang."

Shannon mennyimak penjelasan Viktor dengan seksama. Meskipun agak bingung, tetapi Shannon paham dengan keseluruhan garis besarnya. Dia pun hanya mengangguk-angguk.

"Oke, secara garis besar aku paham dengan tugasku. Kemudian, kapan kita menjalankan rencana ini?"

"Empat hari lagi. Saat itu aurora akan muncul di langit Gunung Alpena hampir sepanjang hari, mulai dari sore sampai menjelang fajar. Selagi menunggu, kau bisa memaksimalkan pemulihanmu dan mempersiapkan apa saja yang diperlukan nanti," jelas Edvard.

"Oke, setuju!"

¤¤¤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top