Chapter 6

Sakura menunggu di lobby depan salah satu pusat perbelanjaan di Ginza. Hari ini ia dan Sasuke berjanji untuk menghabiskan waktu bersama dan syukurlah Sasuke langsung mengiyakan ajakan nya tanpa banyak bertanya. Ia hanya memberikan penjelasan secukupnya mengenai alasan ia meminta Sasuke bertemu di pusat perbelanjaan diluar waktu sekolah..

Dalam hati Sakura berdoa agar Sasuke tak berpenampilan aneh dan norak sehingga membuat dirinya malu. Tak sampai lima menit kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di depan lobby dan seorang petugas di pusat perbelanjaan membukakan pintu bagi orang yang berada di mobil itu.

Sasuke turun dari mobil tersebut dan mengucapkan terima kasih pada petugas pusat perbelanjaan itu serta menghampiri Sakura. Sakura tersentak dengan penampilan Sasuke saat ini. Ia bersyukur kami-sama telah menjawab doa nya, namun ia tak mengira jika Sasuke akan berpenampilan elegant. Pria itu mengenakan kaus hitam ketat yang memperlihatkan tubuh nya yang atletis serta blazer abu-abu dan celana hitam ketat yang memperlihatkan kaki nya yang ramping dan jenjang. Sakura bahkan dapat menghirup aroma parfum pria mahal bernuansa kayu dari tubuh Sasuke.

Tanpa sadar Sakura menampilkan seulas senyum disudut bibir nya. Mungkin ia akan berterimakasih pada Ino karena telah memintanya untuk menghabiskan waktu bersama Sasuke.

"Doumo, Sasuke-san."

"Hn."

Sasuke berjalan di samping Sakura dan memasuki pusat perbelanjaan itu. Ia menatap Sakura dengan bingung. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan ketika pergi bersama teman wanita yang sebaya. Jika ia bersama ibu nya, ibu nya pasti akan memilih untuk berbelanja.

"Sakura, apakah kau ingin berbelanja hari ini?"

Sakura menatap Sasuke dan segera menggelengkan kepala.

"Kurasa tidak. Namun aku akan berbelanja jika menemukan barang yang tepat. Memang nya kenapa?"

"Tidak apa-apa."

Sasuke menatap sekeliling. Ia benar-benar merasa canggung saat ini. Sakura bukan teman nya dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan nya. Jika ia bersama Naruto, Naruto akan lebih banyak berbicara dan ia akan mendengarkan setiap mereka berpergian bersama.

Sasuke berharap agar Itachi berada di dekat nya. Namun pria itu dengan sengaja meninggalkan Sasuke agar ia dapat berfokus dengan waktu yang akan dihabiskan nya bersama Sakura. Itachi bahkan terus mendesak Sasuke menerima tawaran Sakura, lagi-lagi dengan ancaman akan meninggalkan Sasuke jika Sasuke menolak.

"Tentu saja aku tidak akan berbelanja jika bersamamu, Sasuke-san."

Ucapan Sakura terdengar seperti tersinggung menurut Sasuke. Ia merasa tidak enak dan cepat-cepat menggelengkan kepala. Ia tak peduli jika Sakura berbelanja, malah ia lebih senang jika Sakura berbelanja. Ia tidak perlu berjalan berdampingan dengan canggung seperti ini.

"Jika kau ingin berbelanja lakukan saja, Sakura."

"Yah aku akan berkunjung ke beberapa toko nanti. Tidak apa-apa kan?"

"Hn."

Sakura menatap lengan Sasuke. Sesuatu di dalam diri nya mendesaknya untuk mengenggam telapak tangan pria itu dan merasakan kehangatan nya. Namun Sakura berhasil mengendalikan diri nya. Ia tidak ingin dianggap sebagai wanita murahan.

"Sasuke-san, bagaimana bila kita makan terlebih dahulu? Atau mungkin menonton film?"

"Terserah."

Sakura menghembuskan nafas perlahan. Ia merasa bila Sasuke adalah orang yang sulit didekati dan dugaan nya benar. Saat ini ia merasa benar-benar tidak nyaman dan ingin pulang. Satu-satunya yang dapat ia nikmati adalah fakta bahwa ia berada di pusat perbelanjaan bersama pria tampan hingga beberapa pengunjung memperhatikan nya. Ia juga menikmati aroma parfum Sasuke yang begitu kuat.

"Aku juga bingung. Kau saja yang menentukan."

Sasuke melirik jam yang tertera di layar ponsel nya. Ia sendiri tidak begitu lapar, namun jam telah menunjukkan setengah dua belas siang. Sakura mungkin akan kelaparan jika ia memilih untuk menonton film terlebih dulu.

"Makan terlebih dulu saja."

"Baiklah. Kita akan makan di restaurant apa?"

"Terserah."

Sakura berdecak dalam hati. Ia merasa bosan setengah mati saat ini. Ia seolah sedang berbicara dengan robot yang menanggapi dengan apa yang terprogram di otak nya. Jika dikatakan semua pria seperti itu, Sakura telah bertemu dengan pria-pria yang menyenangkan sebagai teman bicara.

"Kau suka makanan apa? Aku akan mentraktirmu hari ini."

"Tidak, Sakura. Aku yang bayar."

Sakura menggeleng. Namun ia terkejut dalam hati. Tanpa disangka Sasuke juga merupakan seorang gentlemen yang akan membayar untuk makan siang seorang wanita meskipun wanita itu bukan kekasih nya.

"Tidak, Sasuke-san. Hari ini aku sudah berencana membayari makan siang mu sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkanku di supermarket."

"Tidak perlu, Sakura."

"Aku tak ingin berhutang budi padamu. Jadi kuharap kau menerima nya."

"Tidak."

Benar-benar pria yang keras kepala. Sakura mengutuk dalam hati nya. Ia tak mengira jika berbuat baik saja akan merepotkan seperti ini.

"Lalu apa yang harus kulakukan? Aku hanya tak ingin berhutang budi. Itu saja."

Sebetulnya Sasuke sangat ingin makan siang di restaurant prancis favorit nya di Ginza. Namun harga nya lumayan mahal untuk orang-orang tertentu meskipun menurutnya makanan di restaurant itu murah dan lezat. Sasuke memutuskan untuk tetap menikmati makan siang di restaurant itu dan membayari Sakura.

"Kita makan di Brasserie Paul Bocusse saja."

"Ya."

Sakura mengatakan 'ya' namun jantung nya berdebar keras. Dalam hati ia berharap agar Sasuke tidak memesan menu yang mahal. Ia hanya memiliki uang sepuluh ribu yen di dompet nya, itupun karena ayah nya baru memberikan uang jajan selama dua minggu.

Seorang pelayan segera menyambut Sakura dan Sasuke sambil memegang buku menu ketika mereka berdua memasuki restaurant. Sakura sengaja memilih tempat duduk di paling pojok dengan harapan tak ada seorangpun yang dikenalnya melihat mereka berdua makan bersama.

"Aku pesan Chef's Recommended Menu." Ujar Sasuke pada pelayan.

Sakura meringis dalam hati. Menu yang dipesan Sasuke berupa set makan siang lengkap dengan appetizer, starter, main dish, dessert dan coffee. Menu itu seharga 4.400 yen belum termasuk pajak sepuluh persen, Ia mengira Sasuke akan memesan menu yang lebih murah sehingga ia bisa memesan menu itu.

"Aku juga pesan chef's recommended menu." Ujar Sakura pada pelayan itu.

"Anda dapat memilih satu jenis appetizer, dessert, main dish, starter dan coffee."

Sakura memilih menu yang tertera. Uang Sakura hanya tersisa sekitar tiga ratus yen dan ia hanya bisa membeli satu bungkus cemilan di supermarket jika tidak ingin mengambil uang di ATM.

Sasuke memesan menu yang diinginkan nya tanpa menghabiskan waktu lama untuk melihat menu. Pria itu berkunjung ke restaurant ini seminggu sekali dan beberapa pelayan telah mengenali nya.

Sakura dengan sengaja memilih menu yang berbeda dengan Sasuke. Ini merupakan kali pertama nya berkunjung ke restaurant ini karena berpikir harga nya sangat mahal meskipun sebetulnya harga nya tidak mahal jika dibandingkan dengan restaurant prancis lain dengan kelas yang sama.

Pelayan meninggalkan meja setelah Sasuke dan Sakura selesai memesan dan kini mereka duduk berhadapan. Sakura mengambil ponsel nya yang bergetar dan segera membaca sebuah pesan baru yang masuk.

From : Pig

Hey, bagaimana kencan mu dengan Sasuke? Jangan lupa foto bersama, ya.

Sakura hampir melempar ponsel nya karena jengkel. Ia dengan terpaksa melirik Sasuke yang sedang duduk berhadapan dengan nya.

"Sasuke-san, bagaimana bila kita berfoto bersama?"

"Hn?"

Wajah Sakura memerah. Ia tak ingin dianggap sebagai wanita murahan yang sedang menggoda lelaki, apalagi lelaki aneh seperti Sasuke. Pria itu memang tampan dan status ekonomi nya sangat berada, namun kepribadian nya sangat tidak wajar.

"Pig memintaku untuk mengirimkan foto kita bersama sebagai bukti sehingga ia percaya dan waktu perjanjian dikurangi."

"Hn."

Sakura pindah ke sofa yang bersebelahan dengan Sasuke dan mengeluarkan ponsel nya. Layar ponsel nya lebih gelap dibandingkan biasa nya dan ketika ia menekan tombol kamera, terdapat tulisan 'low battery' dan aplikasi kamera itu tidak bisa dibuka.

"Tunggu sebentar. Aku menggunakan aplikasi kamera lain."

"Tidak perlu."

Sasuke mengeluarkan ponsel nya dan mengatur kamera depan. Ponsel itu merupakan ponsel android terbaru dengan harga lebih dari seratus ribu yen. Ponsel itu memiliki spesifikasi paling canggih dan terlihat elegant di tangan Sasuke.

Sakura menatap tampilan wajah nya sendiri di kamera ponsel Sasuke. Wajah nya terlihat sangat putih dan halus meskipun tidak menggunakan aplikasi untuk mengedit foto.

Wajah Sasuke terlihat datar bahkan ketika sedang berfoto. Sepertinya jika wajah pria itu ditusuk dengan jarum atau pisau sekalipun akan tetap terlihat datar. Berbeda dengan Sasuke, wajah Sakura terlihat aneh karena ia mengulum bibir nya untuk menahan diri agar tidak tersenyum. Ia senang dengan pantulan wajah nya di kamera Sasuke.

"Nanti akan kukirimkan foto itu padamu."

"Arigato,Sasuke-san."

"Hn."

Sakura melirik Sasuke yang kini memainkan game di ponsel nya. Diam-diam Sakura mengagumi wajah pria itu, menurut nya wajah Sasuke tampan meski ia tak mau mengakui pada siapapun. Ia merasa penasaran dengan ekspresi yang akan ditampilkan Sasuke selain ekspresi datar.

Makanan pesanan Sasuke dan Sakura diantarkan sepuluh menit kemudian dan Sasuke segera memasukkan ponsel nya kembali ke saku celana. Semua makanan dikeluarkan secara bersamaan dan makanan-makanan itu terlihat sangat menggiurkan.

"Itadakimasu."

"Hn. Itadakimasu."

Sakura memesan starter berupa Smoked Snoek Pate. Makanan itu cukup lezat walaupun agak aneh di lidah Sakura yang tak terbiasa menikmati makanan prancis.

Berbeda dengan Sakura, Sasuke sangat menikmati makan siang yang tersaji dihadapan nya. Sakura merasa agak jengkel karena restaurant yang dipilih Sasuke kurang sesuai dengan selera nya, namun di sisi lain ia senang karena Sasuke menikmati makanan di restaurant itu.

Sakura berusaha menghabiskan makan siang itu. Setidaknya ia menyukai dessert dan coffee di restaurant prancis jam berlalu dan mereka berdua kini telah menghabiskan makan siang tanpa percakapan sedikitpun. Sakura merasa sangat bosan dan merasa ingin pulang.

Seorang pelayan sedang melintas dan Sakura segera memanggil pelayan itu untuk meminta bon.

Sakura melirik Sasuke yang menyentuh dompet di kantung nya. Ketika pelayan kembali untuk membawakan tagihan, Sasuke dengan cepat mengeluarkan credit card platinum milik nya dan memberikan pada pelayan itu.

''Jangan. Ini saja.'' Sakura mengeluarkan uang sepuluh ribu yen dari dompet nya.

'Pelayan itu menatap dengan bingung. Namun Sasuke segera menahan tangan Sakura yang sedang menyodorkan uang pada pelayan dan memberikan isyarat pada pelayan untuk segera pergi dengan membawa credit card nya.

Tangan Sakura bersentuhan dengan tangan Sasuke selama beberapa saat sebelum pria itu melepaskan nya. Tangan pria itu lembut dan hangat, membuat Sakura merasa nyaman dan tak ingin melepaskan nya.

''Sasuke-san, ambil ini. Aku sudah bilang akan mentraktirmu sebagai ucapan terima kasih, kan ?''

''Tidak.''

''Kalau begitu terima lima ribu yen saja. Kau tidak perlu membayar makan siang ku. ''

''Tidak apa. ''

''Tidak, aku tidak mau. Aku yang mengajakmu bertemu dan kau malah membayar makan siang ku.''

Sasuke menatap Sakura lekat-lekat dan membuat Sakura tanpa sadar menundukkan kepala. Sakura merasa gugup entah kenapa dan perasaan nya sedikit tidak enak.

''Jika kubilang tidak maka berarti tidak. Tolong jangan memaksaku, itu sangat menganggu.''

Sakura hampir membuka mulut nya, ia sangat terkejut. Sasuke sangat jarang mengucapkan kalimat panjang lebar dan ketika ia melakukan nya saat ini, kalimat itu begitu menusuk.

Sakura merasa sangat jengkel dan malu dengan ucapan Sasuke yang ditujukan padanya. Seorang pria aneh mengucapkan kalimat seperti itu padanya, dimana ia akan meletakkan harga diri nya?

"Kalau begitu kita akan pergi menonton film dan aku yang membayar."

"Hn."

Sakura menatap Sasuke dengan tajam. Mood nya memburuk dan ia berusaha mempertahankan diri agar tidak meninggalkan pria itu serta kembali ke rumah.

.

.

"Pesan dua tiket untuk film 'Bloody Mansion' pukul dua lima belas." Ujar Sakura pada seorang wanita penjaga loket karcis.

Penjaga loket karcis itu segera menekan tombol di layar komputer dan memperlihatkan tempat duduk yang tersedia. Film horror itu sedang terkenal karena cerita nya begitu menyeramkan namun juga terdapat unsur romantis yang mengaduk perasaan para penonton nya. Sakura terpaksa menonton film itu sekarang karena tak memiliki teman untuk menonton dan ia malas menonton film itu sendirian.

"Ini saja." Sakura menunjuk kursi yang terdapat di baris ke tujuh dari paling depan.

Penjaga loket segera mereservasi di tempat yang ditunjuk Sakura dan memberikan dua lembar tiket. Sakura segera menyerahkan uang tanpa memberikan kesempatan bagi Sasuke yang telah menyentuh kantung celana nya untuk mengeluarkan dompet.

Penjaga loket itu menyerahkan kembalian pada Sakura dan ia bergegas meninggalkan antrian. Sakura melirik ponsel nya, battery nya tersisa lima persen dan jam baru saja menunjukkan pukul satu kurang lima belas. Masih ada satu setengah jam sebelum film dimulai.

"Sakura, aku akan pergi ke game centre. Pergilah kemanapun yang kau mau dan kita bertemu kembali di bioskop pukul dua."

"Oke."

Sakura dan Sasuke berpisah di escalator. Sasuke menuju escalator untuk turun ke lantai satu sementara Sakura berjalan menuju toko aksesoris wanita yang terdekat dengan escalator.

Sakura memasuki toko bernuansa girly dengan cat serba pink. Toko itu lumayan ramai dan terdapat berbagai barang-barang yang lucu. Sakura melihat sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu yang berkilauan dan segera mengambil jepit rambut itu.

Sakura merasa benar-benar senang dapat berpisah dengan Sasuke meskipun harus berjalan-jalan sendirian. Ia mengambil beberapa barang dan segera menuju ke kasir. Ia tanpa sadar mengambil beberapa barang dan menghabiskan tiga ribu yen.

Mall hari ini cukup ramai dan banyak remaja atau orang dewasa muda yang mengunjungi mall dengan membawa kantung bertuliskan 'SALE' dari department store. Sakura sempat tergoda untuk mengunjungi department store, namun ia khawatir lupa waktu karena berbelanja. Battery ponsel nya tersisa lima persen dan ia juga tidak memakai jam tangan.

Uang di dompet Sakura hanya tersisa tiga ribu dua ratus yen dan ia harus mengambil uang di ATM untuk pulang dengan taxi. Ia bersyukur ketika menemukan ATM terdekat. Namun ia menghela nafas saat menyadari antrian begitu panjang.

Setelah ini Sakura terpaksa berkunjung ke game centre dan menemui Sasuke. Ia berencana untuk segera pulang setelah selesai menonton film.

.

.

Iris onyx Sasuke menatap intens dengan layar yang terlihat. Tangan nya yang sedang menyentuh stik drum sibuk memukul drum video game sesuai dengan yang tertera pada gambar. Ia sengaja memilih mode hard dan memainkan lagu yang sulit.

Sasuke tak sadar jika beberapa orang melirik nya dan beberapa gadis yang berkunjung ke game centre bahkan berdiri dibelakang nya hanya untuk memperhatikan nya bermain drum.

Ketika lagu telah selesai, Sasuke kembali menggesek kartu pada mesin dan memilih lagu. Ia tanpa sengaja melihat ke belakang dan mendapati orang-orang yang memperhatikan nya. Ia merasa terganggu dan tidak nyaman, namun ia tak bisa mengusir orang-orang itu pergi begitu saja.

Entah kenapa setiap kali Sasuke berpergian ke mall, ia akan menarik perhatian orang-orang, khusus nya wanita. Beberapa pelayan restaurant bahkan mengenali nya sebagai seorang Uchiha dan memanggilnya 'Uchiha-sama'. Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan yang dialami nya saat di sekolah, orang-orang bahkan tak sudi hanya untuk menatap wajah nya dan menghindari nya serta memandang dengan jijik.

Lagu baru telah dimulai dan Sasuke kembali memukul drum video game dan membuat gadis-gadis yang sejak tadi dibelakang nya kembali memperhatikan dengan intens. Ia semakin tidak nyaman ketika ia mendengar suara jepretan foto dan beberapa orang yang merekam nya.

Sebetulnya lagu yang dipilih Sasuke sama sekali tidak sulit meskipun ia memilih mode hard. Ia memiliki kemampuan bermain piano dan drum yang sangat baik meskipun ia mengikuti kursus drum secara diam-diam tanpa seizin ayah nya. Namun konsentrasi Sasuke terpecah dan ia hampir salah memukul.

Sakura berjalan mendekati kerumunan di game centre. Ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi hingga orang-orang berkerumun. Iris emerald nya terbelalak saat mendapati Sasuke yang menjadi pusat perhatian, bagaikan magnet yang menarik benda-benda disekitar nya.

"Pria itu tampan sekali. Walaupun aku tidak benci drum, kalau yang memainkan pria setampan itu aku pasti akan tetap menonton nya meskipun sangat berisik." Ujar seorang gadis berambut coklat dengan suara pelan kepada teman nya yang memegang layar ponsel.

"Diamlah. Aku sedang merekam." Jawab teman gadis itu sambil meletakkan telunjuk di bibir.

"Ternyata Uchiha Sasuke yang asli jauh lebih tampan dari yang diceritakan kakak sepupu ku." Ujar seorang gadis lain nya. "Kakak sepupu ku pernah bertemu sekali dengan Sasuke di kantor nya."

"Sepupu mu yang bekerja di Uchiha Group itu?"

Sakura mendengar seluruh percakapan itu dan merasa sangat risih entah kenapa. Ia tak mengerti dengan gadis-gadis yang 'memuja' Sasuke, ia bukanlah salah satu dari mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka membuatnya merasa mual.

Sakura berbalik badan dan meninggalkan kerumunan serta berjalan menuju loket untuk membeli kartu, Seorang penjaga loket tersenyum dan menyapa Sakura.

"Aku ingin membeli kartu baru dengan saldo seribu yen."

"Jika mengisi seribu yen akan dikenakan biaya dua ratus yen untuk kartu baru. Sebaiknya mengisi seribu lima ratus yen saja, kau tidak perlu membayar biaya kartu." Penjaga loket itu tersenyum manis.

Sakura tersenyum sambil menatap lelaki muda penjaga loket itu. Wajah pria itu lumayan manis dan ia murah senyum, berbeda dengan Sasuke yang muram. Ia sepertinya orang yang menyenangkan, berbeda dengan Sasuke yang membosankan.

"Ya. Aku mengisi seribu lima ratus yen saja." Sakura mengeluarkan uang kerta seribu yen dan koin lima ratus yen.

Penjaga loket itu mengeluarkan kartu dan mengisi nya dengan saldo serta mengesek kartu itu di depan mesin pengecek saldo.

"Ini kartu mu. Selamat bermain."

Penjaga loket itu kembali tersenyum dan Sakura tersenyum manis kepada pria itu. Sungguh, menurutnya pria ini jauh lebih menarik dibandingkan Sasuke yang hanya menjawab apapun yang diucapkan nya dengan singkat atau gumaman tidak jelas. Seandainya saat ini ia bersama dengan lelaki muda penjaga loket itu, ia yakin ia akan menikmati waktu yang dihabiskan nya.

Sakura berjalan menuju mesin game balap mobil yang diisi oleh beberapa lelaki muda. Ia memilih mesin yang belum dimainkan orang-orang dan menggesek kartu. Ia tak peduli dengan penilaian orang lain, ia menyukai permainan seperti itu sejak kecil meskipun ia seorang wanita.

Terdapat pilihan M/T atau A/T untuk mesin mobil di permainan dan Sakura tanpa ragu memilih A/T. Kopling untuk mobil M/T dan A/T berbeda dan mobil M/T jauh lebih merepotkan dibandingkan mobil A/T.

Selanjutnya Sakura memilih model mobil yang diinginkan dan ia memulai permainan. Suara deru mesin mobil virtual terdengar dan permainan dimulai. Dengan cepat Sakura berhasil menyalip mobil-mobil lain dan mendapat posisi satu di game itu. Ia menatap dengan serius layar di mesin game sambil memutar stir.

"Sakura."

Terdengar suara baritone seorang pria yang memanggil nya dan Sakura kehilangan konsentrasi seketika. Ia mengenali suara Uchiha Sasuke yang memanggil nya dan kini duduk di kursi mesin game yang bersebelahan dengan nya.

Mobil yang berada di belakang Sakura berhasil menyalip Sakura dan tanpa sadar ia memekik kesal.

"Sial."

Sasuke melirik Sakura ketika mendengar keluhan gadis itu dan kembali menatap layar di mesin game nya sendiri. Ia kembali mendengar umpatan dari Sakura yang masih terfokus dengan game.

"Astaga."

Sakura mencengkram setir mesin game dengan kesal hingga buku-buku jari nya memutih ketika ia menginjak gas keras-keras dan mobil nya malah menabrak pembatas sehingga dilewati mobil-mobil lain.

Game telah berakhir dan Sakura kalah. Ia selesai dengan posisi kelima dan ia kembali menggesek kartu. Satu kali permainan seharga dua ratus yen dan ia berencana mencari game lain jika ia kalah lagi.

Sakura melirik kearah Sasuke yang sedang bermain game di sebelah nya. Raut wajah pria itu datar dan Sakura mengernyitkan dahi. Dalam permainan yang menguras emosi seperti ini, raut wajah Sasuke masih datar. Apakah pria itu tak memiliki ekspresi lain selain raut wajah datar?

Permainan dimulai dan kali ini Sakura berkonsentrasi penuh pada permainan itu. Ia tak mengalihkan pandangan sedikitpun dari layar game itu dan ia tersenyum ketika berhasil meraih peringkat satu dan berpindah ke lokasi balapan selanjutnya.

Sakura kembsli menggesek kartu dan memainkan permainan itu. Ia begitu menikmati permainan dan terus menggesek kartu hingga ketika ia sampai ke pertandingan final pada game itu dan saldo di kartu nya sudah habis. Ia hanya memiliki waktu satu menit untuk mengisi saldo dan lokasi loket cukup jauh dari mesin game. Ia melirik Sasuke dan kartu yang digeletakkan begitu saja di atas mesin game.

Sakura menatap layar game nya. Ia mau tak mau harus meminjam kartu Sasuke dan mengganti uang pria itu nanti.

Sasuke melirik Sakura yang tampak gelisah dan ragu-ragu. Ia baru saja memenangkan permainan dan menatap layar game Sakura. Ia yakin bila gadis itu kehabisan saldo dan berniat melanjutkan permainan jika dilihat dari bagaimana gadis itu menikmati permainan.

Sasuke segera mengambil kartu nya sendiri dan menggesekkan kartu milik nya ke mesin game Sakura sehingga gadis itu dapat kembali bermain. Setelah itu ia menggesekkan kartu ke mesin game nya sendiri.

Sakura terkejut saat menyadari Sasuke telah menggesekkan kartu nya sendiri dan ia dapat melanjutkan permainan.

"Arigato, Sasuke-san. Aku akan mengganti saldo mu nanti."

"Tidak usah."

Permainan Sakura telah dimulai dan ia kembali memainkan game dengan fokus. Setelah ini ia akan membelikan minuman dan popcorn untuk Sasuke sebagai 'balas budi' di bioskop.

"Wah!" Sakura memekik pelan ketika ia berhsil memenangkan permainan. Ia tersenyum saat mendapati layar game nya bertuliskan 'VICTORY'. Ia bangkit berdiri dan meninggalkan kursi yang telah panas, begitupun dengan Sasuke meskipun pria itu menang dan bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya.

"Lho? Mengapa kau ikut meninggalkan game itu, Sasuke-san?"

"Kita harus kembali ke bioskop sekarang."

"Terima kasih untuk bantuanmu tadi, Sasuke-san. Untung saja kau meminjamkan kartu mu tadi." Sakura tersenyum pada Sasuke. Mood nya sedang baik saat ini sehingga ia tanpa sadar tersenyum pada Sasuke.

"Kau sangat menyukai game itu, hn?"

"Ya, aku sangat menyukai nya." Ucap Sakura dengan wajah sedikit memerah. "Namun aku tidak bisa memainkan game seperti itu jika berkunjung ke game centre bersama pig dan aku malas pergi ke game centre sendirian."

"Pantas saja kau terlihat gelisah tadi."

Sakura menatap Sasuke, ia benar-benar terkejut. Tumben sekali pria itu menanggapi ucapan yang ditujukan pada nya dengan tanggapan, bukan dengan gumaman tidak jelas atau anggukan kepala.

"Oh? Kau menyadari nya? Bukankah kau sedang fokus dengan permainanmu sendiri?"

"Kau tidak menggesek kartu mu dan terlihat panik. Kupikir saldo mu habis."

"Arigato gozaimasu, Sasuke-san. Aku tak mengira kau akan memperhatikan hal-hal disekelilingmu."

"Hn."

Sakura kembali tersenyum pada Sasuke sebelum memandang kearah lain dan menghindari tatapan pria itu karena perasaan bersalah yang tiba-tiba dirasakan nya. Sepertinya Sasuke tidak seaneh seperti yang dianggap nya semula.

.

.

"Sasuke-san, ini untukmu." Sakura memberikan kantung plastik berisi popcorn rasa asin dan sekaleng tomato juice.

"Untukku?"

"Ya. Itu untukmu, sebagai ucapan terima kasih karena telah membayari makan siang dan menggunakan saldo mu di game centre tadi."

Sasuke menatap isi kantung yang diberikan Sakura dan mengambil dompet nya serta mengeluarkan dua lembar uang seribu yen.

"Apakah kau tidak mendengarkanku, Sakura? Ambillah uang ini."

"Tidak, Sasuke-san. Aku membelikan ini untukmu. Aku tidak enak jika kau mentraktirku."

"Arigato."

"Douiteshimashite, Sasuke-san."

Sasuke mengambil kantung yang diberikan Sakura dan kali ini tangan mereka tak bersentuhan. Sakura segera mengeluarkan tiket ketika pintu theatre tiga telah dibuka dan petugas karcis segera merobek tiket serta mempersilahkan Sakura dan Sasuke untuk masuk.

Sakura duduk bersebelahan dengan Sasuke di kursi theatre dan ia meletakkan popcorn caramel milik nya di kursi. Jantung nya berdebar keras saat ia tanpa sengaja menatap wajah Sasuke ketika ia meletakkan popcorn. Saat berada di kelas, ia lebih banyak mengalihkan pandangan dan mereka tak duduk sedekat ini. Sasuke benar-benar tampan jika dilihat dari dekat.

Terdengar suara kaleng yang dibuka dan Sasuke menghabiskan satu kaleng tomato juice dalam waktu singkat. Pria itu segera bangkit berdiri dari tempat duduk nya.

"Kau mau kemana, Sasuke-san?" Ucap Sakura tanpa sadar.

Sasuke menatap nya dan detik berikutnya ia merasa menyesal dengan apa yang diucapkan nya tanpa sadar.

"Membeli minuman."

"Oh."

Wajah Sakura memerah dan ia menutup wajah nya sendiri dengan telapak tangan ketika Sasuke telah meinggalkan tempat duduk nya. Ia merasa malu dengan apa yang dilakukan nya. Untuk apa ia tahu kemana Sasuke akan pergi? Ke neraka sekalipun juga bukan merupakan urusan nya.

Penonton mulai berdatangan dan mengisi tempat-tempat duduk kosong. Sasuke tak kembali hingga lampu dimatikan dan film telah dimulai. Film itu menampilkan seorang wanita muda dan keluarga nya yang membeli sebuah mansion mewah abad ke 19 di pinggir kota.

Wanita di cerita itu memiliki indra ke enam dan rumah itu cukup menyeramkan. Sakura melirik ke samping dan mendapati Sasuke yang berjalan menuju tempat duduk nya dengan bantuan sinar ponsel.

Sasuke kembali ke tempat duduk nya dan menyerahkan sebuah plastik berisi sesuatu untuk Sakura.

"Apa ini?" Tanya Sakura dengan suara pelan.

"Roti."

"Arigato gozaimasu."

Sakura dan Sasuke menonton film tanpa saling berbicara. Tangan Sakura sibuk mengambil popcorn meskipun film itu jauh lebih menyeramkan dibanding yang dibayangkan nya.

"Kyaa!" Terdengar suara jeritan ketika terdapat adegan dimana sang wanita pemeran utama memasuki sebuah gudang gelap. Pintu tiba-tiba tertutup sendiri dan terlihat beberapa hantu dalam kondisi menyeramkan berpakaian abad pertengahan.

Lampu senter yang dipegang wanita itu hampir mati dan menambah suasana semakin menyeramkan. Terdengar suara tangisan dari beberapa penonton wanita yang ketakutan.

Hantu-hantu itu mulai mendekati wanita yang terlihat tegang itu. Tangan wanita itu menyentuh permukaan dinding, berusaha mencari tombol saklar hanya dengan bantuan sinar ponsel di gudang bawah tanah yang gelap.

Sakura benar-benar ketakutan sejak tadi, ia telah menutup mata nya dan hanya mengintip melalui sela-sela jari tangan yang menutupi wajah nya,

PRANG! Terdengar suara benda jatuh dan terdengar suara jeritan para penonton. Sakura ikut menjerit, jantung nya berdebar tak terkendali dan tubuh nya merinding. Ia bahkan menyilangkan tangan di depan dada dan menutup lubang telinga nya sendiri.

Sakura menoleh ketika ia merasa seseorang menepuk punggung nya. Sasuke menepuk punggung Sakura, ia tak tahu apa yang harus dilakukan pada Sakura yang terlihat sangat ketakutan.

Kini Sakura menutupi kedua wajah dengan telapak tangan. Adegan telah berganti dengan sang wanita yang berhasil keluar dari gudang setelah menjatuhkan barang yang dicari nya. Ia berhasil membuka pintu gudang dan segera membanting pintu tepat ketika hantu-hantu itu mengejar nya.

Sakura menghela nafas dan kini adegan berganti dengan sang wanita yang bertemu dengan seorang pria tampan yang sangat baik. Pria itu tinggal tak jauh dari rumah wanita itu.

Adegan romantis itu hanya beberapa menit dan adegan horror kembali dimulai saat wanita itu kembali ke rumah nya. Di rumah hanya terdapat wanita itu dan adik perempuan dari wanita itu.

"Ann, kau sudah pulang?", Ujar wanita pemeran utama itu pada sang adik.

"Sudah. Hari ini sekolah dipulangkan lebih awal."

Wanita itu berjalan menuju dapur bersama sang adik. Namun lampu tiba-tiba saja padam dan jendela tertutup rapat. Wanita itu terlihat panik dan menyesal telah kembali ke rumah, namun ia berusaha tenang sambil memeluk sang adik yang ketakutan.

Wanita itu memejamkan mata dan kembali membuka mata ketika ia mendengar suara tawa menyeramkan. Di dalam pelukan nya terlihat sosok hantu wanita dengan wajah penuh darah dan sedang memegang tangan wanita itu dengan tangan nya yang dingin dan penuh darah. Hantu wanita itu tak memiliki kaki.

"Kyaa!" Sakura kembali menjerit keras dan kali ini lebih keras dibandingkan sebelumnya.

Sasuke melirik Sakura yang ketakutan dan mengulurkan tangan pada Sakura. Tanpa ragu Sakura memegang tangan Sasuke, ia benar-benar takut hingga kehilangan akal sehat nya.

"Jangan takut, Sakura." Ucap Sasuke dengan pelan.

Sakura memejamkan mata dan menyembunyikan wajah nya dengan tangan kiri yang tidak bergandengan dengan Sasuke. Ia mengenggam tangan Sasuke erat-erat, perasaan nya sedikit membaik meskipun ia merasa ketakutan. Sasuke tak melepaskan genggaman tangan nya meskipun adegan telah berganti dan ketika Sakura membuka mata dan menyadari adegan sudah berganti, ia segera melepaskan tangan nya dengan canggung. Ia merasa benar-benar malu.

.

.

Film telah selesai dan Sakura keluar dari bioskop bersama Sasuke. Film itu berakhir dengan menyedihkan. Di bagian klimaks, gangguan hantu pada gadis itu semakin parah ketika orang tua gadis itu memintanya menjaga rumah bersama adik nya karena akan pergi ke kota selama beberapa hari.

Sang pria tampan dan baik hati yang ditemui wanita itu membuat wanita itu jatuh cinta dengan cepat dan mereka bertemu setiap hari. Mereka akhirnya berpacaran, namun di akhir film sang pria mengakui bila diri nya adalah hantu.

Beberapa gadis menangis, begitupun dengan Sakura yang hampir menangis. Namun ia menahan nya. Ia tak ingin menangis dan Sasuke mengenggam tangan nya atau menepuk bahu nya lagi. Ia seperti wanita genit yang sengaja mengajak Sasuke menonton film seperti itu agar dapat memanfaatkan kesempatan. Ia mengira film itu tidak akan seram karena mengandung unsur romantis.

"Sasuke-san, maafkan aku. Di bioskop tadi aku tak bermaksud mengenggam tangan mu dan mengajakmu menonton film seperti ini untuk memanfaatkan kesempatan. Aku benar-benar tidak tahu film nya akan seseram ini. Kukira sama sekali tidak seram." Ucap Sakura panjang lebar dengan perasaan tidak enak.

"Hn."

"Aku tidak ingin kau menganggapku sebagai wanita genit yang berniat memanfaatkan kesempatan."

"Aku tidak menganggapmu seperti itu, Sakura."

Sakura menatap Sasuke yang menatap nya. Ekspresi wajah Sasuke masih terlihat datar, namun tak terkesan muram seperti biasa nya. Wajah pria itu lebih cerah dan tatapan pria itu tak sedingin biasa nya.

"Syukurlah. Jangan ceritakan hal ini pada siapapun, ya. Aku malu sekali."

"Hn."

"Sasuke-san, sekarang jam berapa?"

"Setengah lima sore." Ucap Sasuke sambil melirik layar ponsel nya.

"Oh? Kalau begitu aku akan pulang sekarang. Terima kasih atas waktu mu, Sasuke-san. Mata ashita ne." Sakura melambaikan tangan pada Sasuke dan berjalan meninggalkan pria itu.

"Aku akan mengantarmu pulang, Sakura."

Sakura menghentikan langkah dan menoleh pada Sasuke yang mendekati nya.

"Tidak usah, nanti merepotkan."

"Aku tidak akan membiarkan gadis sepertimu pulang sendirian."

Sakura tersentak dengan ucapan Sasuke. Hari ini Sasuke benar-benar mengejutkan nya dengan sisi lain dari pria itu. Ia tersenyum pada Sasuke dan berkata, "Arigato gozaimasu."

"Hn."

Sasuke menuruni escalator bersama Sakura menuju lobby utama setelah menelpon supir pribadi nya. Sakura merasa risih dengan diri nya sendiri, namun ia mulai merasa bila Sasuke menarik. Kesan nya pada pria itu benar-benar berubah hari ini. Sasuke tak sesuram seperti yang dibayangkan nya dan berpergian bersama pria itu tak begitu membosankan meskipun tak begitu banyak percakapan. Mungkin ketika mereka lebih akrab, berpergian bersama Sasuke akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan saat ini.

-TBC-


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top