Chapter 5
Sakura menaiki tangga menuju atap sambil membawa bento untuk makan siang. Selama hampir seminggu ini ia menghabiskan makan siang bersama Naruto dan Sasuke. Entah kenapa, setiap makan siang Ino dan Tenten sengaja mendorong nya untuk makan bersama Sasuke dengan mengatakan bila hal itu adalah bagian perjanjian. Seminggu terasa bagaikan neraka bagi Sakura.
Sakura menatap bento itu dengan jengkel. Naruto kembali berulah, kali ini ia menyarankan untuk bertukar bento. Melalui permainan batu kertas gunting, ditentukan bila Sakura harus memasak bento untuk Sasuke dan ia sendiri akan memakan bento buatan Naruto.
Ketika tiba di puncak tangga, Sakura melangkah dengan gontai menuju pintu dan membuka nya. Di atap terdapat Hinata yang telah menunggu nya. Gadis itu menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka.
"Sakura, kemarilah," Ucap Hinata sambil menepuk tempat kosong di samping nya, meminta gadis itu untuk duduk di sebelah nya.
Sakura memutuskan untuk di samping Hinata dan melirik kotak bento gadis itu. Hinata adalah wanita yang sangat keibuan dan ia yakin bila gadis itu akan membuat bento dengan rasa yang lezat dan tampilan yang menarik.
"Naruto-kun dan orang itu masih belum datang?"
"Belum. Mereka akan sedikit terlambat."
"Oh." Sakura mengangguk dan kembali melirik bento milik Hinata. Perut nya terasa benar-benar lapar, namun ia terlalu malas untuk pergi ke kantin dan membeli makanan.
"Sakura, bolehkah aku melihat bento milikmu?"
"Tentu saja." Jawab Sakura sambil membuka kotak bento nya.
Bento yang dibuat Sakura terlihat sangat sederhana seperti bento yang dijual di vending machine atau convenience store. Sakura terlalu malas untuk menghias bento itu, setidaknya sudah bagus ia tidak membuat rasa bento itu menjadi tak karuan. Awalnya Sakura sempat berpikir untuk membuat bento dengan bahan makanan murah saja, bukan berarti ia pelit, namun ia merasa tak sudi mengeluarkan banyak uang untuk membuat bento yang akan diberikan pada Sasuke.
Sejak kemarin Naruto terus mengingatkan Sakura bila Sasuke sangat menyukai tomat. Ia bahkan mendesak Sakura untuk membuatkan bento dengan banyak tomat untuk Sasuke. Sakura bahkan mencari resep masakan dari berbagai negara demi membuat hidangan penuh tomat.
Sakura memutuskan untuk membuat bruschetta dengan cream tomato soup kalengan dan lasagna. Kebetulan Sakura sedang ingin memakan lasagna sehingga akhirnya ia membuat lasagna dan memberikan sedikit pada Sasuke sebagai makan siang.
Hinata tersenyum penuh arti dan menatap Sakura. Ia menepuk bahu Sakura dan berkata, "Wah, kau bahkan mengetahui makanan kesukaan Sasuke-san."
"Tidak. Kekasih mu yang memberitahuku dan memaksaku membuatkan hidangan penuh tomat seperti ini."
Wajah Hinata memerah bagaikan tomat ketika Sakura mengganti kata Naruto dengan sebutan 'kekasihmu'. Menyadari reaksi Hinata, Sakura segera tersenyum.
"Ternyata kau benar-benar menyukai Naruto-kun."
"E-eh... umm... t-tidak. A-aku tidak suka N-naruto-kun." Hinata tergagap, wajah nya semakin memerah.
"Aku mendukungmu. Bila kau menyukainya, katakan saja," Sakura tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Hinata.
Wajah gadis itu semakin memerah. Terdengar suara langkah kaki dan suara Naruto yang telah terdengar di kejauhan. Sakura dan Hinata terdiam seketika, percakapan serius yang baru saja mereka bicarakan seolah menguap begitu saja.
Naruto dan Sasuke tiba di atap dan segera menghampiri Sakura dan Hinata. Sakura menundukkan kepala ketika Sasuke berjalan mendekat, ia tak ingin bertatapan dengan pria itu. Di tangan kedua pria itu terdapat kotak bekal dan Sakura menerka-nerka isi bento yang akan diterima nya.
"Sakura-chan, ini bento untukmu. Karena aku tidak bisa memasak dan okaa-san sedang sibuk, aku membeli bento di vending machine dan memindahkan nya ke kotak. Gomen ne." Naruto terkekeh, ia merasa sedikit tidak enak pada Sakura.
"Padahal aku ingin mencoba bento buatanmu, lho." Goda Sakura dengan wajah merengut yang sedikit dibuat-buat.
"Ne, aku tidak menjamin masakan buatanku layak makan, lho."
"Kalau begitu syukurlah kau tidak memasak untukku." Ujar Sakura sambil tersenyum. Ia menyerahkan bento yang dibuatnya pada Sasuke. Sasuke menerima bento itu dan tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan.
Sakura tertegun. Tangan Sasuke tidak begitu hangat, namun lembut dan terasa nyaman. Sakura segera melepaskan tangan ketika menyadari Sasuke yang terlihat sungkan dan tidak nyaman.
Sasuke membuka kotak bento itu dan tanpa sadar tersenyum tipis ketika ia melihat isi bento yang penuh dengan tomat itu. Sorot mata yang biasa nya tajam itu terlihat berbeda. Sasuke terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan favorit nya. Ekspresi wajah Sasuke terlihat lebih lembut dan tak dingin seperti biasa, membuat Sakura tanpa sadar terus menatap nya.
"Arigato, Sakura."
Sasuke mengucapkan kalimat itu dengan suara pelan seolah bergumam pada diri nya sendiri, namun terdengar begitu jelas bagi Sakura. Dalam hati ia merasa bersyukur tak memasak asal-asalan untuk pria itu. Ia merasa puas karena Sasuke menikmati hidangan itu.
"Kau menyukainya, Sasuke-san?"
"Hn."
Sakura membuka kotak bento nya sendiri dan mulai menikmati bento itu. Diam-diam ia melirik ke arah Sasuke yang makan dengan lahap. Sosok nya yang biasa dingin itu terlihat begitu polos dan membuat Sakura merasa bila pria itu juga memiliki 'sisi manusia'.
Sasuke menghentikan makan nya ketika ia merasa bila diri nya sedang diperhatikan. Ia segera menatap Sakura dan berkata, "Hn?"
"Ah, tidak apa-apa." Ujar Sakura sambil menatap ke arah lain, ia merasa malu setelah Sasuke memergoki nya yang diam-diam melirik pria itu.
"Minna-san, bagaimana bila setelah ini kita semua membawa pulang kotak makan itu dan membalas kembali dengan memberikan bento untuk orang yang telah memberikan bento saat ini?" Usul Naruto.
"Kurasa itu ide yang baik, Naruto-kun." Jawab Hinata dengan wajah memerah. Saat ini Naruto memakan bento Hinata, maka besok pria itu akan membalas nya.
"Tapi..." Ucapan Sakura terputus. Ia teringat bila bento buatan Sasuke sangat lezat dan ia segera menganggukan kepala. "Ya sudah."
Naruto terkekeh, entah karena apa. Sakura kembali melirik Sasuke. Kelas bahasa Jepang akan dimulai setelah istirahat berakhir dan untuk hari ini ia harus menahan rasa jijik pada Sasuke.
.
.
Wajah Sakura memerah dan ia menggeram kesal tepat setelah kelas bahasa Jepang selesai. Kelompok Sakura mendapat giliran pertama sehingga seluruh siswa di kelas masih bersemangat untuk memperhatikan penampilan mereka.
Para siswa menjerit keras ketika terdapat adegan berdua antara Sasuke dan Sakura. Mereka semua bertepuk tangan riuh dan berteriak ketika di akhir drama Sakura mengatakan, 'Aku mencintaimu, Beast' dan sosok Beast berubah menjadi sesosok pangeran muda yang tampan.
"Sakura-chan, kalian berdua benar-benar terlihat sangat cocok, lho." Ucap Naruto sambil tersenyum lebar hingga pipi nya terlihat hampir sobek.
"Tidak! Aku tidak sudi!" Pekik Sakura sambil menggelengkan kepala kuat-kuat.
"Jangan mengatakan seperti itu, Sakura. Nanti malah menjadi kenyataan, lho." Goda Tenten yang duduk tak jauh dari Sakura.
"Kau saja yang bersama orang menyeramkan itu. Aku tidak mau!" Ucap Sakura dengan suara keras dan membuat Sasuke menoleh.
Ekpsresi wajah Tenten terlihat tidak nyaman dan Sakura merasa sedikit tidak enak. Apakah Sasuke akan merasa kesal? Atau mungkin menatap nya dengan tajam? Sakura memutuskan membiarkan Sasuke menatap nya dengan tajam sebanyak yang ia kehendaki.
Namun dugaan Sakura salah, Sasuke hanya memasang ekspresi datar dan segera mengalihkan pandangan dari Sakura.
Tatapan Sasuke tertuju pada Itachi yang sejak tadi duduk di kursi Sasuke dan memperhatikan Sasuke yang sedang berperan sebagai Beast untuk tugas akhir. Kini ia duduk di meja Sasuke tanpa merasa sungkan dan membuat Sasuke merasa kesal setengah mati.
Sasuke tak ingin membuat keributan di ruang kelas nya sehingga ia memutuskan untuk mengabaikan Itachi. Namun pria itu terus menggoda nya sambil tersenyum.
"Baka otouto, tak kusangka kau adalah aktor yang sangat baik."
Sasuke menahan diri untuk tak berdecak kesal. Saat drama tadi ia merasa tidak nyaman harus terlibat sebagai peran utama dalam drama dan berhadapan dengan jarak yang sangat dekat pada Sakura. Ia bahkan harus meletakkan kepala di pangkuan gadis itu dan ia merasa sangat sungkan.
Saat drama, Sasuke berusaha keras untuk bersikap senatural mungkin. Ia membutuhkan nilai untuk tugas akhir. Hasilnya, para siswa yang biasanya bersikap sinis dan menghindari nya kini mulai memuji nya dan menyebutnya cocok bersama Sakura.
"Teme, kau sangat cocok bersama Sakura-chan,lho. Lain kali aku akan memasangkan kalian lagi bila terdapat tugas drama apapun." Naruto terkekeh sambil menepuk pundak Sasuke.
"Aku benci drama, dobe."
"Benarkah? Kau terlihat menikmati peran mu sebagai Beast, lho. Atau jangan-jangan kau memang membayangkan dirimu sendiri sebagai Beast dan Sakura adalah sang Belle."
Sasuke melirik Sakura sekilas. Gadis itu begitu menikmati drama Romeo dan Juliet yang diperankan kelompok selanjutnya dan tak menyadari tatapan Sasuke. Sasuke menoleh ke arah Naruto dan berbisik dengan pelan, "Aku tak segila itu. Aku tak tertarik dengan Sakura."
Seolah mengabaikan ucapan Sasuke, Naruto tersenyum pada Sasuke dan menatap Sakura.
"Seharusnya aku memilih drama Romeo dan Juliet serta menjadikan kalian berdua sebagai pemeran utama."
Sasuke mengendikkan bahu dan menatap ke depan. Itachi telah meninggalkan ruangan kelas, mungkin merasa sebal karena tak diacuhkan Sasuke. Biasanya pria itu hampir selalu menemani Sasuke bagaikan seorang body guard. Sejak kematian nya, Itachi berubah menjadi sosok yang lebih banyak bicara dibandingkan sebelumnya, mungkin ia sendiri kesepian karena Sasuke adalah satu-satu nya teman bicara.
Tatapan Sasuke tertuju pada drama yang ditampilkan kelompok kedua. Beberapa siswa membelalakan mata ketika pemeran Romeo memutuskan bunuh diri karena mengira kekasih nya, Juliet, sudah meninggal.
Sasuke hampir membuka mulut nya untuk menanyakan makanan favorit Sakura. Ia berpikir untuk melakukan nya setelah gadis itu membuatkan bento penuh dengan bahan makanan favorit nya, tomat. Namun ia mengurungkan niat nya ketika menyadari gadis itu begitu menikmati drama yang ditampilkan teman nya, Ino.
Sasuke memutuskan untuk meminta bantuan Itachi untuk mencari tahu makanan kesukaan Sakura.
.
.
"Kau tidak ingin membeli umeboshi atau mochi?" Ujar Itachi sambil menunjuk sebuah rak yang dipenuhi kotak mochi pabrikan yang biasa dijual di supermarket.
Sasuke menatap sekeliling, ketika ia merasa yakin tidak ada orang ia menggelengkan kepala. Ia sedang berada di supermarket sendirian untuk membeli bahan-bahan makanan.
"Untuk apa?"
"Tentu saja untuk Sakura. Kuharap kau juga mau membelikan satu untukku."
Sasuke berdecak kesal, ia tak mengira bila kakak laki-laki nya akan berubah menjadi orang yang banyak bicara. Setiap kali mereka bersama, pria itu mendominasi percakapan dan Sasuke hanya mengiyakan atau sesekali menanggapi ketika ia sudah merasa jengah.
"Walaupun aku membelikan untukmu, kau tetap tidak bisa memakan nya, Itachi-nii."
"Beli saja satu untuk Sakura. Gadis itu pasti menyukai nya." Itachi mengambil satu kotak ube mochi dan meletakkan nya di keranjang milik Sasuke.
Sasuke meringis ketika melihat foto ube mochi itu. Ia pernah memakan nya sewaktu kecil ketika Itachi memaksa nya untuk memakan mochi itu. Menurut Itachi, mochi itu tidak manis dan mendesak Sasuke untuk mencoba nya. Akan tetapi mochi itu sangat manis menurut nya. Ia teringat kembali dengan rasa mochi yang membuatnya mual dan mengerucutkan bibir.
"Sakura menyukai makanan seperti ini?"
"Ya. Dia menyukai makanan manis."
Sasuke berpikir sejenak. Ia merasa kesulitan jika harus membuat makanan manis. Selama ini ia memasak mengikuti selera nya dan makanan yang dibuatnya sama sekali tidak manis.
"Kalau begitu kau saja yang menggantikanku membuat bento untuknya."
"Tidak."
"Bukankah kau suka makanan manis? Anggap saja kau sedang memasak untuk dirimu sendiri," Sasuke memaksakan diri untuk tersenyum manis dan membujuk Itachi meskipun bibir nya terasa berkedut-kedut dan nyeri.
"Kau membuatku jadi ingin mencicipi makanan itu, baka otouto."
Sasuke kembali berdecak kesal. Sungguh menyebalkan. Ia mungkin akan meminta pelayan di rumah nya untuk memasak bento bagi Sakura. Sasuke tak begitu senang membuat apapun yang tak disukai nya.
Sasuke sedang berjalan ke arah tempat penjualan ikan segar di supermarket. Tempat itu agak licin dan pihak pengelola supermarket hanya memasang sedikit karet anti slip di lantai.
Terdengar suara keras dan seorang gadis yang tergelincir ke arah Sasuke. Secara refleks Sasuke menahan lengan gadis itu yang hendak mendorong nya dan akan membuat mereka jatuh di lantai dalam posisi yang sedikit memalukan.
Kaki gadis itu kembali memijak lantai dan Sasuke melepaskan tangan gadis itu. Ia tak biasanya bersentuhan dengan seorang gadis dan merasa sedikit canggung.
"Terima kasih telah menolongku." Ucap gadis itu sambil menundukkan kepala.
Sasuke terkesiap ketika mendengar suara gadis itu. Ia bahkan tak menyadari jika gadis itu adalah Sakura karena ia tak sempat melihat wajah gadis itu dan refleks menahan lengan gadis itu. Ia merasa gadis berambut merah muda itu cukup familiar.
"Gomen." Ucap Sasuke dan ia memutuskan untuk mengambil keranjang nya yang diletakkan nya di lantai. Ia bisa berbelanja barang lain terlebih dahulu dan kembali untuk membeli ikan nanti.
"Oh, Sasuke-san?" Nada suara Sakura terdengar datar ketika ia mendapati Sasuke yang tadi menolong nya. "Sedang apa kau disini?"
"Berbelanja."
Sakura menatap isi keranjang milik Sasuke dan mengernyitkan dahi. Menurut Naruto pria itu sangat tidak suka makanan manis. Namun ia malah membeli ube mochi yang manis.
"Yah, terima kasih telah menolongku," Ucap Sakura dengan terpaksa.
Sangat jarang bagi Sasuke untuk mendengar seseorang mengucapkan terima kasih padanya. Sasuke hanya menggumamkan 'hn' seperti biasanya untuk menanggapi Sakura.
Sakura hendak berjalan meninggalkan Sasuke ketika pria itu memanggilnya dan ia menoleh.
"Sakura, apa makanan kesukaanmu?"
"Huh?"
Sakura mengernyitkan dahi. Untuk apa Sasuke menanyakan nya? Apakah pria itu bermaksud mendekati diri dengan nya, setidaknya sebagai teman? Mungkin Sasuke salah menanggapi reaksi Sakura yang sebetulnya terpaksa mengucapkan terima kasih sebagai sikap bersahabat.
Menyadari reaksi Sakura, Sasuke segera menjelaskan maksud ucapan nya, "Aku tak tahu harus membuat apa untuk bento mu."
"Oh. Aku menyukai salmon buatanmu. Sebetulnya aku juga menyukai makanan manis,"
"Hn. Bagaimana dengan salmon teriyaki?"
"Boleh saja," Jawab Sakura sambil tersenyum. Ia menyukai teriyaki yang dibuat dengan daging apapun.
Sasuke tanpa sadar ikut menarik sudut bibir nya membentuk sebuah senyuman. Entah kenapa ia merasa puas ketika ia dapat membuat seseorang tersenyum padanya atau setidaknya menyukai apa yang dilakukan nya.
Sakura terbelalak ketika mendapati Sasuke tersenyum padanya. Senyum pria itu terlihat menawan, begitupun dengan wajah pria itu. Ia tak pernah melihat Sasuke tersenyum sebelumnya, namun ketika pria itu melakukan nya, Sakura merasa bila senyum itu pantas terpatri di bibir Sasuke.
Sasuke tak mengatakan apapun dan ia segera memilih salmon tanpa menghiraukan keberadaan Sakura. Ia bahkan tak mengucapkan selamat tinggal atau apapun.
Sakura melirik Sasuke sekilas sebelum melangkah pergi meninggalkan pria itu. Ia mulai merasa bila Sasuke tak seaneh yang dianggapnya. Setidaknya, pria itu masih menyelamatkan nya meskipun ia telah menyakiti perasaan pria itu.
.
.
"Uchiha Sasuke menyelamatkanmu di supermarket, forehead?!" Jerit Ino dengan suara keras di telpon.
Sakura menjauhkan telpon dari telinga nya. Ia sempat mendengarkan teriakan Ino sejenak dan kuping nya berdengung. Ia menyesal tanpa sadar menceritakan pada Ino bila ia bertemu Sasuke di supermarket dan Ino langsung menelpon nya.
"Tidak, pig."
"Tidak? Kau bilang dia menahan tangan mu ketika kau tergelincir dan hampir menubruk nya?"
"Ya, aku memang bilang begitu. Namun ia pasti melakukan nya agar ia sendiri tidak ikut terjatuh."
Ino mendesah pelan. Ia membenarkan ucapan Sakura dengan kecewa.
"Kau benar juga, forehead. Lalu apa yang ia katakan padamu selama di supermarket?"
"Dia menanyakan makanan kesukaanku karena besok Naruto baka memintanya membuatkan bento untukku."
Di seberang telpon, Ino tersenyum. Dalam hati ia menjerit kegirangan, ia membayangkan bila Sakura akan bersama dengan Sasuke. Sebetulnya ia merasa kasihan bila Sakura bersama dengan Sasuke, tentu saja ia kasihan pada Sakura. Namun sebetulnya Sasuke sendiri adalah pria yang tidak buruk meskipun sikap nya aneh. Ia memiliki wajah tampan, tubuh sempurna, otak pintar dan kekayaan. Sepertinya ia juga bukan tipe pria yang suka menggoda wanita.
"Wah! Tadi kalian berperan sebagai pasangan di drama. Sekarang saling bertukar bento. Mungkin besok kalian akan benar-benar menjadi sepasang kekasih."
"Kau gila, pig," Desis Sakura dengan kesal. "Mana mungkin aku menyukai pria seperti itu, huh?"
Terdengar suara Ino yang tertawa keras dan membuat wajah Sakura semakin berkerut kesal.
"Bagaimana bila kalian benar-benar menjadi seperti Beauty and the Beast? Maksudku Sasuke yang selama ini terlihat menakutkan dan bersikap aneh ternyata merupakan seorang pria tampan yang keren dan baik hati seperti Beast?"
Sakura berdecak kesal. Sikap Ino dan Tenten yang semula sangat sinis pada Sasuke mulai sedikit lebih baik sejak menyaksikan drama tadi. Kini mereka malah terus menerus meledek Sakura dengan Sasuke seolah memasangkan mereka.
"Hey! Bukankah kau juga merasa jijik padanya? Mengapa sekarang kau malah meledekku bersama 'orang itu' terus menerus sih?" Ujar Sakura dengan kesal.
"Apakah kau tidak menyadari bila Sasuke memerankan drama dengan begitu baik? Biasanya ia tak pernah seperti ini ketika berperan dalam drama. Kurasa itu karena kau, forehead."
Ino terlihat semakin bersemangat menggoda nya dan Sakura merasa jengah. Ia mengeluh dengan nada memelas, merasa benar-benar kesal.
"Pig... bisakah kau mengurangi waktu perjanjian itu? Aku sudah tidak tahan lagi... Kau tahu, aku risih, kesal, jijik, aahh...." Sakura mendesah dengan kesal.
Sakura terdiam dan memejamkan mata nya. Namun entah kenapa ia terbayang wajah Sasuke yang tersenyum tipis. Senyum itu terlihat lembut dan tulus.
"Kau benar-benar tidak tahan, forehead?"
"Tentu saja."
"Bagaimana bila akhir pekan nanti kalian berdua menghabiskan waktu bersama? Aku akan memotong waktu perjanjian kalian satu hari," Tawar Ino.
Sakura menimbang sejenak. Tawaran Ino sedikit meringankan meskipun hanya satu hari. Namun ia harus mengambil risko mendapat julukan negatif dengan bergaul bersama pria yang disingkirkan hanya demi pengurangan waktu satu hari? Terkesan tidak adil.
"Satu hari? Bagaimana dengan dua minggu?"
"Tidak mau. Dua minggu terlalu lama.
"Bagaimana dengan satu minggu?"
"Tiga hari saja."
"Ayolah... terlalu sedikit. Bagaimana dengan lima hari, pig?" Ucap Sakura dengan memelas.
"Pengurangan waktu hanyalah bonus dari ku, forehead. Suka atau tidak kau harus melakukan sesuatu pada Sasuke untuk membalas nya karena telah menolongmu."
"Yah..dia bahkan menolongku demi kepentingan pribadi nya," Keluh Sakura. "Potonglah lima hari. Aku berjanji akan mengajaknya makan bersama hari sabtu ini."
Ino terkekeh pelan. Sebuah ide jahil muncul di benak nya.
"Tentu saja, aku akan memotong nya lima hari. Namun kau harus menghabiskan satu hari penuh bersama nya, tidak hanya sekadar untuk makan dan pulang. Bagaimana?"
"Uh... baiklah," Sakura menyetujui dengan terpaksa.
"Jangan lupa, kalian harus berfoto bersama dan tunjukkan bukti foto itu padaku."
"Baiklah," Ucap Sakura dengan berat hati. Setidaknya ia hanya perlu menghabiskan dua puluh lima hari bersama Sasuke. Ia bergidik membayangkan bagaimana ia harus mengajak Sasuke bertemu di akhir pekan dan menghabiskan waktu satu hari penuh. Ia merasa risih dan membayangkan bila hari itu akan menjadi hari terburuk yang akan dilalui nya.
-TBC-
Author's Note :
Berhubung author bakal ujian, fict ini ga akan cepet update.
Mengenai Sakura yang punya sixth sense bakal dimunculkan di 3 chapter ke depan atau lebih. Fict ini kemungkinan besar bakal lebih dari 10 chapter.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top