Bab 2
"Aku kembali pada waktu Nona Serena menyegel ruangan ini? Ternyata begini proses 'penghidupan' kembali narapidana. Semua akan direset sesuai keadaan awal ... seperti respawn di dalam game."
Hujan menoleh ke arah layar monitor lagi dan melihat tahanan D-16542 masih memejamkan mata. Tiba-tiba saja pemuda itu terbangun hingga langsung melompat dari tempat tidurnya.
Hujan menggelengkan kepala. Dia mengenakan kembali pakaian yang disiapkan Soran untuknya dan langsung duduk untuk mengamati setiap pergerakan D-16542. Dia tidak boleh membuang-buang waktu atau tidak akan kehilangan jejak D-16542.
D-16542 berkeliling ruangan. Dia kemudian mengambil dokumen di atas meja. Pemuda itu menatap dokumen tersebut cukup lama hingga pintu tahanannya dibuka oleh prajurit. Seperti sebelumnya, dia berjalan mengikuti dua prajurit itu ke ruang tahanan SCP-173.
"Kuharap dokumen itu berisi penjelasan mengenai SCP-173. Jika dia langsung mati seperti sebelumnya, aku akan kesal," Hujan bergumam.
Kali ini, Hujan menatap lekat ruangan di mana SCP-173 dikurung. Ketika lampu tiba-tiba mati, dia tidak lagi panik. Pandangannya tetap fokus ke monitor yang menampilkan ruangan SCP-173. Sekilas ketika lampu hidup, Hujan melihat SCP-173 yang membantai NCP di sana dan D-16542 yang melarikan diri.
"Ternyata memang seperti ini skenarionya," batin Hujan kemudian menyandarkan punggung pada sandaran kursi.
Hujan berdiri, kemudian berjalan ke arah pintu. Dia menekan tombol yang ada di sisi kanan pintu. Setelahnya, pintu yang menahannya terbuka. Hujan pun tersenyum.
"Pekerjaanku akan dimulai sekarang," Hujan membatin lantas melangkahkan kakinya ke luar ruangan. Dia menekan tombol di sisi luar. Selanjutnya, pintu kembali tertutup.
Hujan berjalan menyusuri lorong. Tangannya dikepalkan serta disilangkan di belakang pinggang. Tubuh Hujan tegap, dadanya datar karena ditekan paksa agar cocok dengan pakaiannya, dan dagunya sedikit terangkat.
"Tidak ada siapa-" perkataan Hujan terhenti begitu pula dengan langkahnya. Dia menyentuh lehernya.
"Satu, dua, tiga," ujarnya lagi.
"Ah, ternyata topeng ini membuat suaraku terdengar serak dan agak mirip seperti robot." Hujan tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya.
Dia berjalan mengitari situs simulasi. Setelah melewati beberapa lorong serta aula, Hujan bertemu dengan mayat yang bertebaran di mana-mana. Segera dia mengeluarkan jarum suntik dan obat dari cincin ruang.
Hujan menghampiri salah satu mayat. Dia berlutut, kemudian menyuntikkan cairan hijau itu ke salah satu mayat. Setelah menunggu beberapa menit, mayat itu berdiri dan mengeluarkan suara geraman. Setelahnya, Hujan menyuntikkan cairan hijau itu ke mayat yang tersisa.
"Hic expecta! (Tunggu di sini!)" Hujan memberikan perintah dalam bahasa latin.
Dia berbalik arah. Setelahnya dia kembali ke ruang tahanannya.
Di ruangan itu, dia duduk bersandar. Pandangannya fokus ke layar untuk mencari di mana keberadaan D-16542. Setelah menyusuri monitor-monitor itu untuk beberapa saat, Hujan menemukan narapidana yang berada di bawah pengawasannya.
D-16542 berlari menyusuri lorong. Tiba-tiba dia berhenti setelah membuka salah satu pintu.
Hujan mengernyit. Dia melihat monitor di samping tempat D-16542 berada. Di sana, dia melihat SCP-173 tengah berdiri tepat di hadapan D-16542.
"Menarik," Hujan berguman. Kedua tangannya terlipat di atas meja membentuk segitiga. Dagunya kemudian ditopangkan ke kedua tangan.
D-16542 Segera menutup pintu. Dia berjalan mundur dengan hati-hati ke lorong sebelumnya. Setelah dia menutup pintu, D-16542 berbalik dan segera berlari menjauh dari ruangan itu.
Di lain sisi, SCP-173 membuka pintu. Anomali itu berpindah dengan cepat ke depan, mengejar tahanan.
Hujan tersenyum. "Aku tidak perlu membunuh jika anomali SCP-173 sekuat itu."
Dia kembali bersandar. Matanya menyusuri monitor demi monitor. Banyak NPC telah terbaring dengan darah yang berlumuran. Ada juga lumpur berawarna hitam pekat yang tersebar di berbagai aula dan dinding.
Hujan bergidik. "Jika bukan karena topeng ini, mungkin aku bisa mencium aroma anyir yang begitu pekat."
D-16542 terus berjalan tanpa arah. Dia terlihat berulang kali melewati lorong yang sama. Kadang dari kiri ke kanan, lain waktu dari kanan ke kiri.
"Seperti setrika berjalan," Hujan bergumam.
D-16542 berhenti ketika tiba di salah satu aula. Dia berputar-putar di sekeliling aula ketika memutuskan untuk masuk ke pintu kiri.
Ruangan di balik pintu itu berwarna merah karena lampu emergency yang menyala. Di sana terdapat tiga pintu yang terbuat dari tembaga yang masih berwarna merah.
D-16542 menuju ke pintu yang di tengah dan membukanya. Namun, pintu itu tidak bisa terbuka. Dia mencoba pintu yang berada di kiri dan kanan. Sayangnya, tidak satu pun dari pintu-pintu tersebut yang bisa terbuka. Frustrasi, D-16542 kembali ke aula.
Saat membuka pintu, SCP-173 sudah berada di sana. Tiba-tiba, SCP-173 sudah berdiri di belakang D-16542 dan D-16542 terjatuh.
Rasa pusing kembali melanda Hujan. Pandangannya menggelap sebelum kembali terang. Sekali lagi, dia berdiri di dinding tempat Serena menghilang sembari memeluk amplop coklat.
Hujan buru-buru duduk di kursi. Dia memijat pelipis untuk beberapa saat.
"Aku hanya mengalami ini dua kali, tetapi sudah sepusing ini. Aku tidak bisa membayangkan harus terus-menerus mengulang hal ini sebanyak seratus kali. Ini bukan pelatihan, melainkan penyiksaan," Hujan menggerutu.
Setelah merasa lebih baik, dia berganti pakaian. Begitu penampilannya sesuai, Hujan kembali memerhatikan layar. Semua kejadian berulang sampai lampu berkedip dan SCP-173 memulai pembantaiannya.
D-16542 segera berlari dari ruang tahanan SCP-173 kala anomali itu masih sibuk membantai peneliti, tentara, dan narapidana NPC. D-16542 berjalan menuju lorong begitu keluar dari area tahanan SCP-173. Setelah tiba di ujung lorong, dia belok kiri menuruni tangga.
Di lantai bawah, D-16542 berjalan mengelilingi ruangan dengan hati-hati. Dia menyusuri meja demi meja. D-16542 mengambil kartu berwarna kuning yang dia temukan di salah satu meja. Dia lalu pergi ke luar ruangan dengan memindai kartu yang ada di tangannya.
D-16542 melompat kegirangan. Pintu kali ini adalah pintu yang pertama kali dia buka. Dia berjalan menyusuri lorong yang terus berulang.
Tubuh D-16542 membungkuk. Kedua tangan pemuda itu menopang di lututnya. Punggungnya naik turun dengan tidak teratur.
Setelah beberapa saat, dia mengangkat kepalanya. D-16542 menoleh ke kanan dan ke kiri. Di kanan dan kirjnya terdapat masing-masing satu pintu. Dia kembali memindai kartu di tangannya ke pintu di sisi kiri dan pintu kebuka.
D-16542 masuk ke dalam ruangan. Di sana terdapat dua rak setinggi 1,8 m. Satu rak kosong, sedangkan rak lainnya terdapat beberapa dokumen, baterai, dan segelas air minum.
D-16542 mengambil gelas air itu setelah diam di sana beberapa saat. Dia meminumnya ... mungkin tidak peduli akan kembali mati atau tidak.
Tangan Hujan terkepal. "Jika sekarang dia mati lagi, aku akan menyiksanya pada pengulangan keempat. Tidak akan kubiarkan dia mati dengan mudah dan cepat."
Setelah menunggu beberapa saat, tidak terjadi apa pun. Hujan menghela napas lega.
D-16542 beralih ke dokumen di sana. Dia menatap dokumen itu cukup lama ... mungkin membacanya. Setelah beberapa menit, dokumen-dokumen itu diletakkan kembali.
D-16542 menoleh ke pintu di sisi lain ruangan. Dia membuka pintu itu dengan kartu. D-16542 kembali menemukan lorong dan pintu di hadapannya. Dia terus berjalan lurus.
D-16542 terus mengalami pengulangan perjalanan. Dia hanya keluar-masuk ruangan dari satu sisi pintu ke sisi lainnya.
"Looping? Pantas saja tidak banyak cctv di situs ini. Pasti karena ada pengaruh looping." Hujan kembali bersandar.
D-16542 berhenti. Dia menyeka keringat di dahinya. Setelah itu, D-16542 memutuskan untuk berjalan di lorong.
Dia berjalan menyusuri lorong yang panjang hingga tiba salah satu lorong yang aneh. Lorong ini berbeda dengan lorong lainnya. Di tengah-tengah lorong terdapat balok besi yang terpasang di bagian atas, bawah, kanan, dan kirinya. Di depan bingkai besi itu, ada tanda peringatan berwarna kuning yang tertulis di lantai.
D-16542 diam beberapa saat. Dia hanya maju-mundur di lorong. Tiba-tiba D-16542 menoleh ke belakang. Wajahnya terlihat ketakutan. Dia langsung berlari melewati bingkai besi di tengah lorong. Untaian listrik menyala dari bingkai besi, langsung menyetrum D-16542.
D-16542 terjatuh di tengah besi. Dia terbaring lemah di sana.
"Narapidana sialan!" Hujan mengumpat. Kepalanya kembali mengalami pusing yang lebih buruk dari sebelumnya. Tangannya memegang kepalanya hingga pandangan Hujan akhirnya kembali menggelap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top