Chapter. 9
WARNING : 21+
Asupan pagi buat lu 🤣
"Bang, kenapa masuk?" tanya Grace gugup.
"Lu nggak bukain pintu," jawab gue sambil mendekat.
Cewek itu makin gugup waktu gue deketin. Doi mundur beberapa langkah sampe nggak bisa mundur lagi karena terhalang tembok.
"Bang, Grace mau mandi," ucap Grace gemetar.
"Oh," balas gue sambil membungkuk dan menatapnya intens.
Mata gue menunduk untuk melihat belahan dada Grace. Well, ukuran payudaranya bikin napas gue memberat. Gue cuma pernah pegang dari balik bra, secara langsung belum.
Tanpa ragu, gue melayangkan satu tangan ke atas salah satu dadanya, lalu meremas pelan. Grace menarik napas dan mengerjap cepat, lalu spontan mencengkeram pergelangan tangan gue.
"Bang..."
"Ini yang bakal lu dapetin, kalo jalan sama cowok kayak gue, Grace," ujar gue sambil menatap Grace lebih dalam, dan menyelipkan jempol di sisi cup bra, lalu mengusap putingnya naik turun.
Grace menggelinjang dan menahan erangan dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Hm, sensitif.
"Grace udah siapin diri untuk ini, Bang," balas Grace lirih.
"Oh ya? Udah biasa kayak gini? Pernah ML sama mantan? Ato sama cowok cupu yang tadi pagi ketemu di kafe?" tanya gue sambil memiringkan wajah untuk mencium pipi Grace, berlanjut ke telinga, dan menyesap daun telinganya.
"Ah," desah Grace saat usapan gue semakin liar dan satu tangan gue yang lain udah membuka kaitan bra, lalu melepasnya.
Gue berhenti sejenak untuk mengalihkan tatapan pada sepasang payudara Grace yang terbuka. Bulat, kencang, putingnya mungil berwarna pink pucat, dan menegang di sana. Payudara itu mengayun indah karena napas Grace yang memburu kasar.
Dua tangan gue auto terangkat dan meremasnya, memijat pelan, sambil memainkan putingnya yang menegang. Shit. Muka Grace keliatan enak banget, seolah dia udah biasa kayak gini.
"Enak? Mau lebih?" bisik gue sambil menyesap telinganya, meliukkan lidah di sana.
Surprisingly, Grace mengangguk. Doi sama sekali nggak menolak gue sentuh kayak gini, justru mengerang penuh damba. Hm.
"Grace udah nggak virgin, Bang," desah Grace lirih ketika gue mendorongnya mundur dan terjatuh ke tepi ranjang.
"So what?" balas gue sambil membuka kaos.
"Bang Jo nggak apa-apa kalo Grace udah nggak virgin?" tanya Grace.
Gue membelai sisi wajahnya, mendongakkan dagunya, lalu membungkuk untuk mencium bibirnya dengan liar.
"Gue juga bukan virgin. Gue udah sering tidur sama cewek tiap kali pacaran, atau sekedar hook-up. Jadi, nggak masalah buat gue kalo pasangan gue pun nggak virgin," ucap gue dan memasukkan lidah gue ke dalam rongga mulut Grace.
Grace mendesah dan mulai membelai dada gue, turun ke perut, dan semakin ke bawah untuk membelai ketegangan gue dari balik celana jeans.
"Grace nggak virgin bukan karena cowok, Bang," erang Grace saat gue mulai meremas kembali payudaranya dengan gemas.
"Hm?"
"Grace main sendiri."
Gerakan gue auto berhenti dan kini berlutut di tepi ranjang, tepat di depan Grace dengan posisi kepala sama tinggi. Maksudnya gimana?
Grace tampak malu dan gugup. "Grace sendirian di rumah. Terus, iseng liat-liat, nonton blue film dari link yang dikirim temen. Waktu itu, Grace masih kelas 7."
Alis gue terangkat. Buat gue, nggak ada yang aneh. Yang punya nafsu, nggak cuma cowok, tapi cewek juga. Justru, nafsu terbesar ada sama cewek, hanya aja cewek lebih bisa menahan daripada cowok. Persepsinya jadi beralih ke cowok yang napsuan, padahal mah sama napsunya.
"Terus Grace iseng pegang diri sendiri, sampe... beli dildo. Abis itu, ada satu kali Grace kebablasan dan masukin, Bang. Jadi..."
"Lu klimaks pake dildo dan nggak sengaja pecahin darah perawan lu? Gitu?" lanjut gue dengan alis terangkat.
Grace mengangguk dengan wajah memerah, terlihat banget doi malu.
"Trus, lu lanjutin dan main sama cowok?" tanya gue.
Grace menggeleng. "Pacaran cuma pengen tahu gimana rasanya, Bang. Ello itu pacar pertama Grace. Abis itu, nggak pernah pacaran lagi. Grace cuma sebatas cium dan pegang. Nggak mau lebih karena nggak sreg. Grace lebih nyaman kalo main sendiri, tapi... semenjak udah naksir Bang Jo, Grace ngebayangin Bang Jo tiap kali pengen."
Shit. Cewek ini bener-bener bikin gue makin sange. Meski gue nggak expect dia masih perawan karena sikapnya yang pecicilan, tapi juga nggak ngira kalo doi bakalan punya pengalaman seliar itu. Fuck herself with dildo? It's rare and wow.
"Sebenarnya, lu nggak perlu jelasin hal itu ke gue," ujar gue santai sambil membuka dua kaki Grace dan melihat celana dalamnya udah basah. "Tapi gue hargai itu."
"Bang Jo nggak aneh sama Grace?" tanya Grace lirih dan mendesah ketika satu jari gue udah membelai celah basahnya dengan gerakan naik turun.
"Semenjak kenal lu, nggak ada yang aneh karena memang apa yang lu lakuin nggak pernah ada yang normal. Dan sekarang, gue ikutan nggak normal," jawab gue dengan napas berat.
Celana dalam Grace gue kesampingkan, melihat vagina-nya yang bersih, terawat, dan sangat merah. Doi horny berat karena vagina-nya udah membengkak. Wet. Hairless. Delicate.
"Nggak normal kayak gimana, Bang?" tanya Grace dengan suara tertahan.
"Kayak gue yang menginginkan lu saat ini, Grace. Fuck! You're soaking wet!"
Gue pun menjilat vagina Grace yang basah dengan bernapsu. Biasanya, main sama cewek seumuran atau lebih dewasa, adalah seks pengertian. Tapi main sama cewek lebih muda adalah yang pertama, dan ini adalah seks kepuasan.
Yeah, she's a good sight. Firm breasts, bloody hot body, and gorgeous pussy. Grace is marvelous.
Belum lagi, rintihan pelannya yang menandakan apa yang gue lakuin saat ini adalah sesuai keinginannya. Doi bener-bener basah dan nikmatin sentuhan gue, seolah semua itu sesuai fantasi liarnya. And yes, gue suka waktu dia bilang gue jadi objek fantasinya.
Lidah gue masih menjilat, meliuk naik turun, dan membuat Grace makin basah. Mulut gue mulai menyesap klitoris-nya, dan memasukkan satu jari tengah ke dalam celah basah.
"Bang! Ahh, Grace mau... keluar.. ahhhh..."
Gue menegakkan tubuh dan melayangkan satu tangan gue untuk membekap mulut Grace karena doi berisik. Tubuhnya menggelinjang hebat saat jari gue memompa cepat di dalam. Satu jari berubah jadi dua jari. Nope, it wasn't enough, so I make it three!
Klimaks Grace begitu panjang, dan cairannya banyak abis. Yeah, she's squirting and I'm so proud of myself.
Waktu dia lebih tenang, gue segera melepas tangan gue dari mulutnya, berganti untuk mencium bibirnya. Keras dan dalam, sambil masih memompa tubuh Grace dengan jari-jari gue yang basah dan licin.
"Bang," rintih Grace dengan ekspresi mendamba.
"Lu bakal ngerasain gue. Tenang aja," balas gue dalam.
Gue pun melepas jari dan mengarahkannya pada mulut Grace. Doi mengisap jari gue dengan keras. Fuck. Gue nggak menyangka jika Grace bisa kasih ekspresi bitchy yang bikin gue sange abis.
Gue pun menarik tangan dan segera berdiri untuk melepas celana jeans dan boxer. Sepenuhnya telanjang. Grace tampak mengerang pelan melihat penis gue, bahkan sambil menggigit bibir bawahnya.
Grace melepas celana dalamnya, juga sepenuhnya telanjang, dan kembali duduk di tepi ranjang dengan gue yang berdiri tepat di depannya.
"Suck my dick," ucap gue serak sambil mengarahkan ketegangan gue ke mulutnya.
Dengan berani, Grace menggenggam penis dan mengocoknya pelan, lalu membuka mulut sambil mencondongkan wajah untuk mengulum penis gue yang cuma bisa sampe setengah. Fuck! Fuck! Fuck! Isapan Grace kencang dan mantap.
Kenapa nggak dari dulu aja gue ajak ngewe, kalo tahu doi jago nyepong gini?
Biasanya, ekspresi Grace innocent dan ceria. Tapi saat begini, ekspresinya berubah drastis. Dia berubah menjadi nakal, liar, dan seksi. Damn.
Gue menarik penis gue dari mulutnya, dan mencium bibirnya dengan bernapsu. Saat ini, gue pengen ngeliat seliar apa Grace saat di ranjang.
"Show me what you thought about me, Grace," ucap gue parau.
Grace menjilat bibirnya sendiri dan mengangguk. She's like a horny slut who just wants a big dick right now.
"Grace selalu pengen di atas Bang Jo," ucap Grace serak sambil mengarahkan gue untuk bersandar di ranjang.
"WOT?" balas gue sambil menyeringai senang.
Grace mengangguk sambil merangkak di atas gue, memposisikan diri, dan mengarahkan penis gue untuk masuk ke dalam vagina-nya.
"Just like my wild fantasy, you're big and hard, and long, and... Ahhhhh! Bang!"
Fuck! Grace hangat dan sempit. Gue menahan napas untuk menikmati sensasi nikmat yang begitu hebat, panas, dan liar. Kami terdiam untuk sama-sama menikmati penyatuan itu.
Gak lama setelah itu, Grace mulai bergerak. Naik turun, memutar, naik turun lagi, memutar lagi, berulang, dan ritmenya dari pelan hingga ke cepat.
Grace bener-bener tahu apa yang harus dia lakuin di atas gue, dan tampak begitu menikmati kegiatannya dengan meremas payudaranya sendiri, memejamkan mata sambil mendesis pelan, dan terus bergerak cepat di atas gue.
If I have to admit, I'm like watching porn right now. Grace gives me a good performance to remind about. She's the performer. Wild and bloody hot performer.
Gue memang lebih suka cewek yang inisiatif dan agresif di ranjang. Karena itu yang bikin gue makin ngecun dan tambah napsu. Itulah alasan yang bikin gue cari cewek yang lebih tua atau paling nggak seumuran. Ternyata, cewek kayak Grace, bisa lebih liar dari cewek-cewek yang udah pernah main sama gue.
"Bang, Grace mau... Ahhhh, ahhhhh, ahhhh."
Grace kembali mengejang, mengerang kencang, dan klimaks. Vagina-nya berdenyut kencang, memijat di sepanjang ketegangan gue yang makin keras.
Dengan cepat, gue menangkup bokongnya, memindah posisi agar doi di bawah, dan giliran gue yang bergerak keluar masuk ke dalamnya.
Erangan Grace masih terdengar dan gue nggak peduli kalo Babon bakal denger ato nggak. Bomat! Mudah-mudahan aja roh babi-nya keluar, karena kalo udah pewe, Babon suka ketiduran.
Gerakan gue makin cepat, gelisah, dan semakin membabi buta. Grace bener-bener enak buat digenjot. Doi masih terasa sempit dan bikin gue sesak di dalam. Gesekan panas yang terjadi bikin napas gue seolah terbakar, degup jantung gue makin berdegup kencang, dan kepala gue pening.
Fuck! Gue mengerang parau dan masih tersadar untuk menarik diri, lalu mengarahkan penis gue ke muka Grace sambil mengocok kasar.
Grace langsung mengambil alih penis gue untuk memasukkannya dalam mulut, mengulum keras, dan gue langsung meledak saat itu juga.
Gue mengerang semakin berat saat Grace mengisap, menjilat, sambil mengocok cepat. Semburan sperma gue berhamburan di sekitaran mulutnya, tapi doi keliatan nikmat banget.
Dia menelan habis sperma yang ada di dalam mulut, kemudian menjilat kepala penis dengan bersih, lalu memasukkan bercak sperma di sekitaran mulut dengan jempol dan mengisapnya tak bersisa.
"Grace..."
"Grace pengen nyobain rasanya, Bang. Ternyata, Grace suka," ucap Grace dengan sorot mata penuh damba.
"Gue nggak nyangka lu bisa seliar ini di ranjang," gumam gue sambil mendekat untuk menciumnya.
Grace membalas ciuman gue dengan pelan dan penuh perasaan. Hm, kami saling berangkulan dan merebah di ranjang. The room smells sex and I like it.
"Kenapa Bang Jo mau main sama Grace?" tanya Grace saat dia udah bersandar di dada gue.
"Harusnya gue yang tanya, kenapa lu mau?" tanya gue balik.
"Grace mau karena suka sama Bang Jo. Tapi, Bang Jo kan nggak suka sama Grace," jawab Grace dengan nada mengantuk.
"Seks itu kebutuhan. Dan gue nggak perlu pake perasaan kalo mau lakuin. Selama sama-sama suka dan pengen, why not?" balas gue jujur.
Grace mendongak. "Jadi, itu cara Bang Jo buat penuhin kebutuhan batinnya selama ini?"
Gue mengangguk.
Here's a thing, man can get easily to play sex without hard feeling or fancy things, like woman called commitment. Heck. Sex is just sex. You're just kiss, touch, fuck, come, and done.
Soal perasaan, itu beda jalur. Apalagi cinta. Ckck. Nggak usah lha kalian hubung-hubungkan seks dengan perasaan karena nggak sejalan.
Kalo niat lu cuma pengen napsu, tinggal seks. Kelar. Tapi kalo lu pacaran, sama-sama sayang, berlanjut seks, ya udah. Kelar juga. Nggak ada yang perlu diributin karena sama-sama butuh dan sama-sama mau.
Nggak juga soal untung rugi yang sering dibilang sama pihak cewek, yang katanya mereka dirugikan kalo udah ditidurin. Anjir, waktu lu enak, inget ruginya, gak? Bikin cewek enak, cowok juga pake usaha. Cewek bisa keluar, itu juga jarang terjadi. Sebelum main, pasti nggak ada paksaan, melainkan kerelaan.
When woman in a needy passion, they thought it was love to ask for sex.
What about man? Sorry to say, Lads. We need sex, we want sex, and just sex in our mind. Never thought about love, commitment, or whatever you named it.
"I got it, Bang. Grace setuju soal having sex atas dasar sama-sama mau. Nggak usah terbeban sama Grace karena kita udah tidur bareng kayak gini," ucap Grace yang bikin senyum gue mengembang.
"Umumnya, kita akan jalan masing-masing after sex. Tapi lu adalah pengecualian. Gue akan coba terima lu, mungkin nggak bisa disebut pacaran. Jalan bareng aja gimana? Nggak ada ikatan dan lu bebas sama siapa aja," ujar gue lugas.
Grace tertegun, bisa dibilang nggak percaya. "Serius, Bang?"
"Kenapa? Lu nggak percaya?"
"Grace bisa diperhatiin sama Bang Jo aja udah seneng, apalagi bisa jalan bareng," jawab Grace sumringah. "Tenang aja, Bang. Grace nggak bakalan posesif, juga nggak bakalan kecentilan sama cowok lain. Grace itu setia banget. Grace bisa gini juga cuma sama Bang Jo aja. Yang lain nggak pernah," ucap Grace sungguh-sungguh.
Gue cuma senyum aja dan membelai kepala Grace. "Oke, gue paham. Tapi, nggak usah lebay juga. Gue tahu lu suka, tapi jaim dikit. Jangan terlalu agresif, juga jangan terlalu nunjukkin. Tiap cewek kudu punya pride, biar kesannya nggak gampangan."
"Jadi, Bang Jo nggak benci sama Grace?" tanya Grace.
"Gue nggak pernah benci sama lu. Gue cuma nggak suka cara lu buat deketin orang. Lu itu cewek, bukan bagian lu untuk ngejer-ngejer cowok."
"Grace bukan ngejer, Bang. Tapi usaha buat dapetin perhatian Bang Jo. Semakin susah, Grace makin semangat," ucap Grace senang.
"Kayaknya ada yang nggak beres di otak lu," celetuk gue sambil menggeleng.
"Kalo Bang Jo anggapnya gitu, Grace minta maaf. Bagi Grace, deketin Bang Jo dengan usaha yang Grace lakuin selama ini adalah cara Grace untuk senengin diri sendiri. Sebelum ada Bang Jo di hati ini, Grace itu cuma lewatin hari demi hari kayak robot. Tapi sama Bang Jo, tiap bangun pagi, ada aja ide buat bikin Bang Jo sewot."
Dan itu adalah pertama kalinya gue denger hal yang kayak gitu. Hal yang konyol tapi juga manis. Nggak menyangka kalo hidup gue yang udah berantakan ini, bisa bawa kesenangan buat orang lain.
Padahal, gue masih berusaha untuk mencari tahu tentang arti dari kesenangan hidup gue sendiri.
◾◾◾
Friday, June 26th, 2020.
10.53.
Dedicated to the most vhangke fakboi, Mondaymadne55
Eat that, dick!
Si Bae qlo bobo, suka maunya jauh-jauh kyk gitu. Tapi ttep aq yang bakal tarik balik.
Morning, Bae 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top