˖𔓕 𝟎𝟑. ›
𝆹𝅥
.
Keesokan paginya, setelah tak habis-habisnya satu asrama membicarakan rumor tentang seorang gadis yang jatuh dari ketinggian, Finn, Mash, dan Lance akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan [Name] langsung. Walau Lance sempat menolak mentah-mentah ajakan dari temannya itu, ujung-ujungnya Lance terpaksa ikut.
"Terluka parah, katanya. Tch, palingan pura-pura." batin Lance sok tau.
Dan disinilah Finn dengan kedua teman absurd (?) nya, berdiri di sebuah pintu besar dan menarik napas dalam-dalam. Karena dibalik pintu ini, ada seoang gadis yang tengah di rawat di dalamnya.
Tak menunggu lama, Finn memutar kenop pintu, kemudian membukanya perlahan. Oh, mereka dapat melihatnya. Mereka dapat melihat.. seorang gadis yang sedang bersandar di tempat tidurnya. Kedua jendela dibuka, dan dia membiarkan rambut panjangnya diterpa angin pagi.
Finn meneguk ludah, dia menegakkan kepala nya kemudian melangkah masuk ke dalam, diikuti dengan Mash.
"O-ohayou gozaimasu, [Name]." Finn duluan menyapa, lalu duduk di salah satu kursi yang ada disana.
"Aku bawa cream puff." Mash memperlihatkan satu nampan kue sus pada [Name], kemudian meletakkan nya di meja samping tempat tidur.
Oh, tunggu. Dimana Lance? Finn menoleh kanan kiri. Kemudian menemukan Lance yang masih berdiri di ambang pintu. Finn langsung menganga. "NGAPAIN DIA MASIH BERDIRI DISANA?!"
"La-Lance-kun, kemarilah!" seru Finn, melambaikan tangannya.
Lance tak bergeming. Dia masih diam mematung di tempat, sambil menatap [Name] lamat-lamat. Leher dan kaki yang diperban, kelopak mata yang bengkak, dan kemudian.. bibir pucatnya yang ia paksa untuk tersenyum, apa [Name]... benar-benar terluka?
Tak!
Sebuah buku melayang tepat mengenai Lance. Itu ulah Mash.
"Jangan hanya berdiri disana dan sapa [Name]." ucap Mash.
Sadar dari lamunannya, Lance berdecih dan memutar bola matanya. Dia berjalan gontai dan duduk di salah satu kursi di sebelah Mash, kemudian membuang muka nya kembali. Seakan tak ingin menatap wajah [Name].
"Sapa [Name], Lance-kun." bisik Finn.
Lagi, Lance berdecih. "Pagi." ucapnya.
Finn menghela napas berat. "Maafkan dia, [Name]."
[Name] menganggukkan kepala, membentuk senyuman di wajah. "Tak apa, dia memang tsundere." katanya.
Finn terkekeh, sedangkan Lance mengerutkan dahinya sambil melipat kedua tangan di dada.
"Asal kau tau saja, hanya Anna yang boleh bilang itu padaku." tegas Lance garang, menatap [Name] tak suka.
"Memang ada aturannya?" tanya [Name].
Lance mencebik, menggertakkan giginya kesal. Sedang sakit pun, gadis gila ini masih mau beradu argumen dengannya? Yang benar saja. Tipe-tipe begini nih, yang paling Lance tak suka.
"Yah, aku sempat deg-deg an ketika ditatap lama oleh mu. Kata orang, ditatap lama bisa menyalurkan energi sihir dari orang yang menatap." [Name] menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi kurasa aku hanya akan jadi brocon kalau ditatap lama olehmu."
"Pfft—" sial, Finn hampir tertawa lepas.
Sedangkan Mash hanya diam sambil memakan cream puff kesayangannya. Lagipula, dia mana ngerti dengan pembicaraan dewasa (?) antara Lance dan [Name].
Lance mengepalkan tangannya kuat. Dia memandangi [Name] dengan kesal. "Kau mengejekku?"
"Kau merasa?"
Lagi-lagi, Lance membuang mukanya. Dan [Name] tersenyum puas.
"Ngomong-ngomong, apa semalam tidurmu nyenyak, [Name]?" tanya Finn, melihat betapa merah dan bengkaknya mata gadis itu, dia jadi ragu kalau temannya tak bisa tidur.
[Name] menghela napas kasar, lalu menggeleng. "Leherku sakit, aku bahkan tak bisa berbaring dengan nyaman." ungkapnya.
Finn mengangguk tanda mengerti. "Semoga kau cepat sembuh. Kami semua khawatir." ucapnya.
"Kau akan baik-baik saja." ucap Mash. "Aku pernah cedera di kepala tapi setelah makan cream puff, aku langsung sembuh."
"CEDERA YANG DIALAMI MANUSIA NORMAL SAMA CEDERA YANG KAU ALAMI ITU BERBEDA, OI!"
Finn menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kau tau mantra untuk mematahkan sihir terentu, kan?" tanya nya pada [Name].
[Name] mengangguk. "Aru yo."
"E-eh? Lalu kenapa tak memakainya? Kudengar kau terkena sihir dan ketika sihirnya mulai habis, saat itu kau langsung terjatuh." Finn meneguk ludah. "Jadi.. kenapa tak dipatahkan sendiri?"
"Andai aku bisa melakukannya." [Name] membuka telapak tangannya, kemudian menggenggam jemarinya kembali. "Aku bahkan tak mampu mengucapkan sepatah kata karena terlalu takut." lanjutnya.
[Name] mengangkat kepalanya melihat Finn. "Aku terkena acrophobia." ucapnya, kemudian menoleh menatap Lance lekat-lekat.
DEG!
Oh.. itu masuk akal. Masuk akal sekali ketika Lance yang saat itu berteriak keras, namun tak mendapat respon dari [Name] sama sekali. Karena itulah dia pergi dengan perasaan puas. Tapi.. ada apa dengan perasaannya kali ini? Jantungnya seperti dihujam dengan sesuatu yang tajam, membuat seluruh badannya berdesir.
Lance bergemeretak hebat kala menahan gejolak yang timbul di hatinya. Pemuda itu berdiri, kepalanya tertunduk. Tanpa sepatah kata, dia bergegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Finn dan Mash yang masih berdiam diri disana.
"Lance-kun! Kau mau kemana?!" Finn berusaha mencegah, namun Lance yang sudah hilang dari ambang pintu membuat niatnya terurung.
Lance melangkahkan kakinya cepat-cepat, sambil menahan jantungnya yang masih berdetak hebat. Sungguh, dia benci ini. Perasaan bersalah dan menyesal ini begitu mengusik. Padahal dia sudah jauh dari ruangan itu, tapi perasaan kalut ini tak berhenti untuk menghantuinya kemanapun ia pergi.
"Sial, aku tak suka perasaan ini. Menjijikkan."
𝆹𝅥
Yakin Lance bersalah doang? Ga yakin si wkekeke
Mau nambuh ga? Komen, nnti chii up mumpung hari ini senggang kiw (。•̀ᴗ-)✧
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top