˖𔓕 𝟎𝟕. ›
𝆹𝅥
.
Lance berjalan gontai menuju ke kelas. Seperti biasa, wajah tampannya terlihat begitu dingin. Beberapa murid yang berlalu lalang pun ikut meliriknya dengan malu-malu. Ada yang memuji wajahnya, ada pula yang mengatakan bahwa dia terlalu cuek dan tak punya hati.
Tapi, nyatanya...
"Hai, siscon tampan." sapa [Name] setelah melihat Lance yang baru saja memasuki kelas. Gadis bersurai perak itu menunjukkan senyum termanisnya, sambil menopang dagu di atas meja.
Deg!
...jantung Lance langsung bergemuruh hebat. Segera dia menyembunyikan mukanya dengan kesal. Satu tangannya terangkat untuk menutup wajah. Kemudian mempercepat langkah ke kursi miliknya-meski sempat tersandung di meja murid lain karena tak bisa melihat dengan jelas.
Nah, sekarang dimana pria tampan yang katanya 'dingin' dan 'tak punya hati' itu?
[Name] mengetuk-ngetuk meja nya dengan jari telunjuk. Senyum manisnya tak kunjung hilang dari bibirnya ketika memandangi Lance lekat-lekat. "Jubahmu kotor." katanya kemudian.
"...Ya."
"Tau tidak kenapa bisa kotor?"
"...Ya."
"Kau tersandung."
"..."
"Kenapa kau tersandung? Apa karena ku?"
Lance mendecakkan lidah, mengusap wajahnya dengan gusar. Tuhan, kenapa dia selalu di permainkan seperti ini? Kenapa juga dia harus salah tingkah dan tersandung hanya karena malu di panggil tampan oleh gadis gila itu?
"Diam kau." kata pria itu kemudian. Kedua tangannya masih menempel di wajah.
[Name] menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah lucu Lance. "Dasar tsundere."
Tak menunggu lama, seorang guru datang memasuki kelas. Setelah basa-basi menyapa seluruh murid di ruangan, guru paruh baya itu langsung memulai pelajarannya.
30 menit berlalu.
Dan selama itu pula, Lance memperhatikan [Name] secara diam-diam. Pasalnya, gadis bersurai perak itu sama sekali tak bersuara seperti biasanya. Padahal, harusnya mereka dihukum saat ini karena [Name] selalu memulai pertengkaran.
Tunggu.
Kenapa dia malah menantikan momen itu?
"Sialan." Lance meremas pulpen yang dia pegang. Dia merasa aneh dengan dirinya sendiri. "Aku siscon, aku siscon. Aku hanya mencintai Anna." batinnya.
Pukul 12.00
Bel istirahat makan siang berbunyi. Seorang guru paruh baya itu mengakhiri pelajarannya. Dia mengucap beberapa patah kata, kemudian langsung keluar dari kelas. Diikuti dengan murid-murid.
[Name] menutup buku-buku nya yang berserakan di meja. Memasukkannya ke dalam laci dengan teliti. Gadis itu menghela napas, "Tolong jangan menatapku terus, aku tak mau jadi brocon karena tertular darimu." ucap [Name] ketika sadar bahwa Lance sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.
Alih-alih malu karena tertangkap basah, Lance lebih tak peduli karena dia amat penasaran dengan perubahan sikap [Name]. "Kenapa denganmu?" tanya nya.
[Name] menoleh, tersenyum simpul, lalu menarik alis matanya. "Kenapa apa?"
"Aku merasa aneh melihatmu."
"Kau mulai menyukaiku?"
"TIDAK!"
[Name] melepas tawanya dengan renyah, membuat kedua pipinya terlihat lebih chubby dari biasanya. Dia terlihat.. imut. Lance sampai tak sanggup berkedip melihat betapa manisnya gadis itu ketika tertawa.
Ataukah dia baru sadar sekarang?
"Lain kali saja, ya. Aku tak bisa membuang waktuku untuk menyinari tanaman atau membersihkan kandang." [Name] kembali tersenyum. "Aku punya janji dengan seseorang."
Deg
Lance mematung mendengar kalimat terakhir dari [Name]. Janji, katanya? Janji apa? Dengan siapa? Oh, dia ingin tau. Apakah sepenting itu? Sepenting itukah... sampai-sampai gadis itu harus mengabaikannya?
Lance terlarut dalam pikiran buruknya.
"Ja, aku pergi sekarang. Dah, siscon." usai mengucapkan itu, [Name] langsung melangkah ke pintu kelas. Meninggalkan Lance yang berdiam diri di tempat.
Ketika sampai di pintu, [Name] berpapasan dengan Dot, Finn, dan Mash. Gadis itu melebarkan senyumannya, dia mengangkat tangan tinggi-tinggi, lalu tos-tos an dengan ketiga temannya itu. Barulah dia benar-benar pergi.
Dot berdecak kagum, menatap kepergian [Name] dengan hati yang berbunga-bunga. "Energik sekali. Tipe-tipe pacar mc sepertiku." ucapnya.
BRAKK!
Suara benturan yang cukup keras itu berasal dari kursi paling belakang. Hal itu cukup membuat Finn, Mash, dan Dot terkejut di tempat. Mereka bertiga menoleh, dan mendapati..
..Lance yang tengah menghancurkan setengah dari jumlah kursi yang ada di dalam kelas, termasuk kursi dan meja nya sendiri.
Finn bergidik ngeri. "Lance-kun, kenapa...?"
Mash mengunyah cream puff nya, lalu menjawab. "Overthinking."
Yep. Bisa dibilang, itu benar adanya. Lance sendiri benci mengakuinya, tapi dia benar-benar murka. Dan mungkin.. dia sudah mulai sembuh dari penyakitnya yang bernama 'siscon'.
𝆹𝅥
WKWKWKW NGAMOK NGAMOK!
Btw sorry ya lama apdet, aseli tugas chii numpuk :(
But, sabtu minggu libur, jadi book yg ini bakal chii spam hehe, tunggu ya cintwaaa 😽😽💘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top