Potret Keluarga

Happy reading friend
Vote and coment yaww
Luv u🤍
-
-

Tak ada yang yang Chia harapkan dari hidupnya ini. Takdir memang sekejam itu untuk dirinya.  Duduk dengan tatapan kosong adalah hal yang sering dia lakukan seperti saat ini.

Di dalam perpustakaan yang besar dan bertingkat terdapat banyak rak buku yang berjajar rapi di sana dan tentulah rak tersebut berisi dengan ratusan hingga ribuan buku dari berbagai judul dan juga penulis

Puluhan kursi dan meja juga tersedia di dalamnya sehingga sangat nyaman untuk sekedar membaca atau belajar, banyak mahasiswa yang berkunjung di sana karena tidak heran tempatnya memang nyaman bersih dan sejuk karena hawa dari AC . Suasana hening yang sangat terasa di ruangan yang begitu besar. Sesekali hanya terdengar derap langkah orang yang sedang mencari buku atau suara keyboard laptop yang saling bersahut-sahutan antar pengunjung.

Selama di sini tidak ada seorangpun yang mengeluarkan suaranya semuanya sibuk dengan aktivitas masing-masing hingga suasana yang tercipta pun sangat tenang dan damai.

Jadi di sinilah Chia berada sekarang, setelah kejadian kemaren dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan mencoba melakukan aktivitas seperti membaca buku.

Tapi fokus Chia hanya sebentar, selebihnya dia cuma duduk diam melihat ke arah buku namun pikirannya entah kemana.

Sesekali dia memijit pelipisnya, karena terlalu banyak pikiran mungkin, atau bisa jadi efek dari tidak tidur semalaman, hingga membuat kepala nya sedikit pusing.

Kadang manusia itu terlalu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi dalam kehidupannya, bukan orang lain yang membunuh jiwa nya tapi pikiran nya sendiri.

Oleh sebab itu pentingnya bercerita. Sesekali mulai lah curhat dengan orang-orang yang kita percayai, karena masalah yang terus di pendam lama-lama bisa menjadi bumerang untuk kita sendiri. Contoh kecil nya saja depresi atau bisa ke tahap gangguan jiwa.

Terus menerus berlarut dalam kesedihan juga tidak ada gunanya, hidup ini terus berjalan tidak sepatutnya kita hanya diam di tempat yang sama.

Setelah beberapa jam duduk diam di perpustakaan ini Chia akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Dia mengeluarkan ponsel  dari dalam tas lalu membuka aplikasi hijau lalu dia pun memesan Gojek

Setelah menunggu sekitar 10 menit Abang Gojek itu pun datang untuk menjemput Chia.

"Seusai titik ya mba?" Tanya Abang Gojek itu

"Iyaa bang" jawab Chia lalu meraih helm yang di berikan Abang Gojek itu dan setelah Chia naik ke atas motor Abang itu mulai melajui kendaraan nya di tengah-tengah jalanan kota jakarta yang tidak pernah sepi oleh kendaraan yang terus berlalu-lalang.

Setelah sampai tujuan Chia memberikan helm lalu membayar tarif Gojek nya "nih bang, kembaliannya ambil aja" ujarnya

"Kalo gitu Makasih ya mba" jawab Abang Gojek itu dengan senyum ramahnya.

"Sama-sama bang"

Setelah itu Chia bergegas masuk kedalam rumah. Hingga derap langkahnya terhenti karena melihat orang tua nya duduk bersantai di ruang keluarga. Chia ingin sekali bergabung bersama mereka, duduk dan mengobrol, menceritakan hari-hari nya seperti yang sering di lakukan oleh anak-anak lain di luar sana.

Tapi itu semua hanya ada di hayalan Chia saja,kapan emang orang tua nya mau mendengar cerita nya atau sekedar duduk menonton TV bersama di ruang yang sama.

Huhh buru-buru, Bahkan mereka saja tidak Sudi kalo makan di meja yang sama dengan Chia.

Entah lah dia juga tidak mengerti dengan sikap orang tua nya terhadap dirinya, sejak kecil sudah dianak tiri kan, apa memang anak tiri yah, atau anak pungut. Tapi kan Verra pernah bilang kalo wajah Chia itu campuran mama dan papa nya.

Sejauh ini Verra memang tidak pernah bertemu langsung dengan orang tua Chia, Karena di saat Verra datang ke rumah, orang tua Chia selalu tidak ada.
Verra cuma melihat dari foto keluarga yang begitu besar di pajang di rumah ini. Ralat itu cuma foto mama dan papa nya dan tidak ada dirinya di foto itu.

Verra sempat heran dan bertanya kenapa Chia tidak ada di foto keluarga, Chia pun menjawab "keharmonisan keluarga kan tidak di lihat dari foto yang di pajang" Sebuah pencitraan yang sangat mengagumkan bukan.

Chia cuma berusaha menutupi latar belakang keluarga nya. Dia tidak mau orang lain tau termasuk Verra sahabat nya sendiri. Dia tidak mau orang tua nya di cap tidak baik oleh orang lain karena dirinya.

Saat di mana Chia menatap cermin juga sering terpikirkan, apa mungkin dia bukan anak kandung dari orang tua nya tapi di pantulan cermin itu sangat jelas terlihat kalau wajah cantik yang Chia miliki itu campuran dari wajah mama dan juga papa nya.

Tanpa berpikir panjang Chia pun kembali melanjutkan langkah kaki nya menuju tangga lantai 2 tepat menuju kamarnya. Syukur lah sepertinya mood dua orang yang lagi duduk di bawah tadi sedang baik, makanya Chia bisa sampai di kamar ini dengan selamat sentosa.

Coba kalo mood nya buruk haduhh bisa-bisa besok Chia nggak bisa jalan kali.

Saat sampai di kamar tanpa ba bi bu Chia segera menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dengan posisi terlungkup, dia memejamkan mata nya sejenak tapi bayang-bayang kenangan terus berputar di otak nya.

Seperti moment di saat Chia lagi sedih, waktu itu Dion langsung inisiatif membawa Chia ke perbukitan agar chia bisa berteriak sekeras mungkin untuk menghilangkan bebannya

Atau moment di saat Chia ulang tahun, Dion memberi nya surprise satu buah canvas yang begitu besar lengkap dengan alat lukis lainnya agar Chia bisa melukis dan bebas mengekspresikan perasaannya melalui cat dan kuas.

Moment lain seperti dinner di malam hari di temeni bintang-bintang yang menyala di atas langit, dengan hembusan angin pantai dan juga riuhnya gelombang laut.

Ya Tuhan kenapa semuanya harus kandas dengan keadaan yang tidak mengenakkan seperti ini.

Padahal selama ini hanya Dion yang menjadi harapannya untuk tetap bertahan di tengah tubrukan hebat yang selalu menimpa setiap saat. Hanya Dion yang menjadi semangat nya untuk bisa tersenyum setiap hari.  Chia begitu cinta, sangat cinta karena cuma Dion lah satu-satunya tempat  berkeluh kesah selama ini. Tapi apa yang terjadi sekarang. Semuanya hancur, pertahanan Chia rasanya kian meruntuh saja.

Chia memukul - mukul kasur dengan kedua telapak tangannya yang mengepal. Dia benci, sangat benci kepada diri nya sendiri, kenapa perasaan nya yang luar biasa di balas dengan percuma.

Di hubungan ini ternyata cuma dia yang membawa perasaan sedangkan Dion tidak sama sekali.
Laki-laki memang pandai bersandiwara, seolah hati dan perasaan perempuan itu hanya mainan belaka yang sesuka hati bisa di permainkan.

Padahal ini hati dan perasaan bukan permainan yang kalo kalah bisa di mainkan kembali.

Berpura-pura sebagai lelaki setia padahal kenyataannya penuh dengan pembualan belaka.
Apakah semua  cinta memang seperti itu manis di awal pahit di akhir?

Tolong beritahu Chia kalau bukan cinta nya saja yang berakhir menyedihkan tapi masih banyak orang di luar sana yang mengalami hal yang sama.

Tak kuasa menahan air matanya Chia pun kini tengah menangis, meratapi  semua hal yang  tengah di rasakan nya. Dia benci pada diri nya sendiri karena terlalu polos percaya - percaya saja atas semua sikap dan perilaku Dion padanya, tanpa merasa curiga sedikitpun selama ini.

Air mata itu terus keluar membasahi sprei di kasur, sepertinya memang seluruh sudut ruangan ini sudah menjadi saksi bisu kesedihan Chia selama ini. 
Derai nya sering kali keluar dari pelupuk mata, raga mungkin masih utuh tapi jiwa nya kian meruntuh.
Mulutnya mungkin membisu tapi hati nya kian berpacu.

Ohh tuhan adakah sedikit ruang bahagia yang engkau sisihkan untuk Chiara semasa hidupnya ini. Kalo iya, Coba perlihatkan lah dengan segera, Chia sudah merasa capek dengan hidup nya.

-
-
-
See u next chapter
Vote and coment ya guys
Luv u all🤍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top