Dalam Kegelapan

Happy reading seng ku
Jan lupa vote dan coment ya
-
-
-

" Rell mama kesepian tau" ucap mama tiba-tiba.

Kini mereka sedang berada di ruang keluarga, sehabis makan tadi Kharell memutuskan untuk duduk di sofa untuk cek beberapa pekerjaan nya melalui iPad yang kini sedang bertengger di pangkuannya sekaligus pen yang menari-nari di layar iPad itu.

Dia juga menyalakan TV agar suasana nya tidak terlalu hening.

Terus mama tiba-tiba datang dari dapur dan bilang kalo dia kesepian.

Kharell mengalihkan pandangan menuju ke arah mama yang juga sudah duduk di sofa sebelah. Kharell mengerutkan keningnya " Bukannya mama punya banyak teman sosialita?" Tanya Kharell

"Ck itu kan beda Rell" Jawab mama mencibikkan bibirnya.

"Terus beda nya apa ma? Tanya Kharell heran

"Nggak bisa ngasih cucu "

Haduhh, ini pasti arah pembicaraan nya nggak jauh-jauh dari nyuruh Kharell cepat menikah. Kalo di familly 100 mah tebakan Kharell sudah jadi top survei kali.

"Ah mama mulai deh" decak Kharell

"Yah lagian kamu kapan sih bawa calon istri ke rumah?" Tanya mama terus menatap ke arah Kharell.

"Kapan-kapan" jawab Kharell lalu berdiri dan menghampiri mama, satu ciuman di pipi dia hadiahkan ke mama nya lalu bergegas pergi dari perempuan yang tidak bosan-bosannya menanyakan kapan kapan dan kapan.

"Heii Kharell, mama belum selesai ngomong loh" teriak mama tat kala melihat Kharell yang sudah melengus pergi dari hadapannya.

"Kharell ngantuk ma, mau tidur" jawab Kharell sambil terkekeh, saat dia berbalik melihat wajah mama nya yang begitu kesal.

"Awas ya kamu, mama teror teruss" Teriak mama lagi.

Kharell tidak menanggapi dia terus berjalan menaiki anak tangga satu-persatu menuju kamarnya.

"Kenapa sih ma, teriak-teriak begitu" tanya papa yang baru nimbrung duduk di sofa sambil membawa secangkir kopi di tangannya.

"Anak papa tuh, udah tua masih belum punya pasangan aja, kan mama jadi kesepian ngga ada teman ngobrol" dumel mama kesal.

"Eleh eleh, kesepian apa toh ma, kan ada papa yang selalu menemani mama selama ini" Jawab papa, lalu menyeruput kopi nya.

"Kan beda pa, mama pengen punya mantu, biar mama ada temennya"

"Belum sampe jodoh nya mau gimana lagi" jawab papa seadanya

"Bukan jodohnya yang belum sampai pa, tapi Kharell nya aja tuh yang malas cari pendamping" celoteh mama

Papa yang mendengar itu hanya menghela nafas nya saja, karena jika terus di bales, sampe besok juga mama nggak kekurangan kata-kata buat berdebat. Atau jika sudah kehabisan kata-kata alamat di belakangi saat tidur nanti. Oh no papa tidak mau itu terjadi, tua-tua begini papa masih bucin loh yah sama mama.

Sesampainya Kharell di dalam kamar, dia meletakkan iPad yang ada di tangannya lalu meraih ponsel dan duduk di atas kasur. Kharell mengingat sesuatu yang ada di ponselnya ini. Dia membuka galeri, lalu melihat sebuah foto.

12 digit angka dengan nama di atas nya Chiara Angelesta

Yaps, Kharell sempat memfoto nomor WhatsApp Chiara di kala ponsel itu bersamanya. Dia menimbang-nimbang beberapa kali lalu akhirnya memutuskan untuk menyimpan nomor itu di kontak ponselnya.

Sepertinya Kharell penasaran sekali dengan gadis itu, dia ingin menghubungi nya sekarang tapi sadar udah malam. Takut mengganggu waktu istirahat nya.

Yasudah lah besok aja pikir nya. Lalu dia pun memutuskan untuk tidur, dan syukurnya besok weekend jadi Kharell bisa sedikit lebih santai dari hari-hari biasanya.

Di lain tempat, tepatnya di kediaman rumah Chiara, sangat jelas terdengar suara bentakan dan teriakan di salah satu ruangan, suara benda yang di hancurkan juga sangat berisik dan memekakkan telinga yang mendengarnya.

"APA INI HAH?" Teriak papa dengan kencang di hadapan Chia sambil menunjukkan benda yang ada di tangannya.

"KAMU SUDAH BERANI MELANGGAR PERINTAH SAYA DI RUMAH INI!!" Geramnya lalu menghempaskan benda itu ke lantai, menginjak-injak nya sampai hancur dan patah-patah. Kemudian papa beralih menuju Chiara yang hanya diam menunduk dengan air mata yang sudah bersimbah ruah, dia membalikkan semua cat ke tubuh Chia dengan penuh amarah yang membabi buta.

Setelah itu dia menyeret Chia ke gudang yang gelap gulita penuh dengan barang-barang tak terpakai, banyak sarang laba-laba dan juga kotoran tikus yang berserakan di mana-mana. Dia mendorong Chia hingga masuk ke dalam gudang itu, di lanjut dengan papa yang mengambil satu bongkah kayu dan mendaratkan nya ke tangan Chia dengan brutal, tak hanya tangan tapi juga punggung nya. Bahkan kedua tangan Chia hingga berdarah akibat pukulan yang terus mengenai kedua tangannya.

Isak tangis Chia sudah tidak terbendung lagi akibat sakit yang di rasakan nya. Tubuhnya juga begitu kotor karena cat yang di tumpahkan papa tadi.

"Jangan sekali-kali kamu melakukan hal yang saya larang di rumah ini!!" Ucap papa sambil meraih dagu Chia, dia mencengkeram nya dengan sangat kuat hingga membuat seluruh wajah Chia memerah lalu menampar wajah Chia dengan sangat kuat hingga membuat sudut bibir Chia mengeluarkan darah segar.

Setelah puas, papa menghempaskan tubuh Chia yang sudah lemah itu hingga terjauh di bawah kakinya. Tidak berhenti di situ, papa menendang tubuh Chia sampai tersungkur ke bawah lalu dia pergi keluar dari gudang. Dan tidak lupa untuk mengunci pintunya.

Chia tidak sempat lari keluar karena tubuhnya sudah sangat lunglai sekali, Seluruh tubuhnya sakit. Sekuat tenaga dia memohon agar pintu nya tidak di kunci tapi apalah daya. Siapa yang mau mendengarnya di rumah ini.

Chia sangat takut, gudang ini gelap sekali bahkan sedikitpun tak ada pancaran cahaya dari luar. Mana tempatnya penuh, bau, dan yang pasti banyak hewan berkeliaran di sini.

Chia mencoba untuk berdiri dan mulai melangkah menuju pintu, namun dia berulang kali jatuh, hingga akhirnya dia berhasil berdiri di dekat pintu. Terdengar Isak tangis sangat memilukan dia kesakitan bercampur dengan rasa takut berada di tempat ini semalaman. Banyak sekali kecoa, laba-laba dan yang paling menyeramkan tikus.

Chia takut, takut bangett

Dia berusaha menggedor-gedor pintu dengan tangannya yang mulai tak berdaya berharap ada orang di luar sana membuka pintu.

"Mama, papa buka pintunya" lirih lemah Chia dengan wajah ketakutan.

"Chia takutt" suaranya kian bergetar, tubuhnya menggigil karena ketakutan, nafasnya mulai tidak beraturan, pencahayaan mata nya memburam.

Oh tidak jangan sampai Chia pingsan di sini, di berusaha agar tetap sadar, dengan terus mencoba membuka matanya walaupun penglihatannya kian memburam. Kepalanya pusing . Kedua tangan Chia menjambak rambutnya sendiri karena dia merasa kepalanya semakin berat.

"Sa.. sakitt" rintih Chia sangat memilukan dia menangis sejadi-jadinya. Kenapa sih dia terus menerus hidup seperti ini, di keluarga yang tanpa belas kasihan sedikitpun. Seandainya bisa memilih Chia lebih baik terlahir di keluarga sederhana namun bahagia, daripada hidup di keluarga kaya raya tapi fisik dan mentalnya terus menderita.

Chiara juga manusia tuhan, kenapa ujiannya terus-menerus datang secara bertubi-tubi seperti ini.

Memang siapa lagi yang peduli sama keadaan Chiara di rumah ini kecuali bibi.

Eh bibi..

Chia mencoba mengumpulkan suaranya, walaupun suara Isak tangis masih sangat terasa.

"Bibi" Panggil Chiara dengan suara tercekat nya,

Dia mencoba sekali lagi menggedor-gedor pintu gudang ini semoga bibi mendengar suaranya dari luar sana

" Bibi.."

" BIBI TOLONG CHIA" Teriaknya lalu luruh ke lantai dan terduduk lesu di sana.

Mana mungkin bibi bisa mendengar suaranya Karena ruangan ini kedap suara. Kini Chia sudah pasrah saja setelah beberapa kali berteriak minta tolong kepada bibi, namun tidak ada tanda-tanda apapun, pintu gudang ini masih berdiri kokoh dan tertutup rapat.

Chia menelan ludah saat melihat sekeliling gudang ini, ya tuhan tempat ini sudah hampir mirip seperti penjara. Sepi, gelap, dingin, kotor dan sumpek sekali.

Chia duduk sambil meringkuk, kedua tangan dia taruh di atas lutut nya, lalu mencoba menenggelamkan wajahnya di sana.

Krukk..

Kruukk..

Suara perut Chia yang mulai lapar, bahkan dia belum makan dari tadi siang. Pantes saja perutnya sudah meronta-ronta sekarang minta di isi.

Chia menghela nafasnya dengan kasar lalu mengusap- usap perutnya. Dia akan menahan lapar selama semalaman ini, temani dengan kegelapan malam dan juga udara yang kian menusuk hingga tulang-tulang tubuhnya.

See u next chapter
Vote and coment ya guys
Luv u🤍
-
-
-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top