13. Duo Cowok Ganteng Pinter (Menurutku)
Hai, halo! Selamat berakhir pekan. Aku mau curhat sedikit, bisa di-skip.
Saya merasa bersemangat sekaligus insecure dengan bab ini 😂 sebenarnya udah ditulis semenjak semalam, cuma saya benar-benar enggak puas dan baru ditulis tadi. Bantu saya temukan typo, ya.
Cara baca nama:
Elio: Eliyo.
Matthea: Matea.
Selene: Se-len.
Lynn: Ganteng. (Lin)
Selamat membaca 🐤 kalian yang menentukan apakah bab ini memuaskan atau tidak.
***
Lynn
"Disadari atau tidak, kita selalu berurusan dengan sistem informasi akuntansi dalam kehidupan sehar-hari. Kalau anak-anak pernah melakukan pencatatan terkait barang dan harga barang, maka dapat dikatakan bahwa kalian telah menyusun laporan akuntansi sederhana ...." Pak Frans memaparkan materi jam pelajaran ketiga dengan jelas, dia salah satu guru yang cara pengajarannya enak hingga mudah diterima.
Kami menyimak kelasnya dalam kondisi setengah ngantuk. Mungkin yang masih semangat pada kelas ini hanya anak-anak baris terdepan yang nilai ulangannya selalu meleset setengah angka dari sempurna. Aku menghapus jejak garis yang terlalu panjang dalam arsir wajah Pak Frans. Ini caraku untuk bertahan di kelas tanpa tertidur, bolak-balik ke WC yang berujung nyasar ke kantin, atau mengganggu kenyamanan murid lain. Menggambar.
"Lysander, apa kamu bisa membantu?"
Emang enggak bisa tenang duduk di belakang, tuh.
Aku mendongak, menatap Pak Frans dengan raut bertanya-tanya. "Iya, Pak?"
"Tadi, Amelia sudah menjelaskan soal perkembangan akuntansi pada zaman pertengahan Eropa. Kamu mau menambahkan?"
Ah, iya. Aku mendengarnya menyebut nama Luca Pacioli tadi, seorang pakar matematika dari Italia yang pertama kali melakukan praktik sistem tata buku berpasangan. Aku manggut-manggut. "Bisa, Pak."
"Kalau begitu silakan."
Aku tidak berdiri sehingga yang lainnya bisa menatapku seperti menonton pertunjukan hewan--Maksudku, seperti Amelia. "Sebelumnya, saya enggak akan melanjutkan penjelasan Amelia. Menurut saya sudah lengkap, saya akan membahas ... yang lainnya."
Pak Frans merentangkan tangan. "Sisa jam pelajaran hari ini milikmu, Lynn."
Kulihat Amelia dan anggota-geng-bangku-depan berbalik, menatapku dengan pandangan yang tidak kusuka. Kenapa ya, anak-anak pintar suka merasa superior dan tanpa sadar berlaku menindas. Kadang-kadang tidak perlu kalimat untuk merendahkan seseorang, cukup dengan tatapan seperti yang ditunjukkan Amelia dan kawan-kawannya itu udah bikin ciut nyali mereka yang mau menjawab.
Enggak berlaku buatku, sih. Kamu mau apa liat-liat sini, hah?
"Akuntansi digunakan sejak sebelum masehi," aku menegakkan tubuh, supaya lebih nyaman berbicara sambil menatap lurus Pak Frans. Kalau sudah begini, aku suka membayangkan bahwa hanya ada aku dan Pak Frans. Jawabanku juga pasti benar, kok.
"Manuskrip yang ditemukan di gua masa pra-aksara menunjukkan, masyarakan masa itu sudah mengenal hitungan dalam bentuk sederhana. Perkembangan akuntasi dapat ditelusuri sekitar 3.000 tahun sebelum masehi." Aku sudah akan memberi kode pada Pak Frans bahwa tambahan dariku usai. Enggak perlu lebih mencolok lagi dari ini. Aku bukan pencari perhatian yang haus tatapan memuja.
Amelia nyerocos kayak kereta sebelum Pak Frans sempat bicara. "Maaf, Pak. Izin menyela."
Diem, woy! Ashdkfjslajaansb.
Aku berusaha tetap bertampang kalem.
"Lynn kayaknya tadi belum nyebutin bukti konkrit mengenai penjelasannya. Katanya dapat ditelusuri, kalau begitu harusnya ada buktinya, 'kan, Pak?"
Pak Frans mengangguk. Dia menatapku dengan sorot jahil, tahu bahwa aku kesal dan tidak suka lama-lama diperhatikan seperti ini. "Kalau Lysander bersedia menjelaskan." Alis kanannya terangkat. "Saya rasa masih ada yang ingin disampaikan, cuma kasihan sama temen-temen kalian yang udah muka bantal."
Kami tergelak. Aku ikut tertawa kecil. Baiklah, kalau beliau yang meminta.
"Sejarah mencatat pada pembuatan piramida dan sphinx sekira tahun 2.650 sebelum masehi, telah dilakukan pencatatan akuntasi. Pada tahun 4.000 sebelum masehi di Babilonia terdapat catatan akuntansi yang tertulis di tembok. Catatan akuntansi dalam bentu-bentuk sederhana juga ditemukan pada sisa-sisa peninggalan peradaban Yunani dan Roma Kuno. Pada masa itu, akuntansi belum dikenal sebagai ilmu." Seluruh kelas hening. Amelia dan geng-nya cengo dengan wajah konyol. Kenapa? Kaget melihat anak yang kerjaannya cuma berkutat sama buku sketsa bisa ngasih pemaparan begini?
Pak Frans mengambil alih sejenak. "Mengenai sejarah lahirnya praktik akuntansi, riwayatnya bisa dilacak sejak masa Mesir Kuno pada tahun 2.300 sebelum masehi. Seperti kata Lysander. Saat itu, dikenal dua teknik akuntansi yang digunakan sekaligus."
Wow.
Aku sudah akan menjawab apa dua teknik tersebut kalau Pak Frans persilakan. Namun, jam beliau mengajar sudah habis dan kelas ditutup dengan tugas untuk menggali lebih lanjut mengenai Perkembangan Akuntansi di negara kami.
Amelia terlihat mendengkus sebal ketika berbalik dan memasukkan bukunya ke dalam tas. Teman-teman di kanan-kiri ketiaknya mulai berisik. Aku ketawa dalam hati. Mungkin orang-orang di sekitarmu ada yang sedang menyembunyikan kepintaran hakiki, tahu.
Aku bersandar diiringi embusan napas lega. Menatap sisa gambaran yang hampir jadi.
"Tadi itu keren." Elio menjulurkan kepala tangan dan kami ber-tos tinju sambil cekikikan.
"Makasih," balasku sekenannya. Bicara soal keren, anak baru ini juga enggak kalah kece.
Banyak yang tidak tahu. Namun, saat dia perkenalan pagi tadi, aku langsung mengenali namanya sebagai penulis yang bukunya mejeng cantik di perpustakaan sekolah rak fiksi. Bukan hanya satu, tiga. Dua novel dengan satu antologi cerpen. Aku sudah baca tiga-tiganya. Lalu saat istirahat, aku iseng menulis nama Elio di kolom pencarian internet dan mendapati artikel terbaru unggahan sebulan lalu yang menjelaskan bahwa Elio keluar sebagai pemenang tunggal dalam Sayembara Kesenian Nasional.
Wow.
Dalam artikel itu dijelaskan bahwa dia pemenang tunggal pertama dalam 20 tahun sejak SKN diadakan. Sayembara yang diadakan tiga tahun sekali untuk merangsang kreativitas masyarakat dan menemukan novel-novel berkualitas dari penulis-penulis ternama maupun pemula, tanpa batasan usia. Penjelasannya panjang, tetapi pas aku baca cepat. Alasan kemenangannya karena Dewan Juri merasa sulit mencari juara kedua dan ketiga akibat perbedaan kualitas isi ceritanya. Karya Elio melampaui ekspektasi-ekspektasi kelayakan untuk menjadi juara.
Wow.
Pantas aja aura dia terasa beda. Dia terkesan sulit digapai, jauh, dan ekslusif. Mungkin karena gemerlap prestasi yang melabeli namanya. Walau belum terkenal karena bukan penulis aktif yang merilis karya-karya fenomenal dalam rentang waktu tertentu. Elio jelas punya penggemar, aku tidak termasuk. Bukunya keren, cuma itu.
Duduk di dekatnya membuatku merasa kentang. Aku tidak suka bersikap insecure. Semua orang punya kelebihan dan nilai jual masing-masing. Cuma enggak tahu, ya. Walau tidak dikehendaki, perasaan bahwa Elio memang tidak bisa disamaratakan dengan seluruh siswa satu sekolah benar-benar kental dan kenyataan bahwa orang sekeren dia tidak haus popularitas dengan memperkenalkan diri sebagai pencetak sejarah dalam lomba nasional, membuatku salut.
Aku dan Elio. Kami punya hobi yang berbeda, kepribadian yang berbeda, selera musik yang juga berbeda. Kesamaan kami, kami sama-sama lahir di sini. Aku dengan senang hati menceritakan banyak hal mengenai Desa Hespia padanya. Obrolan kami berujung pada legenda mengenai siren. Aku menjelaskan padanya, pengetahuanku sebagai warga lokal yang juga lama tinggal di sini.
Dan, jika boleh jujur. Obrolan ini tidak terlalu mengenakkan. Rasanya ada cecap pahit dalam lidahku ketika bercerita.
Halo, bagaimana pendapatnya terhadap Lynn dan Elio? Untuk bab ini, aku merasa penting banget untuk tahu. Jadi kalau kalian enggak keberatan, minta komentarnya, ya. (•‿•)
Terima kasih sudah membaca. Untuk bab depan, aku belum tahu akan membawakan dalam sudut pandang siapa 🐥 terjadi perubahan cerita semenjak kehadiran Selene dan cerita udah enggak sesuai outline, sejak Elio dan Matthea ketemu Fee.
Jadi hari ini, aku merombak outline. Supaya ceritanya lebih terarah. Semua pertanyaan, simpan dulu. Akan terbuka pelan-pelan. Ikuti terus kisahnya, ya. Jangan lupa memberi vote (/^▽^)/
Terima kasih sudah membaca.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top