F76^F80√76 : Sniping Skill

Setelah membentuk Team D aku langsung melaporkan hal ini kepada ketua Uzala berharap diizinkan ikut ke Assault Front walau hanya bertiga saja. Tetapi..

"Tidak bisa.."

"Sudah kuduga.." ekspresi masamku mungkin terlihat.

"Kau harus membuat level anggota mu yang satunya lebih mencapai level 90-an maka baru aku izinkan.."

"Untuk kali ini saya setuju dengan Uzala-san. Shin-san, kau tahu sendiri kita mempertaruhkan hidup dan mati seseorang maupun diri sendiri.." tambah Wakil Komandan Asuna.

"Kembali lagi setelah seluruh anggotamu berada di level 90.."

"Baik.."


















"Itu alasan mengapa aku harus membantumu mencapai level 90.." ucapku ke Sinon.

"Itulah kenapa kita pergi ke Lantai 80 yang sama dengan yang lain. Bukan begitu, senpai.?"

"Apa kita akan baik-baik saja? Level ku belum siap, kupikir.." cemas Sinon sedikit.

"Aku dan Pester yang bertugas untuk mendapatkan mark target, tugasmu adalah menyerang setelah salah satu dari kami berdua maju sehingga target monster cuma akan berfokus ke orang yang menyerangnya pertama kali.."

Tambahkan Pester. "Melawan Monster yang lebih tinggi level nya adalah cara termudah untuk leveling lebih cepat. Dulu Kuradeel-san membawaku ke lantai yang lebih tinggi dari levelku tapi aku berhasil selamat. Jujur waktu itu aku pikir Kuradeel-san hanya ingin membuatku mandiri ternyata dia diam-diam membiarkanku mati.."

"Hoi. Kenapa kau tiba-tiba menceritakan sesuatu yang seperti itu? Baca situasi.." aku ingin sekali menegur Pester tapi aku biarkan karena Sinon nampak tak terlalu mendengarkan nya juga.

#HollowFragment#

Kami leveling di lantai 80 dalam waktu lama. Membunuh Red Slime sampai Treefolk. Hingga tak terasa Lantai 80 telah diselesaikan oleh Assault Front. Sekali lagi aku tidak mendapatkan bagian dalam penyelesaian lantai.

Aku dengar Bos Lantai satu ini sangatlah susah bernama <The Death Scyther>.

"Baiklah. Cukup sampai segitu saja. Kita berhenti.." seruku.

"Shin, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan.." mendekat Sinon.

"Senpai, aku duluan ya.." pamit Pester. Sepertinya dia ingin mendengarkan anggota Team C yang melawan Bos Lantai.

Aku mengizinkannya kembali sehingga hanya tersisa kami berdua saja. Kami berdiskusi soal skill melempar yang baru-baru ini dipelajari oleh Sinon.

"Hmm? Perasaan ku saja atau aku baru melihat kedua nya.." tunjukku ke skill <Precise Movement> dan <Aiming Assistance>

"Umm. Ya? Ada masalah?"

Aku diam berpikir. Aku tidak tahu bagaimana menjawabnya karena skill itu bukanlah termasuk ke dalam keahlianku.

"!?" dan yang membuatku lebih bingung serta terkejut adalah di list skill Sinon terdapat nama skill sniping atau menembak.

"Skill ini.." tunjukku. "Aku tidak pernah melihat atau mendengarnya,"

"Eh.." Sinon ikut melihat juga, padahal itu adalah layer menu sendiri. "Kemarin tidak ada. Bagaimana bisa?"

"Heh? Kalau Sinon tidak tahu juga itu berarti ini baru. Bila diingat-ingat lagi aku tadi melihatnya menggunakan skill melempar beberapa kali untuk menarik perhatian monster. Apa karena itu?"

"Sniping..itu berarti menembak menggunakan senjata api." Sinon

"Aku juga berpikir seperti itu tapi ini game bertema fantasi jadi tidak ada hal yang seperti senjata api.
Hmmmm?"

Setelah itu kami berdua memikirkan seperti apa jalannya sniping skill Sinon. Pertama melempar pisau tapi tidak terjadi apa-apa. Sinon mencoba banyak hal tapi hasilnya tetap sama, alhasil kami kembali ke town.

"Kita mau kemana?" tanyanya.

"Toko Antik. Disana mungkin bisa menjawab sesuatu yang kita cari.."

"Sniping skill?"

"Aku pikir cuma kau yang memiliki skill seperti itu. Kau tahu 'terdengar unik', gitu.."

"Mungkin saja kita akan menemukan senjata yang cocok untuk skill mu itu. Tidak ada salahnya mencari.."

"Kau ada benarnya juga.." senyum Sinon.

Kami berjalan di dalam town Lantai 76. Aku pernah mendengar ada toko antik di sekitar ini. Awalnya Sinon nampak tak percaya karena tempatnya yang begitu sepi, yah namanya juga antik. Aku juga pertama kali mencari tempat seperti itu juga was-was.

Akhirnya kami menemukan toko yang dibicarakan anggota guildku, ada tanda npc shop di depannya.

"Selamat datang.." sambut kakek-kakek dengan jubah cokelat yang menutupi matanya.

Sinon berdiri terlalu dekat disampingku. Aku tidak menyalahkannya karena game ini sangat nyata. Kami berkeliling di sekitar mading mencari item yang berhubungan dengan skill Sinon. Banyaknya benda disana membuat pencarian sedikit agak lama.

"! Ini bukannya..?"

Aku mendekat ke Sinon karena melihat hal yang sama.

"Itu busur. Beberapa hari yang lalu aku mendapatkannya dari seseorang.." beritahu kakek penjual NPC.

"Kebetulan macam apa itu?" keringatku tak percaya.

"Bolehkah?"

Kakek penjual NPC mengangguk.

Sinon mengambil busur itu lalu membuat pose menarik anak panah. Jika dia bisa menggunakan busur itu kurasa pemilihan baju dan perlengkapan Sinon adalah keputusan yang tepat.

Rompi tank top seperut yang dilapisi baju kulit coat berwarna hijau, pelindung dada di sebelah kiri dan penjaga leher dengan efek mengurangi critical hit bila terkena bagian atas.

"Bagaimana rasanya?"

"Kupikir..bisa aku gunakan ini."

"Baguslah. Kakek kami beli busur nya.." pada saat aku siap membayar harganya lumayan besar padahal item ini berbaris di bagian 'tak terpakai atau tak berguna'.

"Apa kemahalan?"

"B-bukan masalah. Demi Team D apalagi aku masih punya tabungan di guild.."

"Kau juga mengatakan itu ketika pertama kali memberiku.." tatap datar Sinon.

"H-haha.."

Keputusan terakhir... Aku membelinya.

"Nanti aku bayar sedikit demi sedikit.." kata Sinon.

"Tidak apa. Kau bisa membayarnya dengan sniping skill itu. Buatlah menjadi hal yang berguna untuk semuanya.."

"Bagaimana dengan aku mentraktir mu makan? Anggap saja seperti aku membayar hutang busur ini.."

"Sudah kubilang tak apa.."

Sinon mendadak menarik jubahku.

"Aku memaksa atau kau memang tidak ingin ditraktir olehku?"

"Baiklah aku terima karena kau 'memaksa'.." Sinon tersenyum pendek.

Dia membawaku ke suatu tempat makan yang tidak pernah aku kunjungi sebelumnya.

"Tempat yang mewah. Sepertinya kau memiliki banyak waktu untuk menjelajahi town.."

"Bukan salahku karena levelku masih rendah.."

"Gomen.." aku meminta maaf langsung karena mendengar Sinon seperti menahan marahnya.

Kami mengambil tempat duduk.

"Aku sedikit mengerti kenapa banyak orang ingin memainkan game ini. Ada berbagai macam lokasi yang tak ada di dunia nyata.."

"Ya. Game ini lumayan bagus sebelum berubah ke sisi yang gelap.." kekeh ku sedikit sarkas.

"Ditambah tempat ini membuatku agak tenang.."

"Entahlah. Aku merasa tidak cocok ke tempat mewah seperti ini dengan armor dan cloak ini.."

Sinon mengambil buku menu yang ada di atas meja.

"Pesanlah. Aku janji yang bayar. Apple tart disini lumayan enak loh.."

"Apa semakin tinggi lantainya semakin bagus makanannya? Aku belum pernah melihat menu yang seperti ini.."

"Atau kau saja yang sering di bar, huhu.."

"Yah. Kami tipe petarung semua. Tempat seperti ini hanya cocok untuk orang-orang tertentu.."

Aku memesan Apple tart yang direkomendasikan oleh Sinon. Kami sama-sama pesan makanan yang sama. Rasa krim dan apel bisa kurasakan. Awalnya mengherankan karena bisa merasakan sensasi enak ini padahal aku cuma memainkan game virtual.

"Rasanya sedikit aneh.."

"Hmm?"

"Ini pertama kalinya aku makan bersama seseorang yang tidak aku kenal.."

"Kau kayak menganggap ku orang yang asing.."

"Faktanya memang seperti itu, bukan. Kita tidak pernah bertemu sama sekali sebelumnya.."

"Kau tak salah.."

"Rasanya seperti di dalam mimpi saja.."

"Heh. Kita memang di dalam game tapi disini bukanlah mimpi. Kita hidup.."

"Hm.."

"Jika dilihat lagi ini mirip dengan kencan.."

"Ugh!?"

"Sinon?" Dia tersedak ketika memakan tart lagi.

"A-aku memang mentraktirmu makan bukan berarti ini a-adalah kencan!"

"H-ha. Kau baik saja? Minumlah dulu.."

Sinon membersihkan mulutnya terlebih dulu sebelum beralih meminum tehnya. Dia kayaknya ingin mengajakku makan lagi tapi perhatianku langsung teralihkan dengan notifikasi pesan yang muncul secara tiba-tiba.

"Dari ketua Uzala....seseorang untuk team ku!?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top