Romance - 9 (BARU)
Yuhuuu update ❤️❤️
Bagi kalian yang beberapa part cerita ini banyak kata berulang dan kepotong, tolong hapus dulu dari library baru add lagi ya. Soalnya suka error gitu kalo repost :")
•
•
Setelah pergi ke Taman Safari, mereka beristirahat dan pulang esok harinya. Manis menjadi lebih akrab dengan Kamboja, menemani gadis kecil itu melihat binatang yang terlihat di kaca saat sarapan pagi. Bahkan Manis banyak berfoto bersama Kamboja dan berkeliling lingkungan hotel untuk menemukan hal-hal menarik sampai kaki lelah sendiri.
Begitu tiba saatnya pulang, baru sepermpat jalan, Manis jatuh terlelap. Sedangkan Kamboja masih sanggup melihat pemandangan di luar.
Janji menepikan mobil dan langsung menurunkan kursi mobil agar Manis bisa beristirahat dengan nyaman. Kamboja sendiri sudah berpindah posisi sejak melihat kursi Manis akan diturunkan. Barulah setelah itu Janji melanjutkan perjalanan pulang.
"Pa?" panggil Kamboja.
"Ya, Princess?"
"Mama nggak akan ninggalin Oja, kan?"
Pertanyaan itu membuat Janji terdiam. Kamboja tidak pernah melihat ibunya dan merasa ditinggalkan. Jadi setiap kali Kamboja melihat anak-anak lain bersama ibunya, Kamboja sedih dan mempertanyakan mengapa ibunya tidak pernah menemui dan memeluk seperti ibu lainnya. Janji bingung. Janji tidak bisa menjanjikan apa pun, apalagi dia sempat mendengar Manis bahas soal sisi buruk. Jika ada sisi buruk darinya yang Manis tidak suka, perempuan itu tidak mau melanjutkan pertunangan ini.
"Pa? Mama nggak akan ninggalin Oja, kan?" ulang Kamboja lirih.
Janji menarik senyum. Hanya bisa berbohong dan memberi jawaban tak pasti. "Nggak, kok."
"Beneran, kan, Pa?"
"Iya, Oja."
Kamboja menghela napas. "Syukurlah. Oja bisa punya Mama seperti yang lain. Oja bisa pamerin Mama ke semua teman Oja di sekolah. Jadi mereka nggak ngeledek Oja lagi."
Hati Janji mencelus. Janji bisa memberikan apa pun, tapi gagal memberikan kebahagiaan sebagai keluarga utuh untuk putrinya. Andai dia tidak bercerai, mungkin Kamboja masih bisa bertemu ibunya. Namun, mempertahankan pernikahan hanya akan menyakiti dan menyiksa Janji lebih jauh. Yang bisa Janji harapkan sekarang, semoga Manis tidak berubah pikir, meski nanti menemukan sisi buruk atau sisi yang tidak sesuai dari harapan Manis.
"Besok Oja mau ceritain sama teman-teman Oja udah jalan bareng Mama Manis." Kamboja tersenyum lebar saat memandangi wajah Manis. Tangannya hendak mengusap kepala Manis, tapi diurungkan. "Ah, jangan. Nanti Mama bangun." Dan ujungnya Kamboja melempar chef's kiss. "Selamat istirahat Mama. I love you."
Janji menyaksikan yang dilakukan putrinya dari kaca spion. Dia melihat Manis sekilas. Dalam doa dan harapan yang dia inginkan, Manis mau melanjutkan pertunangan ini. Tuhan, kalo boleh saya egois, tolong buat Manis tetap bersedia menikah dengan saya. Demi Oja.
🧸
Boyband HotShot memiliki jadwal manggung sebagai salah satu pengisi acara musik siaran langsung di kota Bandung. Semua personel hadir tanpa terkecuali. Mereka memperlihatkan kebolehan gerakan tari dan suara yang memukau para penggemar di luar sana.
Janji sebagai leader sekaligus main vocal, memiliki peran besar untuk grupnya. Janji mendapat porsi bernyanyi lebih banyak dari personel lain.
Pada masa kejayaannya dulu, waktu baru-baru debut sebagai personel boyband, para penggemar sangat menggilai Janji. Bahkan ada yang sampai menangis saat boyband HotShot mengadakan konser. Banyak penggemar yang mengirimkan hadiah untuk Janji sampai memenuhi seisi ruang tamu. Selain itu, Janji yang berkecimpung di dunia akting, sering mendapat kiriman makanan dan truk makanan untuk mendukung semua kegiatan.
Sayangnya, saat rumor Janji disebut-sebut pelaku KDRT, hampir separuh penggemarnya berhenti mengikuti. Bahkan banyak penggemarnya yang menjadi anti-fan. Banyak yang menghujat dan mendadak menjadi women support women tanpa tahu yang sebenarnya. Janji dikucilkan dan dihina-hina. Mantan istrinya menambahkan bumbu kejam ke dalam cerita yang dipelintir sejauh mungkin. Bahkan Janji dikatai maniak seks dan penggila kekerasan saat bersetubuh. Juga, Janji disebut-sebut sering melakukan seks tanpa consent, yang akhirnya mendapat cap sebagai senang memerkosa. Kenyataannya, semua itu tidak benar. Hanya kebohongan yang diciptakan mantan istrinya untuk menjatuhkan.
Untung saja masih ada beberapa penggemar yang mendukung dan tidak percaya. Jadi Janji masih punya kekuatan untuk bangkit melawannya. Meski begitu tak sedikit pula yang berharap Janji mati atau dipenjara.
"Sampah! Lo sampah, Janji!" Suara teriakan yang paling kencang, berhasil mencuri keramaian dari sorak-sorai para penonton.
"Dasar lo pemerkosa, Janji!" Lagi, teriakan dari orang yang sama terdengar.
Walau musik sudah cukup keras, Janji bisa mendengar teriakan itu. Janji pura-pura tidak mendengar dan fokus bernyanyi. Untungnya beberapa keamanan segera mendiamkan sosok itu. Berkat teriakan itu, tangan Janji gemetaran. Janji mendadak panik.
Dalam pandangan Janji, semua orang menunjukkan tatapan tidak suka. Semua orang menghakimi dan menatapnya jijik. Janji ingin cepat-cepat pulang dan menyingkir dari tempat ini.
Keinginan Janji untuk segera pulang dikabulkan dalam hitungan menit. Penampilan mereka berakhir. Janji turun paling pertama.
"Janji pengecut! Buat apa lo tampil?" Suara teriakan baru mendengung di telinga sang empunya nama.
"Sampaaaaah!" Lagi, kalimat lain menggema.
"Mati aja lo, Janji! Mati! Lo sampah biadab!"
Janji terus melangkah meninggalkan panggung dengan tangan gemetar. Setibanya di ruang tunggu, Janji segera minum dan menutup telinga. Tubuhnya membungkuk.
"Orang sarap mana, sih, teriak begitu? Goblok!" Gibsy menendang kursi yang ada. Kesalnya mencapai ubun-ubun.
"Kak, are you okay?" Mahar mendekati Janji. Tidak berani menepuk karena Janji akan menunjukkan refleks takut dipukul.
"Mas, nggak bisa apa nuntut manusia-manusia tolol itu? Seenaknya aja teriak. Ini live, lho!" omel Milano tidak senang.
"Bisa aja. Coba nanti Mas hubungi––"
"Nggak usah, Mas." Janji membenarkan posisi duduknya. Dia memaksakan senyum. "Saya baik-baik aja, kok."
"Sebaiknya balik duluan aja, Kak. Nggak usah tampil lagi. Nanti bisa bilang lo sakit," saran Mahar.
"Nggak apa-apa, gue bisa, kok," tolak Janji, masih dengan senyum palsunya. Kemudian, dia berdiri dan menghampiri Aren. "Mas, obat saya mana? Bawa nggak?"
"Bawa. Bentar, saya ambilin dulu."
Aren mengambilkan obat anti cemas yang diresepkan dokter kepada Janji, lantas memberikan kepada yang membutuhkan. Janji segera meneguk obatnya dan meminum air putih sebanyak-banyaknya. Ketiga personel HotShot merasa kasihan melihat Janji. Mereka pikir, belum saatnya Janji kembali manggung bersama mereka.
"Kak, bener nggak apa-apa?" Mahar tambah khawatir.
Janji mengacungkan ibu jarinya. "Nggak apa-apa, kok."
Aren memberi kode kepada tiga personel lainnya untuk tidak bertanya lagi dan membiarkan Janji duduk tenang sampai giliran mereka tampil lagi. Para personel menurut. Mereka duduk manis membiarkan Janji tenang.
Selama Janji duduk tenang, dia mendapat kiriman pesan dari Manis. Perempuan itu memamerkan boneka lucu.
Manis: Kira-kira Oja suka nggak?
Manis: Ini namanya Anya dari anime Spy X Family. Lucu, kaaaaan? :(
Manis: Kamu mau juga nggak?
Manis: Eh, nggak usah lah ya.
Manis: Nanti aku kirimin bonekanya biar Oja bisa pelukinnnn hehe
Manis: Bye!
Senyum di wajah Janji terukir jauh lebih tulus. Perasaan panik dan cemas yang timbul perlahan terusir walau hanya sedikit. Janji berterima kasih Manis mengirim pesan meski cuma bahas boneka untuk Kamboja.
Janji spontan menyentuh cincin tunangan yang dia jadikan bandulan kalung. Dia tidak memakai cincinnya saat manggung. Soalnya grup HotShot punya sponsor aksesoris yang perlu dipamerkan. Kebetulan cincin yang dipakai Janji ada dua jadi karena takut keramaian, Janji menyimpan cincin tunangannya baik-baik. Di samping itu, Janji belum bertemu CEO managemennya. Jika nanti bertemu, dia akan memberi tahu kabar pertunangan sehingga bisa leluasa memakai cincinnya.
Diam-diam Mahar dan dua personel lainnya saling melempar pandang. Mereka menyadari senyam-senyum Janji, terutama cincin yang diusap-usap seperti akan mengeluarkan jin. Mereka penasaran, tapi takut diomeli Aren mengganggu ketenangan. Mereka memutuskan diam dan memendam rasa penasaran.
🧸
Sejak siang tadi Manis pergi ke Bandung diantar sepupunya, Zent Belvani Russell. Sepupunya tidak pulang dan tetap menemaninya menghadiri event Jepang. Manis mengenakan pakaian laki-laki dan berdandan sebagai Hensom. Beberapa orang mengenalnya dan meminta foto bersama. Manis senang bisa bertemu penggemarnya yang ada di kota Bandung.
Sekarang ini Manis sibuk melihat-lihat action figure yang ingin dia beli. Hampir separuh action figure sudah dia miliki dan pajang di rumah. Namun, ada beberapa yang belum kebeli. Manis ingin membeli dua atau tiga buah.
"Lo tau nggak, gue berasa jadi pasangan BL lo," kata Belva.
"Bagus, dong. Biar nggak ada perempuan yang gebet lo," sahut Manis terkekeh.
"Aduh, makin nggak laku aja."
"Sebelum lo kepengin punya pacar, lupain dulu Kissy. Jangan ngomong doang nggak laku, nggak apalah. Sebel! Lagian apa spesialnya si Kissy? Kok, bisa kepincut segitunya? Sama Miawly aja lo cepet move on," cerocos Manis.
Belva mencubit pipi Manis gemas. "Mulai, deh, sisi Mama Dedeh muncul."
"Habis sebel banget. Lo kayak kesirep sama dia."
Belva tertawa terbahak-bahak. "Haha ... bahasa lo kayak apa aja kesirep. Lo pikir dipelet apa? Udah, ah, bahas yang lain. Mending bahas, sejak kapan jadi perhatian sama anak kecil, hm? Ini boneka buat anaknya Janji, kan?"
Manis menurunkan pandangan saat Belva menunjuk tas tote yang dia tenteng. Isinya boneka salah satu karakter anime yang dia suka. Entah bocah itu suka juga atau tidak, yang pasti Manis ingin memberikan sebagai hadiah.
"Mungkin karena itu anak nggak nyebelin banget kayak anak lain jadinya gue beliin boneka."
"Masa, sih?" Belva menyenggol bahu Manis.
"Iya. Rese lo! Katanya lo mau beli earphone? Nggak jadi?"
"Oh, iya! Kalo gitu lo tunggu sini, ya. Gue cabut ke toko handphone dulu. Bentar doang. Jangan pulang duluan lo. Awas aja kepincut cosplayer cogan lain," pamit Belva sambil mengacak-acak rambut Manis.
"Gila kali, ah. Sana pergi."
Belva masih sempat tertawa sebelum akhirnya pergi meninggalkan Manis sendirian di depan stand booth action figure.
Di tengah sibuknya mencari action figure yang mau dibeli, Manis mendengar suara berisik beberapa pengunjung. Ada yang menyebut-nyebut Janji. Setelah dia menoleh, dia terlonjak kaget mendapati Janji berdiri di sampingnya. Laki-laki itu tidak pakai masker atau topi, benar-benar menunjukkan diri secara terang-terangan. Sialnya, Janji ikut menoleh. Ya, ampun! Apa yang tunangannya lakukan di tempat ini?
"Eh, ketemu lagi," ucap Manis spontan.
"Oh, hai. Hensom, kan?" balas Janji.
"Iya. Pantas ramai, ternyata ada idol di sini."
"Idol? Siapa?" Janji menoleh ke kanan dan kiri.
Manis ingin berteriak, itu lo! Astaga, si narsis ini! Namun, apa yang dia katakan berbeda. "Kamu lah. Kamu, kan, personel boyband beken."
"Oh, ya? Bagi seseorang yang saya kenal, saya nggak seterkenal itu kayaknya." Janji terkekeh sendiri. "Ini semua namanya action figure, kan?"
"Iya, betul. Mau beli?"
"Mau, sih, tapi saya nggak tau nama karakter yang dia suka. Sebentar. Apa tadi namanya, ya, dia bilang Spy apa..." Janji membuka ponselnya dan membaca anime yang dituliskan oleh Manis. "Oh, Spy X Family. Kamu pasti tau, kan, yang mana? Atau, nggak tau?"
"Tau, kok. Ada Anya, Loid, dan Yor. Mau yang mana?" Manis menunjuk tiga karakter yang dia maksud sesuai namanya masing-masing agar Janji tahu.
"Hm ... bentar, dia suka apa, ya?" Janji berpikir sejenak mengusap dagunya. "Biasanya karakter paling sering dibeli yang mana? Tadi dia bahas Anya, sih."
"Dia, tuh, siapa? Teman kamu?" Manis pura-pura tidak tahu. Kalau boleh menebak, bukankah yang dibahas Janji adalah dirinya? Dia membahas Anya dua puluh menit yang lalu lewat pesan.
"Tunangan saya. Dia suka cosplay seperti kamu." Janji memberi tahu.
Manis menahan diri untuk tidak bereaksi saat Janji membahas tunangan. Ya, amplop! Dia tidak mengira Janji akan membicarakannya bahkan ke orang asing yang belum dikenal baik.
"Oh, gitu. Uhm ... mungkin suka sama Loid?" saran Manis. Bukan asal menjawab, dia memang menyukai karakter bernama Loid Forger. Ya, sekalian memastikan Janji tidak beli yang lain, kan?
"Oh, ini?" Janji menunjuk tokoh yang disebutkan.
"Iya, itu. Atau, beli aja semuanya."
"Ide bagus, ya. Kalo gitu saya beli semuanya aja."
Selagi Janji membayar, Manis tersenyum senang. Kebetulan sekali Manis belum punya pose action figure yang dipilih Janji. Lumayan bisa menghemat. Saat Janji datang menenteng tas tote, laki-laki itu menyodorkan tas tote untuknya.
"Ini hadiah sebagai terima kasih karena waktu itu udah membiarkan putri saya makan oreo cheese cake. Saya belum sempat bayar jadi saya harap ini udah membalas kebaikan kamu," jelas Janji.
Manis mengintip sedikit. Janji membelikannya action figure Anya. Untung lah pose yang dibeli berbeda dari yang akan Janji berikan kepadanya sebagai Manis.
"Eh, repotin aja. But, thank you. Saya cuma keingat ponakan saya aja, kok," balasnya berpura-pura. Entah ponakan yang mana karena kakaknya belum punya anak. "Oh, ya, apa kamu––"
"Eh, itu Janji personel HotShot, kan?" Suara seorang perempuan terdengar. Berhasil menyudahi obrolan yang berlangsung.
"Iya, betul."
"Ih ... muak banget lihat dia. Ternyata kelakuannya nggak sebaik yang kelihatan di televisi."
"Bener. Busuk."
"Emang. Sok baik padahal kelakuan macam iblis."
Manis mengamati perubahan ekspresi yang ditunjukkan Janji. Suara-suara itu tidak termasuk pelan dan cukup keras sampai bisa didengar. Senyum Janji pudar, tapi saat dia melihat laki-laki itu, senyumnya tampak dipaksakan. Sebenarnya apa yang dibicarakan orang-orang sampai mengatai Janji seperti itu?
🧸
Jangan lupa vote dan komen kalian ❤️😍😍
Follow IG: anothermissjo
Buat versi ini, momen2 Janji dan Manis lebih banyak. Gak kayak dulu yang banyak drama, ini lebih banyak uwu uwu ehehe
Salam dari Janji 😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top