Romance - 4 (BARU)
Update lagi 😍
Tinggalkan vote dan komen yaaa❤️
#Now Playing: Gaho - Running (OST Start Up)
•
•
Manis mau tenggelam. Kalau bisa ditelan bumi, boleh lah ditelan bumi. Kenapa orang-orang tidak bisa menjaga rahasia, sih? Kan, jadi ketahuan Janji kalau dulu dia agresif!
"Oh, ini Kak Janji yang pernah Mama ceritain itu? Yang waktu aku belum lahir? Aku pikir ada Janji yang lain, ternyata Kak Janjinya yang kece ini," celetuk Cantika tak percaya.
"Iya, Janji yang ini." Jelita melempar tatapan jahil kepada Manis. "Gimana, udah senang belum ketemu calon suami yang diidamkan dari kecil?"
Tahan, tahan, sabar. Jangan sampai tangan gue melayang lempar cupcake, nih! Dalam hati, Manis terus menahan diri. Tangannya gatal ingin menyambit sang kakak. Kakaknya memang ember sejati! Sebal!
Manis menangkap ekspresi menyebalkan Janji. Laki-laki itu kesenangan.
"Kamu ingat nggak, Jan? Waktu itu Manis nangis ditinggal kamu pergi. Pokoknya dia ngekorin kamu kayak anak ayam," lanjut Jelita masih ingin membeberkan.
"Kak, ih! Diam nggak!" protes Manis.
Sejujurnya Janji tidak ingat sama sekali. Dia pikir orang tuanya menjodohkan dengan orang asing, ternyata sudah saling kenal dari lama. Pantas beberapa kali Janji sempat mendengar ibunya menceritakan keluarga Clarissa, ternyata yang diceritakan adalah keluarganya Manis. Kirain ada yang lain.
"Saya senang bisa ketemu lagi sama Manis. Semoga nanti saya bisa lebih dulu lamar, bukan Manis." Kali ini Janji bersuara dan mulai meledek, meski tidak ingat kejadian itu.
Manis berdecak kasar. "Dasar pede!" ucapnya dengan isyarat bibir tanpa suara kepada Janji. Yang dituju cuma menahan tawa. Kelihatan senang sudah berhasil meledeknya. Ughhhh! Janji sialan!
"Kamu, sih, Mas," sambung Lilliane dengan menyikut perut suaminya.
Swaran nyengir. "Ya, maaf. Kan, lupa tutup mulut."
Clarissa menyadari wajah kesal putrinya. Segera dia menyela, "Silahkan duduk semuanya." Menyudahi agar sang putri tidak ngambek perkara masalah ini dibeberkan.
Ketika semua orang sudah duduk, Swaran menangkap posisi untuk ayahnya Manis diisi orang lain. Swaran sudah dengar kalau ayahnya Manis berhalangan hadir dan sebagai gantinya Belva--sepupunya Manis--yang hadir untuk menjadi saksi perbincangan mengenai pernikahan ini.
"Maaf, ya, ayahnya anak-anak lagi berhalangan hadir. Tapi pertemuan selanjutnya pasti datang." Clarissa memberi tahu seakan-akan ingin mempertegas bahwa suaminya tidak akan seterusnya tidak datang.
"Siapa juga yang mau dia datang? I don't need him," ceplos Manis.
Sialnya, saat Manis mengutarakan hal itu, suasana sedang hening. Lilliane dan Swaran tidak kaget. Mereka tahu hubungan Manis dan ayahnya tidak baik. Namun, mereka tidak mau menggurui atau menjadi penasihat dadakan. Mereka tidak tahu masalah dapur keluarga orang lain, hanya sebatas tahu bahwa ada masalah di antara keduanya sehingga bukan ranah mereka untuk berkomentar.
"Manis! Mulut kamu, ya," omel Clarissa setengah berbisik. Matanya melotot. Jari-jarinya mencubit lengan sang putri. Gemas mendengar ucapan yang tak seharusnya.
Wajah malu-malu dan penuh senyum yang ditunjukkan Manis berubah dalam hitungan detik saat membahas sang ayah. Biar saja keluarga Janji tahu kalau dia tidak suka dengan ayahnya. Bukan sengaja membuat keluarga Janji berubah pikiran menjadikannya menantu, Manis memang membenci ayahnya sejak kematian kakak pertama empat belas tahun yang lalu. Manis tidak mau memaafkan ayahnya yang kelewat sibuk. Manis akan tetap membencinya sampai kapan pun.
Diam-diam Janji memperhatikan perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh Manis. Walau tidak tahu ada masalah apa sampai bicara seperti itu, Janji cuma bisa menerka kalau Manis tidak menyukai ayahnya sendiri. Dengan reaksi orang tuanya, dia yakin orang tuanya sudah tahu.
"Oh, ya, gimana kalo kita makan dulu? Sepertinya udah disiapkan." Clarissa membuka obrolan baru berusaha mengalihkan agar tidak fokus pada ucapan Manis.
"Iya, betul. Aku juga udah lapar, Clar," sambut Lilliane setuju.
Setelah itu obrolan mereka berakhir. Kecanggungan yang mendadak muncul perlahan hilang dengan sendirinya. Tak lama obrolan baru dimulai, tidak lagi menyangkut kepala keluarga Russell, sudah berganti menjadi hal-hal umum yang lebih menyenangkan. Raut wajah Manis ikut berubah, tidak lagi menunjukkan kebencian saat membahas sang ayah seperti sebelumnya.
Lebih dari setengah jam mereka habiskan untuk makan bersama sambil berbincang santai. Hingga akhirnya para orang tua dari keluarga masing-masing saling mengerlingkan mata seakan punya rencana untuk dilakukan.
"Berhubung kita udah makan dan ngobrol bareng, gimana kalo sekalian tukar cincin?" mulai Swaran sedikit gugup. Takut dia salah bicara lagi.
"Asyik, nih! Apa artinya besok langsung nikah, Pa?" celetuk Industri jahil.
"Ya, nggak, dong. Ini cuma formalitas aja gitu. Biar orang-orang tau kalo Janji dan Manis udah ada yang punya. Diikat gitu, lho!" jelas Swaran.
Lilliane hendak menendang kaki Industri supaya diam dan tidak jahil. Alih-alih menendang kaki Industri, yang ditendang malah kaki suaminya. Swaran sampai mengernyit minta jawaban maksud dari tendangan itu. Lilliane menggeleng. Jelas sekali kode-kodean seperti ini membuat yang lain fokus memperhatikan.
"Nah, aku setuju," sahut Clarissa.
"Ayo, berdiri, Nak." Lilliane menepuk pundak Janji, yang duduk di samping kirinya. Tanpa perlu menyuruh dua kali, Janji langsung berdiri.
"Nanti kita adain lagi acara tunangan yang lebih formal. Sementara ini kita tukar cincin aja dulu sebagai simbol penyatuan," ujar Swaran.
Baik Manis maupun Janji tidak menolak atau protes. Walau terkesan dijebak dengan acara tukar cincin dadakan ini, mereka sulit misuh di depan banyak orang. Di samping itu mereka mengambil sisi baiknya saja.
Mereka berdua berdiri bersampingan di ujung meja. Kotak cincin diberikan oleh Lilliane dan diteruskan Janji untuk disematkan kepada Manis. Dalam hitungan menit keduanya bertukar cincin. Memakai cincin di jari manis sebelah kiri--pertanda mereka sudah saling mengikat atas perjodohan ini.
Cahaya kamera dan bunyi 'cekrek-cekrek' pun tak bisa dihindari. Momen ini diabadikan tak cuma dalam ingatan, tapi potret berulang kali.
🧸
Hari ini Janji tidak punya jadwal apa-apa. Janji hanya bertemu dengan manager grup HotShot--Aren. Mereka sedang mendiskusikan suatu hal menyangkut karier Janji ke depannya.
"Sampai saat ini belum ada yang bersedia nawarin kamu gabung film atau series. Dampak yang mantan istri kamu timbulkan jauh lebih parah dari yang terlihat," mulai Aren.
"Mau gimana lagi, Mas? Udah lah."
"Kenapa kamu cabut tuntutan waktu itu? Harusnya kamu nggak cabut dan penjarain mantanmu yang nggak beradab itu." Suara Aren sedikit meninggi menunjukkan kekesalan.
Dulu sebelum bercerai, Janji melaporkan mantan istrinya ke polisi atas tindakan KDRT. Laporan kepolisian inilah yang akhirnya digunakan Janji untuk bercerai sebagai bukti agar bisa mendapat hak asuh anaknya. Setelah perceraian putus dan hak asuh jatuh ke tangan Janji, laporan kekerasan dicabut. Janji tidak melanjutkan laporannya. Janji tidak mau mantan istrinya dipenjara karena takut putrinya dihujat kalau ibunya dipenjara, meskipun tindakan mantan istrinya sangat fatal memukuli Janji sampai nyaris meregang nyawa.
"Dia masih ibu dari anak saya, Mas. Kalo saya penjarain, bukannya Kamboja akan lebih dihujat anak lain?"
Aren mendesah kasar. Mengusap wajahnya gregetan. "Kamu tau nggak mantan istrimu baru aja terbitin novel baru? Katanya ini novel berdasarkan pengalaman pribadi dia selama menikah. Kamu tau, kan, kalo dia udah kasih penyataan dari kisah nyata, karier kamu makin nggak bisa diselamatkan lagi?"
Perempuan yang Janji nikahi dulu merupakan novelis terkenal. Waktu menikah, Janji masih belum bergabung dengan boyband HotShot. Sedangkan mantan istrinya--Camilla Alexandra Roger--sudah dikenal masyarakat luas sebagai novelis romansa yang karyanya selalu menjadi best seller. Mereka bertemu sejak awal SMA. Waktu Janji menonton pertandingan basket sahabatnya, Rafael, di situ lah Janji bertemu Camilla sebagai ketua tim cheerleader dari SMA lawan. Camilla sosok ceria dan easy going. Janji langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan mulai berpacaran setelah pendekatan. Dari segitu umur Camilla lebih tua dua tahun dari Janji. Begitu umur Janji mencapai 21 tahun, mereka menikah.
Janji teringat hal-hal buruk yang dikatakan mantannya untuk menjelekkan. Janji menghela napas. "Tau, Mas."
"Dia bisa pelintir semua hal selama kalian menikah. You know her, right? Dia bisa mencabik karier kamu sampai nggak tersisa. Apalagi zaman sekarang internet bahaya banget. Kurang satu kata aja bisa timbulin kesalahpahaman. Kalo fans barbarnya nyerang kamu, habis udah. Karier kamu selesai, semuanya selesai," cerocos Aren.
Janji tahu betul apa yang dikatakan Aren. Mantan istrinya manipulatif, abusif, dan senang mengontrol secara berlebihan. Definisi red flag. Hebatnya, Janji bertahan menikah dengan mantan istrinya selama delapan tahun. Janji sempat tidak mau bercerai dan damai, tapi akhirnya cerai juga. Setelah cerai, mantan istrinya membalik semua fakta seakan-akan Janji pelaku KDRT. Berkat penyataan palsu mantan istrinya, Janji dihujat habis-habisan semua masyarakat Indonesia. Tidak sedikit ada yang percaya bahwa Janji bukanlah pelaku kekerasan. Fakta palsu ini menjadi penyebab Janji mengalami gangguan kecemasan.
Selama tiga tahun setelah bercerai, Janji bersusah payah bangkit dari keterpurukan. Berusaha bertahan untuk tetap eksis di dunia entertain dan berjuang melawan gangguan kecemasan. Selain bangkit dari hal-hal yang menyiksa, Janji mengobati luka di hatinya. Sejak sebulan lalu, Janji mulai kembali manggung bersama grup HotShot setelah vakum menenangkan diri.
"Saya percaya masih ada yang percaya kalo saya bukan pelaku KDRT. Entah siapa pun itu tanpa perlu saya jelaskan," balas Janji.
"Janji, Janji. Kamu kelewat baik. Jangan baik-baik banget lah sama mantan istrimu yang gila itu." Aren memijat keningnya pusing. Setiap kali bahas mantan istri Janji, pasti seperti ini. "Tapi untungnya, sih, ada satu orang tertarik untuk kamu jadi pemeran utama series."
"Oh, ya? Siapa, Mas?"
"India Wijaya. Penulis terkenal yang sering nulis thriller dan romansa."
"Oh, saya tau. Novelnya yang mana dijadikan series, Mas?"
"Ini skripnya. Novel ini temanya dewasa dan katanya mau dimasukin ke salah satu platform nonton terkenal WatchMix. India bilang satu-satunya orang yang cocok peranin Theo dalam cerita My Secret Relationship itu cuma kamu. Soalnya India bilang dia suka sama akting kamu."
Aren meletakkan skrip naskah dari judul yang disebutkan di atas meja. Janji mengambil skripnya dan membaca dengan saksama.
"India kenal sama produser dan sutradara yang mau urus naskah ini. Dia nyaranin kamu makanya skrip ini dikasih ke Mas. Tapi Mas nggak mau maksa kamu untuk ambil ini. Ratingnya dewasa. Ada beberapa adegan dewasa yang nggak pernah kamu lakukan. Meski nanti pakai double actor, tetap aja persepsi orang-orang untuk peran kamu ini bisa negatif. Soalnya kamu sering ambil film romansa yang aman. Apalagi ini comeback pertama kamu. Bisa dirujak juga sama fans barbar istrimu."
Janji membaca beberapa dialog dan adegan. Seperti yang sudah diberitahu sebelumnya, rating-nya dewasa. Ada beberapa adegan ranjang dan ciuman intim. Dulu waktu menikah, Janji menolak adegan ciuman untuk menghargai istrinya.
"Jadi kalau kamu--tunggu, tunggu. Sejak kapan ada cincin di jari manis kamu? Tunangan?" Aren baru menyadari cincin yang melingkar di jari manis Janji saat mengangkat skripnya sampai menutup wajah.
"Iya, Mas. Baru aja tuker cincin kemarin."
"Hah?!"
Janji menurunkan skrip, melihat Aren yang terkaget-kaget. "Maaf saya baru bilang, Mas. Ini juga mendadak. Orang tua saya menjodohkan saya terus kemarin disuruh pakai cincin. Saya nggak bisa nolak. Makanya saya minta Mas datang supaya saya bisa bahas ini juga."
"Astaga, Janjiiiiiii!" Aren menepuk kening berulang kali. "Dulu waktu kamu gabung grup, kamu udah nikah. Sekarang baru balik habis vakum, kamu udah tunangan. Bisa nggak, sih, kasih kabar nggak bikin jantungan? Haduh ... kamu ini. Mas harus bilang apa sama Pak Angan?"
"Soal Pak Angan, biar saya yang bicara, Mas. Soal tawaran series ini, saya coba pikirkan. Saya mau tanya pendapat tunangan saya dulu. Saya harap Mas bisa dukung saya untuk semua keputusan saya dan nggak capek nanggapin."
Aren menghela napas. Sudah kelewat speechless. "Kamu emang nggak pernah berubah, ya. Selalu mengutamakan pendapat pasangan. Mas salut sama kamu. Mas doakan perempuan ini bisa membahagiakan kamu dan memperlakukan kamu jauh lebih baik. Mas doakan kebahagiaan abadi untuk kamu, Janji."
Kedua sudut bibir Janji tertarik sempurna. "Makasih, Mas. Doa yang sama untuk Mas Aren. Makasih udah sabar."
"Iya, iya, sabar banget. Saking sabarnya sampai saya bingung kenapa mau nerima pekerjaan memusingkan kepala kayak gini," dumel Aren.
Janji tertawa kecil. Dia bersyukur punya manager sebaik Aren. Setiap kali ada skandal atau masalah, Aren cekatan mengurus sampai selesai. Janji bersyukur dikelilingi orang-orang baik yang senantiasa mendukungnya dalam keadaan apa pun.
🧸
Jangan lupa vote dan komen kalian ya 😍❤️
Follow IG: anothermissjo
As you see, cerita ini lebih banyak detailnya. Gak banyak bertele2 kayak versi kemarin. Jadi sat set sat set ehehe
Terus mau info juga, bagian pelecehan Manis semasa SMA itu aku tiadakan. Soalnya gak pas dengan versi baru. Gak pas juga untuk versi lama (sebenernya). Tapi aku paksain kemarin. Jadi aku akan angkat isu lain yaaa❤️
Salam dari Oja😍😍😍
(Sengaja cari cast yang ada lesung pipi biar kayak Papa Janji 🤣😍😍)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top