Romance - 1 (BARU)
Yuhuuu update 🥰
Jangan lupa tinggalkan jejak komen yaaa 😍😍😍
#Now Playing: Maco - Baby I (Japanese Version)
•
•
Dua minggu yang lalu ...
Setelah tiga bulan menetap di Jakarta, Manis mendapat panggilan untuk fan meeting, yang sebelumnya sudah pernah dilakukan waktu dia masih tinggal di New York. Manis hadir sebagai Hensom--nama panggungnya sebagai cosplayer.
Manis berdandan ala-ala Duke dan mengenakan rambut palsu cepak. Dengan keahlian make up yang mumpuni, Manis bisa mengubah wajahnya yang feminin menjadi manly. Manis berubah dari perempuan cantik menjadi sosok tampan tiada dua.
"Kak, tau nggak kalo boyband HotShot manggung di sini? Selesai acara lo, ada acara lain. Sumpah ... gue pengin ketemu Mahar!" celoteh Cantika Russell, adiknya Manis.
"Siapa, tuh? Boyband nggak laku, ya?"
"Enak aja! Mereka boyband papan atas Indonesia tau! Personelnya ganteng-ganteng pol, Kak. Suara mereka merdu semua," ucap Cantika sambil senyam-senyum. Membayangkan betapa sempurnanya para personel HotShot, rasa ingin memiliki yang cukup mustahil menjalar dalam diri. "Selain Mahar, ada juga Janji. Sumpah ... dia ganteng banget."
"Nggak tertarik."
Manis mengambil ponselnya dan membuka aplikasi legal membaca komik manga. Dia melanjutkan bacaan, mengabaikan sang adik yang memuja-muja boyband HotShot.
"Ih ... dengerin dulu." Cantika mengambil ponsel dan menyetel salah satu lagu dari HotShot. Dia ingin meracuni sang kakak seperti kakaknya yang selalu meracuninya dengan anime dan manga.
Lagu berjudul Crush Baby mengalun sempurna memenuhi ruangan. Manis mendengarkan sambil membaca komik. Walau tidak semenarik lagu-lagu JPop atau OST Anime, aransemen dan lirik lagunya boleh diberi apresiasi.
"Ya, boleh lah. Suara yang nyanyiin reff-nya bagus. Suaranya khas gitu," komentar Manis.
"Itu suaranya Janji, Kak. Dia jebolan kompetisi nyanyi Sing Another Song, lho! Dia juara satu terus gabung boyband HotShot. Dia udah punya buntut, Kak," beber Cantika.
"Maksud lo, dia monyet?"
"Ih! Maksud gue, dia punya anak. Duhot alias duda hot!"
Manis menciptakan huruf O menggunakan tangannya guna merespons sang adik. Cantika berdecak berulang kali, gemas ingin mengutuk kakaknya karena tidak tertarik dengan pembahasan yang dia bicarakan.
Suara ketukan pintu terdengar, membuat Manis dan Cantika melihat ke arah pintu ruang tunggu. Begitu dipersilakan masuk, mereka melihat salah seorang staf tersenyum ramah.
"Kak Hensom, dua puluh menit lagi siap-siap naik ke panggung, ya," ucap salah satu staf.
"Baik, Mbak. Thank you," balas Manis.
Manis bangun dari tempat duduknya. Dia membawa ponselnya. "Gue mau ke toilet dulu biar pas di panggung nggak kebelet. Tunggu sini. Kalo ada apa-apa telepon, Can."
"Oke, Kak."
Manis beranjak keluar menuju toilet yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ruang tunggu. Berhubung Manis fokus membaca manga, dia sampai tidak melihat jalanan--yang mana berakhir menabrak tubuh seseorang. Parahnya, tabrakan itu membuat Manis tidak mampu menahan keseimbangan. Bobot tubuh Manis tidak bisa dibilang ringan dengan tinggi 175cm, jadi tidak heran bisa jatuh. Iya, tubuh Manis jatuh bagai domino yang baru saja disentil. Jatuhnya benar-benar di luar dugaan. Bahkan ponsel yang dipegang Manis sampai terlepas dari genggaman.
Bibir Manis mendarat tepat di atas bibir laki-laki itu. Pupil mata Manis melebar begitu menyadari bibir yang dia cium adalah bibir laki-laki. Sosok yang dia cium tidak kalah kaget. Secepat mungkin Manis bangkit. Namun, sebelum sempat berdiri dengan tegap, Manis tersandung kaki dari sosok yang dia cium. Ujung-ujungnya jatuh (lagi!). Dan tidak sengaja mencium bibir sosok yang hendak berdiri itu. Untung saja suasana sepi, tidak ada pengunjung lain yang melihat kejadian ini.
Ya, amplop! Manis pikir jatuh ala cerita khayalan cuma ada di sinetron atau FTV, ternyata dia mengalaminya sekarang. Mana bisa pas ciumnya laki-laki pula!
Sebelum dikira mengambil kesempatan dalam kegilaan, Manis berdiri. Kali ini lebih hati-hati. Setelah sudah berdiri tegap, Manis memungut ponselnya yang terhempas tak jauh dari tempatnya jatuh.
"Maaf, Bang. Eh, Om," ucap Manis setelah mengambil ponsel.
"Lain kali lihat jalan, jangan main ponsel aja," ketus laki-laki itu.
"Iya, Om, maaf."
Manis bergegas meninggalkan laki-laki itu sambil bergumam, "Bibirnya selembut popok bayi. Apa bibir laki-laki ganteng selembut itu, ya?"
Tepat saat bicara itu, Manis menoleh ke belakang. Sialnya, laki-laki itu melihat ke arahnya dan menatap tajam. Tatapan itu seakan menunjukkan sisi risih yang jelas. Jangan bilang laki-laki itu mendengarnya? Astagaaa!
Manis cuma bisa nyengir saat bertatap kata dengan laki-laki itu. Tanpa pikir panjang Manis memalingkan wajah dan masuk ke dalam toilet tanpa melihat gambar dan tulisan di bagian depan saking paniknya melihat laki-laki itu menunjukkan tatapan tidak suka. Akibat asal ngeluyur, Manis sampai tidak sadar toilet yang dimasuki adalah toilet laki-laki. Hal ini karena Manis terus menunduk menepuk pipi tanpa melihat samping kanan-kiri, yang ujungnya main masuk ke dalam salah satu bilik yang bersih. Sudah begitu tidak ada pengunjung lain yang sedang buang air kecil.
"Astaga, astaga! Kenapa mesti muji bibirnya depan muka, tuh, orang?" gerutu Manis sambil mengacak rambut. "Aduh, gila. Tapi ... berewok tipisnya cukup ganggu. Agak tajam dikit. Eh? Apa? Gue ngomong apa, sih?"
Detik berikutnya Manis menampar pipinya cukup keras. "Sadar, sadar. Nggak boleh gila."
Tak lama kemudian Manis keluar dari bilik toilet. Hal pertama yang dia lihat adalah wujud laki-laki yang sedang buang air kecil. Matanya membelalak. Spontan memekik kaget.
Secepat kilat Manis memalingkan wajah dan berlari keluar. Manis baru sadar toilet yang didatangi adalah toilet laki-laki setelah melihat urinoar. Dia menepuk-nepuk pipinya berulang kali.
"Astaga, ini gara-gara Om satu itu," gerutunya sebal. Bayang-bayang insiden tidak sengaja itu masih terngiang jelas di kepala.
"Kak! Aduh, aduh, aduh!" Cantika berteriak memanggilnya, membuyarkan lamunan Manis. "Ya, Tuhaaaaan! Gue ketemu sama Janji! Ganteng banget, gila! Duh, aduduh!"
Manis tersentak. "Hah? Siapa? Janji siapa?"
"Personel HotShot yang lo bilang suaranya merdu."
"Nggak tau, ah. Bagus kalo lo ketemu."
"Ih ... gue jejelin personel HotShot, nih!" Cantika mengeluarkan ponsel, lalu menunjukkan foto seluruh personel HotShot. Dia menunjuk sosok Janji yang paling mencolok. "Ini yang namanya Janji, Kak. Ganteng pol, kan? Muka aslinya lebih ganteng lagi."
Manis menyipitkan mata, takut salah melihat. Saat sadar sosok yang ditunjuk adiknya adalah personel boyband, Manis membelalak.
"Demi apa lo ini Janji?"
"Nggak boleh bawa nama Tuhan. Ini serius Janji. Kenapa? Terpesona, ya?" goda sang adik.
Boro-boro terpesona. Laki-laki itu malah menatapnya tajam setelah dia bilang bibirnya lembut. Astaga! Bisa gila. Manis berdoa jangan sampai nanti ketemu Janji, entah di mana pun itu. Dia malu!
🧸
Para personel HotShot sedang duduk manis menunggu giliran untuk mengisi acara sebagai bintang tamu. Masih satu jam lagi sebelum dimulai. Mereka memilih menunggu karena takut jalanan macet, apalagi hari Sabtu seperti sekarang ini.
Boyband HotShot digawangi empat personel tampan yakni; Janji Eliga Brown, Gibsy Imanuel Winata, Milano Adibroto dan Maharaya Handoko. Mereka sudah berkecimpung di industri musik dari delapan tahun yang lalu. Sudah banyak penghargaan musik yang mereka dapatkan, salah satunya grup terbaik tahun ini.
"Kita masih lama, kan? Gue mau keluar ketemu gebetan dulu." Mahar, si personel paling genit, bangun dari tempat duduknya.
"Jangan aneh-aneh. Kalo keciduk punya pacar, habis kena omel Pak Angan. Mau diomelin?" sahut Aren, sang manager boyband HotShot.
"Nggak ketemu langsung, kok, Mas. Gebetan saya nontonin cosplayer Hensom-Hensom itu. Saya cuma mantau dari jauh, mastiin dia nggak lamar, tuh, laki." Mahar melepas sepatu ketsnya dengan sandal jepit.
"Emang ada yang begitu?" serobot Milano.
"Ih, lo nggak tau aja, Kak. Penggemar si Hensom ini rada-rada semua. Gue aja belum pernah dilamar, tapi tuh laki dilamar mulu tiap meet and greet. Kan, nyebelin. Mana pacar gue penggemar berat dia," gerutu Mahar sebal.
"Mahar," Aren memasang wajah serius nan menakutkan. "Tadi kamu bilang gebetan, kenapa sekarang berubah pacar? Yang benar yang mana? Jangan sampai besok pagi Mas ditelepon wartawan gosip buat terbitin skandal baru kamu, ya."
Mahar nyengir. Tidak mau menjawab pertanyaan sang manager, Mahar buru-buru menarik Janji sebagai tameng. Mahar mengambil dua masker untuk dipakai agar tidak ketahuan para pengunjung mal.
"Pergi dulu sama Kak Janji, ya! Bye, Gengku!" pamit Mahar, yang segera meninggalkan ruang tunggu bersama tamengnya.
Janji tidak menolak diajak pergi sama Mahar. Mau cari udara segar juga. Bosan menunggu di ruangan yang isinya maniak game. Kalau Milano sama Gibsy bisa adu tanding game Tekken, maka Janji cuma bisa jadi penonton karena tidak begitu suka main game.
"Thank you udah mau ikut, Kak," kata Mahar senang seraya menyerahkan satu masker medis kepada Janji.
Janji mengambil masker itu dan mengenakan tanpa buang waktu. "Iya, Har."
Mereka terus melenggang pergi sampai tiba di dekat panggung. Mata Janji langsung tertuju pada sosok yang menabraknya tadi. Orang itu ada di atas panggung lagi meladeni beberapa perempuan yang meminta tanda tangan.
"Tuh, Kak, namanya Hensom. Ganteng banget, kan? Gue sampai emosi pacar gue lebih banyak kasih love buat foto dia daripada foto gue." Mahar menunjuk sosok di depan sana.
"Siapa tadi namanya?"
"Hensom, Kak. Nama akun Heartagramnya tuh, yourhensom. Duh, masa gue harus saingan sama laki-laki seganteng itu, sih? Mukanya terlalu bule. Sialan," dumel Mahar.
"Tapi suaranya suara perempuan," gumam Janji pelan.
"Lo bilang apa, Kak?"
Janji menggeleng. Akibat suara seruan dan teriakan histeris para penggemar menyebut nama Hensom, suaranya kalah.
Pantas saja orang itu masuk ke toilet laki-laki. Suaranya saja yang perempuan banget. Insiden cium kilat itu muncul menguasai pikiran tenang Janji. Bibir lembut sosok itu seakan-akan masih terasa menyapa bibirnya. Tanpa sadar tangan Janji naik menyentuh bibir. Sadar tangannya sudah beralih ke bibir, Janji buru-buru menurunkan tangan.
"Kenapa dia bukan perempuan aja? Mana ganteng banget. Tapi suaranya feminin gitu. Ah, gila." Janji bermonolog sendiri sambil menepuk-nepuk pipinya agar sadar.
Sambil memperhatikan sosok Hensom yang bikin para perempuan histeris, Janji melanjutkan gumaman sendiri. "Bikin sebel aja. Aduh, geli juga kalo inget dicium, tuh, laki-laki. Mana dia bilang bibir gue lembut. Tapi bibir dia lebih lembut. Mana wangi stroberi."
Janji menepuk pipi kanan cukup keras sampai terdengar seperti menampar diri sendiri. Udah makin gila. Gue mau balik aja guyur kepala pakai air dingin.
Walau Mahar sedang intens memperhatikan sang kekasih yang berada di antara kerumunan paling depan dekat panggung, telinga Mahar tidak tidur. Mahar melirik Janji dengan tatapan terheran-heran.
"Lo dicium laki-laki, Kak?"
"Hah?"
"Tadi lo bilang dicium laki-laki. Dia bilang bibir lo lembut."
Janji menepuk pundak Mahar sambil tertawa renyah. "Haha ... salah dengar kali lo. Mana ada gue bilang gitu."
Sebelum Mahar melakukan interogasi dadakan seperti biasa, Janji mengambil jalan mundur. "Gue duluan, ya. Sakit perut."
Janji bergegas pergi meninggalkan Mahar dengan terbirit-birit. Namun, sebelum kembali, Janji menyempatkan diri melipir sebentar untuk memperhatikan sosok di depan sana. Janji memperhatikan beberapa penggemar yang bertindak cukup manis dan penuh permintaan. Arah pandang Janji mendadak tertuju pada bibir Hensom.
Sebelum insiden itu menguasai isi pikirannya, Janji melenggang pergi. Masa, sih, dicium begitu saja bikin dia kepikiran? Apa efek single selama dua tahun?
"Nggak mungkin gue kepikiran dicium laki-laki. Efek nggak pernah dicium perempuan lagi ini mah." Janji menepuk-nepuk pipinya. Berulang kali supaya lebih waras.
🧸
Jangan lupa vote dan komen kalian ❤️😍
Gimana sejauh ini? Bagus nggak? 😍
Follow IG: anothermissjo
Yooo jadi keseluruhan ceritanya berubah ehehehe lebih terang benderang sih yaaa~~ yang kemarin tuh rada gelep kek mati lampu wkwkwk🤣
Jadi, kalo dulu Janji sama Manis mati2an mau udahin pertunangan, di sini Manis berusaha menghindar biar nggak ketahuan dia ini Hensom, soalnya dia muji-muji bibirnya Janji :") mohon maap si Manis emang agak-agak mujinya secara langsung :")
Dari segi sifat dan apa pun nggak ada yang berubah ehehe still same! 😍 yang berubah alurnyaaa beserta momen-momennya~~
Kemarin aku sempet kepikiran pengin ubah karena beberapa momen terasa datar2 aja (buat aku sih ya, gak tau buat kalian). Jadi versi ini, aku mau kasih penjelasan rinci gitu. Kenapa begini, begitu, dan begindangan~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top