┈๑❝ What do You think of Me? ❞๑┈

┈๑❝ What do You think of Me? ❞๑┈
[Apa penilaian mu padaku?]
.
🖇️ The sixteenth Part 🖇️
.
➷๑՞. ___________➷๑՞.

“Oh ... Satoru, ada apa?”

Ia mendongak, menatap wajah Gojou yang kini berhenti berlari tepat di hadapannya. Si pria melirik Remi sebentar, lalu teralihkan sepenuhnya pada [Name].

“Apa yang membuatmu pergi tiba-tiba tadi, huh?” Ia berucap. Keningnya mengerut. Tanpa sadar memakai nada bicara yang cukup dingin.

[Name] sedikit terperanjat. Mengerjab sebanyak beberapa kali.
“Oh, aku ada perlu dengan Remi. Jadi, aku pergi tiba-tiba tanpa bilang apapun padamu. Well ... Aku memang kadang seperti itu kalau sudah ingat ada urusan dengan seseorang, hehe~”

Nada bicaranya tenang. Seperti biasa, juga kalimatnya diakhiri kekehan kecil. Tersenyum seperti orang bodoh sampai matanya tertutup di hadapan Gojou.

“Begitu, ya?” Pria itu memegang dagunya.

“Iyaa!”

[Name] lalu menoleh, melihat ke arah Remi.
Ne, aku sudah menjawab pertanyaan kamu tadi 'kan? Aku akan pergi sekarang dengannya. Bye bye, Remi!!”

[Name] memeluk sebelah lengan Gojou menggunakan lengan kanannya. Menarik pria itu berjalan bersamanya, sementara tangan satunya lagi melambai pada Remi.

Sang gadis menghela nafas ketika sudah berbelok. Gojou yang mendengar helaan nafasnya menaikkan sebelah alis.

“Kenapa kau jadi lega begitu?” Tanyanya. Ia sedikit menunduk.

[Name] menggeleng. Kembali tersenyum.
“Tidak ada kok~!” Jawabnya.

Keduanya memelankan langkah kaki. Entah sadar atau tidak, kedua tangan mereka masih saling merangkul satu sama lain.

Gojou terkekeh.
“Bohongmu tadi itu bodoh, loh, [Name]. Aku ini tidak mudah dibohongi, tau~” ia melirik, kelopak matanya sedikit menurun, hanya menunjukkan sebagian netranya saja dari balik kacamata.

[Name] mengangkat kedua bahu.
“Aku tahu, kok. Tapi, tetap ku lakukan.” Jawabnya. Pandangannya lurus ke depan.

Seringaian miring terpasang pada wajah rupawan si Surai putih.
“Alasannya?”

“Yah ... Karena sifatku memang cukup buruk.”

Gojou tertawa.
“Jadi, kau juga bukan anak baik-baik?”

“Sifat buruk pasti ada pada setiap orang 'kan? Itu yang kumaksud. Yah, walaupun aku yakin sifatku memang cukup buruk, sih.”

“Kau tidak mengakui dirimu orang baik?”

[Name] tertawa canggung.
“Aku tidak yakin dengan penilaian ku pada diriku sendiri.”

“Heee.”

Mereka diam. [Name] kemudian mengerjabkan mata. Menatap sekitar, yang rasanya cukup asing baginya.

“Eh ... Kita dimana?” Tanyanya pada Gojou. Layaknya orang yang tersesat di dalam hutan.

“Coba tebak~”

“Hmm ... Lobi? Tunggu, ini tadi gedung berapa ...?” [Name] bergumam dikalimat akhir.

“Daya ingatmu itu parah banget, [Name].”

“Memang. Kadang aku mensyukuri hal itu, kadang juga, yah ... Aku tidak menyukainya. Misalnya, saat aku meletakkan barangku di suatu tempat kemudian besoknya aku membutuhkannya dan berakhir melupakannya. Itu benar-benar menyebalkan.”

Satu alis Gojou naik ke atas.
“Kau tidak mau menghilangkan kebiasaan mu itu? Padahal kau tahu kadang sifat lupa mu itu menyusahkanmu.”

“Well ... Aku mau. Tapi, karena kupikir ada sedikit menguntungkannya bagiku. Yah, aku tidak jadi melakukannya.”

“Apa-apaan itu?”

[Name] mengedikkan bahu. Tidak lagi menjawab balasan Gojou. Tangan mereka masih tetap merangkul satu sama lain, menarik perhatian beberapa orang yang melewati mereka seraya berbisik. Bertanya-tanya apa hubungan mereka berdua.

“Hei, boleh aku bertanya lagi?” [Name] mendongak ke atas. Melihat wajah Gojou.

Gadis ini tidak sadar, ya, kalau kita jadi pusat perhatian?
“Tanyakan saja.” Gojou menjawab setelah membatin.

“Kamu pernah bilang padaku soal dirimu yang mengelompokkan yang lemah dan yang kuat,”-[Name] mengecilkan suaranya- “aku manusia, termasuk lemah dan tidak bisa menang melawan kutukan. Apa penilaian mu terhadapku juga begitu?”

Gojou menunduk, menoleh pada [Name].
“Yah, untuk manusia. Aku memang menganggap mereka lemah, hanya bergantung pada penyihir dan menyalahkan penyihir jika ada yang mati. Tapi ...”-Gojou terkekeh- “tidak semua dari mereka berpikir seperti itu 'kan? Dan untukmu ... Aku tidak menganggap mu benar-benar lemah. Setidaknya, kau tidak takut menghadapi kematian.

Apalagi jika kau dibandingkan dengan para orang tua bodoh yang ketakutan. Aku tetap berada dipihakmu.” Gojou, satu tangan yang ada di dalam sakunya mengepal erat. Meski wajahnya memasang sebuah senyuman, ia sedang menahan gejolak emosi ketika mengingat perintah para petinggi.

[Name] mengerjab, memiringkan kepalanya ke samping.
“Wow.”

“Apanya?”

“Aku akan menganggap kamu memujiku sekarang.”

Gojou memasang tampang angkuh.
“Apa menariknya merasa bangga saat dipuji ketika kau tidak memiliki kekuatan yang besar?”

“Setiap orang berbeda 'kan?”

“Itu tidak bernilai di hadapanku jika tidak kuat, loh.”

[Name] bungkam sebentar.
“Sekuat apa dirimu?”

“Sangat kuat.”

“Melebihi apa?”

“Antara surga dan dunia. Aku lah yang paling terhormat!!”

Sang gadis mengerjab.
“Kamu mengklaim itu? Tunggu, apa semua orang mengakuimu?”

“Heheh, jelas dong.”

“Aku ingin menanyakan sesuatu. Tapi, kurasa ... Ini sedikit, well, sensitif.”

“Katakan apa isi pikiranmu.”

Gojou penasaran dengan isi kepala [Name]. Mengeluarkan pertanyaan yang tidak ia duga sebelumnya. Gojou tidak mengatakan isi pikiran [Name] rumit, tapi ia jadi cukup bingung dengan jalan pikiran gadis ini.

“Apa ... Kamu pernah membunuh manusia?”

➷๑՞. ___________➷๑՞.

I'm alone~ I'ma right~

Aowkaoqkaka

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top