┈๑❝How did you get close to him?❞๑┈
┈๑❝How did you get close to him?❞๑┈
[Bagaimana kamu bisa dekat dengannya?]
.
🖇️ The fifteenth Part 🖇️
.
➷๑՞. ___________➷๑՞.
Remi berjalan masuk ke dalam universitas. Ia sendirian, dengan memeluk dua buku milik temannya--Sakura. Ia datang kemari untuk membawakan buku berisi materi itu pada Sakura. Karena sebelum pergi, gadis bersurai hijau itu lupa mengambil buku yang dipeluk Remi sekarang.
“Ah ... Sakura nyebelin ....” Remi mengeluh. Mengembungkan kedua pipinya.
Ia menguap sebentar, seharusnya, pagi-pagi seperti ini ia masih bergelung dalam balutan selimut.
Manik indahnya menatap sekitar. Kemudian berhenti pada sebuah mobil sport putih yang baru saja parkir. Remi menghentikan langkah, tiba-tiba penasaran dengan sosok yang mengendarai mobil mahal itu.
“Eh? [Name]?? Dan ... Gojou san ...?”
Gadis bersurai fanta itu mengerjab. Menatap kedua sosok yang baru saja keluar dari mobil bersamaan. Remi semakin melebarkan mata saat melihat warna pakaian [Name] dan Gojou. Warna putih. Layaknya sepasang kekasih yang couple-an.
Gadis itu lalu mengernyit. Pandangannya mengikuti langkah [Name] dan Gojou yang perlahan menjauh. Menatap penasaran pada mereka berdua.
“Mereka tidak pacaran 'kan?” Gumamnya.
Remi tahu, ia yakin jika mereka berdua tidak pacaran. [Name] pernah memberitahunya jika dirinya tidak ingin menjalin hubungan kasih lagi dengan orang lain setelah masa lalunya.
“Lalu ... Kenapa mereka bisa pergi bersama?” Remi bertanya lagi pada dirinya sendiri.
.
.
“Waah~ wajahmu benar-benar buruk, [Name]!”
Gojou menahan tawa saat melihat wajah [Name] yang baru saja keluar dari kelas Mr. Nacht. Wajah pucat dan keringat dingin.
“Aku dimarahi habis-habisan olehnya.” [Name] memijit pelipisnya. Tersenyum pasrah, mengingat kejadian beberapa menit lalu saat ia terlambat masuk kelas. Beruntung, Mr. Nacht mengizinkannya untuk masuk.
“Sudah kubilang 'kan? Tidak usah masuk kalau terlambat~” Gojou berjalan duluan. Setelah mengelusi kepala [Name] sebentar.
Gadis itu mengikut di belakangnya. Kemudian menyadari sesuatu.
“Kamu ... Tadi menungguku lagi?” Tanyanya.
Gojou memasang wajah angkuh.
“Apa aku terlihat seperti seorang pria baik yang sedang menunggu wanitanya?”
“Iya~”
“Eh?”
Ia menghentikan langkah. Kaget selama beberapa saat, tidak menyangka [Name] akan mengiyakan begitu saja. Lalu, ia membalikkan tubuhnya saat kembali sadar.
Netranya terlihat--yang tanpa sengaja kacamatanya melorot saat berbalik-- mendapati [Name] yang tertawa tanpa suara.
Gojou bungkam. Melihat dalam diam. Menunggu sampai gadis ini berhenti tertawa. Ia mengakui, penilaiannya pada orang lain yang hanya sebatas kekuatan hilang pada gadis ini. [Name] tidak memiliki kekuatan apapun, energi kutukan pun tidak ada. Tapi, Gojou tertarik padanya dan ini diluar dari benang merah yang mengikat mereka.
Sekali lagi, ini bukan dirinya. Gojou sadar itu.
“Maaf, hehe, menurutku lucu saat kamu kaget begitu.” [Name] masih terkekeh.
Kekonyolan yang Gojou lakukan selalu dianggap bodoh oleh orang-orang kaku disekitarnya. Kecuali anak bernama Itadori Yuuji.
“Kau ini cepat banget, ya, ketawa.” Gojou mengelus puncak kepala [Name] yang masih terkekeh kecil.
“Puk~ puk~” Gojou menepuk-nepuk kepala [Name] cukup keras.
“Hei! Ini sakit, tau.” Gadis itu protes. Melindungi puncak kepalanya dari telapak tangan Gojou yang besar.
“Hehe~”
Gojou menurunkan tangannya, memasukkannya ke dalam saku.
“Jadi? Kau masih ada kelas hari ini?”
[Name] mengangguk.
“Jam satu siang nanti.”
“Hmm ... Masih lama. Temani aku kalau begituu!!”
“Boleh, tapi kemana?”
Gojou melanjutkan langkahnya.
“Aku ingin makan yang manis-manis lagi, sih. Ikut saja, gak usah banyak tanya!”
[Name] mengikuti dari belakang. Menunduk ke bawah, melihat langkah kaki Gojou dan mengikuti jejaknya.
Tiba-tiba seseorang menarik tangannya ke samping, menjauhi Gojou dan bersembunyi dari balik tembok.
“Siapa--?”
“[Name], ini aku.”
Sang gadis mengerjab. Setelah mengetahui jika Remi yang menariknya.
“Remi? Ada apa? Kenapa tiba-tiba menarikku???”
Pertanyaan itu keluar secara beruntun dan dengan cepat dilayangkan [Name]. Efek masih kaget tadi.
“Hehe, maaf, yaa~ soalnya aku udah penasaran banget, nih~” Remi menyatukan kedua tangannya di depan wajah.
“Ada apa?”
Kedua gadis ini melangkah ke arah lain. [Name] seakan lupa dengan dirinya yang tiba-tiba pergi tanpa memberitahu Gojou. Fokusnya berpusat pada Remi. Entah apa yang dilakukan si Surai putih sekarang saat sadar jika [Name] tidak ada di belakangnya.
“Kamu dan Gojou san pacaran?” Remi melayangkan pertanyaan yang sejak pagi sangat mengganggunya.
“Eh? Tidak. Kenapa ... Bertanya?” [Name] balik bertanya.
“Kamu dan Gojou san memakai pakaian yang sama, loh, hari ini. Bahkan kalian pergi bersama 'kan? Aku melihat kalian pagi tadi.”
[Name] mengangguk. Tidak mengelak sebab itu memang nyata.
“Terus?”
Remi bungkam sebentar.
“Aku dengar dari salah satu anak teman jurusanku yang sempat satu sekolah dengan Gojou san.
Dia datang menghampiri orang dan orang lain kadang menghampirinya jika ada perlu. Gojou san memang sangat populer, tapi, selain Getou san, tidak ada yang benar-benar dekat dengannya. Mungkin karena setelah mereka dekat dan tahu sifat Gojou san yang asli, mereka kembali menjauhinya.”
Remi menatap [Name]. Kemudian melanjutkan.
“[Name], bagaimana kamu bisa dekat dan bertahan dengannya?”
Sang gadis mengerjab. Setelah ia pikir-pikir, ucapan Remi memang ada benarnya. Kemudian, gadis ini kembali disadarkan ... Betapa kesepiannya Gojou. Meski ada Getou, itu tidak bisa sepenuhnya menutupi lubang kesendiriannya.
“Oh? Apa kamu diancam olehnya? Seperti dia yang tahu rahasiamu dan akan menyebarkannya jika kamu tidak mau jadi budaknya???” Remi menebak asal.
“Remi ... Ini bukan kisah cinta yang sering kamu temukan di novel ataupun komik, loh.”
“Hihi~ Jadi? Bagaimana kamu bisa dekat dengannya?”
[Name] mengusap tengkuknya.
“Yah, dia yang tiba-tiba menghampiriku. Dan ... Tiba-tiba saja kami menjadi ... Cukup dekat.”
“Begitu saja? Apa-apaan itu??” Remi cemberut. Proses kedekatan [Name] dan Gojou tidak seindah ekspetasinya.
[Name] tertawa canggung. Lalu diam berpikir. Dia tidak akan mengatakan pada Remi tentang perasaan yang terlalu cepat muncul itu terhadap Gojou. Itu tidak masuk akal baginya. Ataupun kebenaran jika Gojou bukan manusia biasa.
“[NAMEEEE]!!!!!”
Suara itu menggelegar. Membuat sang empu pemilik nama dan Remi menoleh ke belakang. Mendapati Gojou yang berlari ke arahnya dengan riang gembira.
Itu dimata Remi. Tapi, di penglihatan [Name] berbeda. Raut Gojou ... Ia bisa lihat jelas, kalang kabut, meski sebenarnya [Name] tidak percaya, orang seperti Gojou bisa memasang ekspresi seperti itu.
Ah, benar juga, Satoru juga ... Manusia 'kan?
➷๑՞. ___________➷๑՞.
Jujur aja ... Gojou agak lebih mudah dibaca daripada Dazai Osamu😭 itu menurut ku pribadi, sih~
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top